Sekelumit Uraian tentang Hukuman untuk Pelaku

D. Sekelumit Uraian tentang Hukuman untuk Pelaku

Bid'ah

Pembahasan ini berkaitan dengan pembahasan tentang penegakan hukum atas pelaku bid'ah dari orang-orang khusus dan orang-orang awam. Pembahasan ini sangat besar dalam ilmu fikih, karena berkaitan dengan kejahatan terhadap ajaran-ajaran agama, kerusakan yang mereka perbuat di atas muka bumi, dan keluarnya mereka dari kebenaran Islam kepada pembentukan jalan-jalan yang telah diperingatkan dalam firman Allah SWT, "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang Iain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. " (Qs. Al An'aam [6]: 153).

Ini merupakan pembahasan yang paling sempurna dalam pemberian dosa. Namun ia membutuhkan penelitian yang lebih luas, diantaranya yang telah dibicarakan oleh para ulama dan yang belum dibicarakan oleh para ulama, sebab hal tersebut terjadi setelah wafatnya para ulama mujtahid dan para pelindung agama.

Pembahasan ini banyak cabangnya, sehingga menuntut adanya pembahasan terpisah dari pembahasan ini, karena kami melihat pemaparannya sangat panjang sedangkan perhatian dengan baik terhadapnya sedikit faidahnya pada zaman ini, lantaran ketidakpedulian orang-orang Pembahasan ini banyak cabangnya, sehingga menuntut adanya pembahasan terpisah dari pembahasan ini, karena kami melihat pemaparannya sangat panjang sedangkan perhatian dengan baik terhadapnya sedikit faidahnya pada zaman ini, lantaran ketidakpedulian orang-orang

Bahkan keadaan telah berbalik, yang Sunnah menjadi bid'ah, sehingga mereka berpijak bukan pada tempatnya dan mengikuti jalan yang —dianggap— lurus, padahal itu bukan jalan yang lurus, sehingga tersebar penyakit di mana- mana, yang disebabkan ketiadaan dokter, seperti yang telah diceritakan dalam sejarah. Oleh sebab itu, kami tidak akan mengkhususkannya pada pembahasan tersendiri dan tidak pula berpanjang lebar dalam membahasnya, cukup membahasnya sekilas sebagai penutup dan pembahasan ini; penjelasan tentang macam-macam hukuman yang ditegakkan atas mereka dengan penjelasan secara global. Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita.

Kami katakan: Sesungguhnya pemberian sanksi atas mereka yaitu dengan diasingkan, disiksa, diusir, dibuang, atau diingkari, sesuai dengan status bid'ah itu sendiri berdasarkan besar tidaknya kerusakan yang ditimbulkannya terhadap ajaran agama, dan apakah pelakunya termasuk orang yang dikenal melakukan bid'ah tersebut? Apakah ia menyerukan bid'ah tersebut kepada orang lain? Apakah ia mengerjakannya karena kebodohan?

Setiap bagian memiliki hukum-hukum ijtihad yang khusus, sebab tidak terdapat dalam syariat hukum had atas bid'ah yang tidak lebih atau kurang seperti hukum had yang telah ditetapkan pada kebanyakan perbuatan maksiat, seperti pencurian, penodongan, pembunuhan, menuduh istri berbuat zina, perkelahian, dan meminum khamer. Tidak ada salahnya para imam mujtahid mempertimbangkan perkara tersebut sesuai dengan kejadiannya dan memutuskan hukum dari hasil akal agar dapat membuat cabang-cabang atas hal-hal yang telah mereka ketahui dari sebagian nash, sebagaimana yang telah disebutkan. Seperti kelompok Khawarij, di dalam atsar disebutkan hukuman mati, dan juga yang telah dinukil dari Umar bin Khaththab RA tentang pembohong dari Irak.

Telah disimpulkan dari perkataan ulama tentang perkara tersebut menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Memberi nasihat dan pengajaran serta memberi pandangan dan dalil- dalil, sebagaimana kejadian yang dialami oleh Ibnu Abbas RA tatkala mendatangi kelompok Khawarij dan menasihati mereka sehingga dua ribu atau tiga ribu orang kembali kepada Islam.

2. Mengisolasi mereka dan meninggalkan percakapan serta ucapan salam mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian ulama salaf, dan yang diriwayatkan dari Umar bin Khaththab RA tentang kisah seorang pendusta dari Irak.

3. Sebagaimana Umar mengisolasi pembohong, maka yang sesuai dengan hal ini adalah penahanan atau pemenjaraan.

4. Memenjarakan mereka. Seperti halnya mereka telah memenjarakan Al Hallaj beberapa tahun sebelum mengeksekusinya.

5. Menceritakan keadaan dan ajaran yang mereka jalani dan menyebarkan berita bid'ah yang mereka perbuat, agar dapat diwaspadai serta tidak dapat dipengaruhi oleh mereka, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari kebanyakan ulama salaf tentang perkara tersebut.

6. Memerangi mereka jika mereka memusuhi kaum muslim dan keluar dari kelompok Ahlus-Sunnah, sebagaimana Ali RA memerangi kaum Khawarij dan orang-orang yang menyelisihi Sunnah.

7. Mengeksekusi mereka jika tetap berbuat bid'ah setelah bertobat, yaitu bagi yang terang-terangan melakukan bid'ah, sedangkan yang sembunyi-sembunyi melakukannya berarti telah berbuat kekufuran atau yang semisalnya, sehingga tetap harus dibunuh tanpa bertobat terlebih dahulu.

8. Memasukkan perbuatan mereka sebagai bagian dari perbuatan munafik, seperti kelompok orang-orang zindik.

9. Pengafiran terhadap orang yang telah jelas tanda-tanda kekafirannya, sebagaimana bid'ah yang terang-terangan dalam perbuatan kufur, seperti kelompok Al lbahiyah dan Al Bathiniyah (yang mengatakan tentang perkara hulul [yang meyakini Allah bersamanya di dalam 9. Pengafiran terhadap orang yang telah jelas tanda-tanda kekafirannya, sebagaimana bid'ah yang terang-terangan dalam perbuatan kufur, seperti kelompok Al lbahiyah dan Al Bathiniyah (yang mengatakan tentang perkara hulul [yang meyakini Allah bersamanya di dalam

10. Mereka tidak mendapat warisan dari kaum muslim, tidak dapat mewariskan hartanya kepada kaum muslim, dan jika meninggal dunia jenazahnya tidak dimandikan, tidak dishalatkan, dan tidak dimakamkan di pekuburan kaum muslim, selama ia mengerjakan bid'ah secara terang-terangan. Sesungguhnya orang yang mengerjakan bid'ah secara sembunyi-sembunyi hukumnya sama seperti orang yang mengerjakan bid'ah secara terang-terangan. Ahli warisnya lebih mengetahui tentang harta warisan yang ditinggalkannya.

11. Perintah untuk tidak menikahkan mereka. Ini termasuk pengisolasian dan pemutusan hubungan.

12. Menghinakan mereka pada semua aspek kehidupannya, maka persaksian dan periwayatan mereka tidak dapat diterima, tidak diperbolehkan menjadi penguasa atau penegak hukum, dan tidak boleh menempatkan mereka sebagai imam atau khatib, kecuali telah diketahui periwayatan mereka dari sebagian ulama salaf. Para ulamanya berselisih pendapat tentang shalat di samping pelaku bid'ah, sebagai pelajaran agar mereka sadar atas kesalahan yang telah mereka lakukan.

13. Tidak menjenguk mereka jika sakit, sebagai tindakan penghinaan dan pemberian sanksi.

14. Meninggalkan penyaksian atas jenazah mereka.