Menciptakan Bentuk-Bentuk Syariat sesuai dengan Pemahaman yang Tidak Masuk Akal oleh
F. Menciptakan Bentuk-Bentuk Syariat sesuai dengan Pemahaman yang Tidak Masuk Akal oleh
Orang-Orang yang Condong kepada Kesesatan
Mereka menyerukan dan mengaku bahwa menciptakan bentuk-bentuk syariat sesuai dengan pemahaman yang tidak masuk akal adalah maksud dan tujuan yang benar, bukan yang dipahami oleh orang Arab, yang menurut mereka hal itu berlandaskan pada sesuatu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, mereka termasuk golongan yang dikatakan oleh para ulama, "Kaum yang ingin menghilangkan syariat secara global dan terperinci, lalu menyampaikan hal tersebut di antara banyak orang, agar agama bersumber Mereka menyerukan dan mengaku bahwa menciptakan bentuk-bentuk syariat sesuai dengan pemahaman yang tidak masuk akal adalah maksud dan tujuan yang benar, bukan yang dipahami oleh orang Arab, yang menurut mereka hal itu berlandaskan pada sesuatu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, mereka termasuk golongan yang dikatakan oleh para ulama, "Kaum yang ingin menghilangkan syariat secara global dan terperinci, lalu menyampaikan hal tersebut di antara banyak orang, agar agama bersumber
Di antara anggapan mereka terhadap syariat adalah:
1. Al jinayah adalah pendakwa yang bergegas mengurus perkara yang bersangkutan dengan menyebarkan rahasia (misteri kejadian) kepada yang bersangkutan sebelum mendapatkan ganjaran yang setimpal dari perbuatannya.
2. Al ghushlu (mandi) adalah memperbaharui perjanjian bagi orang yang melakukan hal itu.
3. Mujama’atul bahimah (berzina dengan binatang) adalah menjelek- jelekkan seseorang yang tidak memiliki perjanjian dan tidak sedikit pun mengeluarkan sedekah secara rahasia —yaitu 119 Dirham menurut mereka—. Mereka berkata, "Oleh karena itu, syariat mewajibkan untuk membunuh keduanya, baik subjek (pelaku) maupun objek (penderita). Jika tidak demikian maka kapan binatang akan dijatuhi hukuman wajib bunuh?
4. Ihtifam (mimpi basah) adalah mendahului lisannya dalam menyebarkan rahasia yang bukan pada tempatnya, maka wajib baginya untuk mandi, atau ia harus memperbaharui kesepakatan atau janjinya.
5. At-tuhru (bersuci) adalah membersihkan dan melepaskan diri dari semua keyakinan dan semua madzhab selain daripada mengikuti 5. At-tuhru (bersuci) adalah membersihkan dan melepaskan diri dari semua keyakinan dan semua madzhab selain daripada mengikuti
6. Tayammum adalah mengambil dari seseorang yang memiliki hak izin hingga ia senang dengan persaksian pendakwa dan seorang imam.
7. Ash-shiyaam adalah menahan diri dari mengungkap dan menyebarkan rahasia.
Mereka juga banyak mengerjakan kebohongan seperti ini dalam permasalahan ketuhanan, taklif, dan akhirat. Itu semua adalah serangan dalam rangka menghentikan syariat Islam secara global dan terperinci, karena mereka termasuk golongan Tsanawiyyah, Dahriyyah, dan Ibahiyyah, yang semuanya mengingkari kenabian, syariat, Hari Pembalasan (Hari Kiamat), surga, neraka, dan malaikat. Bahkan mereka mengingkari ketuhanan mereka. Itulah yang dinamakan kelompok Al Batiniyyah.
Banyak dari mereka yang percaya dan berpegang teguh pada huruf- huruf dan angka-angka, seperti perkataan mereka bahwa lubang yang terdapat pada kepala manusia berjumlah tujuh, planet yang beredar berjumlah tujuh, jumlah hari dalam seminggu berjumlah tujuh, jumlah Imam juga tujuh, dan yang ketujuh adalah yang melengkapinya.
Mereka juga mengatakan bahwa alam terdiri dari empat unsur musim yang terbagi dalam empat jenis, sehingga sebenarnya dasar sesuatu itu ada empat; yang telah lalu dan yang akan datang adalah dua Tuhan, dan An- Natiq dan Al Asas adalah dua Imam.
Mereka juga mengatakan bahwa gugusan bintang berjumlah dua belas, yang menunjukkan bahwa hujjah (imam) mereka berjumlah dua belas dan merekalah yang menyeru kepada jalan Allah.
Masih banyak lagi keyakinan-keyakinan mereka yang bermacam- macam dan itu semua tidak membutuhkan atau tidak menerima pendapat yang menolak pendapat mereka, karena semua aliran bid'ah selain mereka (Al Batiniyyah) banyak yang berpegang pada suatu pendapat (yang meragukan) yang perlu untuk diteliti dan dinalar. Akan tetapi orang-orang ini (Al Batiniyyah) telah terlepas dari tali batasan yang menyebabkan mereka Masih banyak lagi keyakinan-keyakinan mereka yang bermacam- macam dan itu semua tidak membutuhkan atau tidak menerima pendapat yang menolak pendapat mereka, karena semua aliran bid'ah selain mereka (Al Batiniyyah) banyak yang berpegang pada suatu pendapat (yang meragukan) yang perlu untuk diteliti dan dinalar. Akan tetapi orang-orang ini (Al Batiniyyah) telah terlepas dari tali batasan yang menyebabkan mereka
Hal itu tidak luput dari sisi pengakuan adanya keadaan darurat, dan hal itu mustahil, karena keadaan darurat adalah sesuatu yang menyertai setiap orang yang memiliki akal serta tahu dan mengerti akan sesuatu tersebut, sedangkan hal ini tidaklah demikian.
Adapun dari sisi imam yang ma 'sum, mereka mendengar darinya tentang berbagai takwil. Oleh karena itu, kami katakan kepada yang mengaku demikian, "Adakah hal lain yang membuatmu mempercayai Muhammad SAW sebagai seorang Rasul kecuali mukjizat? Bukankah imammu tidak mempunyai mukjizat? Al Qur'an menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah zhahimya, tidak seperti yang kalian maksud!"
Apabila ia berkata, "Zhahir Al Qur' an merupakan sebuah rumus atau sebuah simbol yang hanya dipahami oleh imam yang ma'sum. Oleh karena itu, kami belajar dari mereka." Maka katakan kepada mereka, "Dari sisi mana kalian belajar dari mereka? Apakah dengan melihat hatinya secara nyata? Atau dengan cara mendengarkan darinya? Sementara yang dimaksud dengan mendengar adalah yang disandarkan kepada telinga. Ada kemungkinan lafazhnya yang zhahir mengandung suatu makna yang tersembunyi dan tidak bisa dipahami olehnya, dan kamu belum bisa menyingkapnya, sehingga perkara-perkara yang kamu pahami terhadap lafazhnya tidaklah menyakinkan."
Apabila ia berkata, "Jelaskanlah maknanya." Maka katakan, "Apa yang kamu sebutkan zhahimya tidak mengandung rumus, sebab maksudnya telah nyata."
Katakan kepadanya, "Dari mana kamu tahu bahwa ucapannya adalah suatu yang jelas dan semua makna yang dikatakan adalah sebagaimana adanya? Bisa jadi ucapannya mengandung suatu pemahaman yang tidak Katakan kepadanya, "Dari mana kamu tahu bahwa ucapannya adalah suatu yang jelas dan semua makna yang dikatakan adalah sebagaimana adanya? Bisa jadi ucapannya mengandung suatu pemahaman yang tidak
Katakan kepadanya bahwa hal itu akan menghilangkan bab tafhim (pemahaman).
Katakan kepadanya, "Kalianlah yang menghilangkan dan memutuskannya dan Nabi, karena Al Qur’an selalu menyatakan, —keesaan, surga, neraka, dan Hari Pembalasan, nabi-nabi, wahyu, dan malaikat— dengan memperkokohnya menggunakan ungkapan sumpah. Sedangkan kalian berkata, 'Sesungguhnya zhahimya bukanlah yang dimaksud, karena di dalamnya ada rumus tertentu.' Apabila hal tersebut boleh dilakukan menurut kalian terhadap Nabi Muhammad SAW untuk suatu kepentingan dan rahasia yang terdapat dalam rumus tersebut, maka hal tersebut juga boleh bagi orang yang kalian anggap ma'sum untuk menampakkan suatu kebalikan dari hal-hal yang ia sembunyikan, demi menjaga rahasia dan suatu kepentingan kalian."
Abu Hamid Al Ghazali berkata, "Orang-orang sudah selayaknya mengetahui hal tersebut, karena tingkatan kelompok ini adalah tingkatan yang paling rendah dibandingkan dengan tingkat aliran-aliran lain yang sesat. Kalian tidak akan menjumpai sebuah kelompok yang menjelek-jelekkan kelompoknya sendiri kecuali ia (Al Batiniyyah), juga karena madzhabnya meniadakan atau menolak penelitian serta merubah lafazh dari tempat aslinya dengan dalih simbol. Seluruh kalimat yang mereka ucapkan terdiri dari beberapa hal, baik itu an-/7az/ir(sebuah penelitian) maupun sebuah dalil dari Al Qur’an dan hadits. Apabila itu dari an-nazhr maka sudah ditolak, namun apabila dari an-naql maka mereka telah membolehkan untuk mengartikan suatu lafazh bukan pada tempatnya. Dengan demikian tidak ada lagi pada mereka orang yang maksum, wattaufiq biyadi Allah."
Imam Ibnu Al Arabi —dalam kitab Al Awasim— mengambil cara lain dalam menolak mereka (Al Batiniyyah) dan cara itu lebih lebih mudah; la (Imam Ibnu Al Arabi) mengatakan bahwa sesungguhnya mereka tidak memiliki Imam Ibnu Al Arabi —dalam kitab Al Awasim— mengambil cara lain dalam menolak mereka (Al Batiniyyah) dan cara itu lebih lebih mudah; la (Imam Ibnu Al Arabi) mengatakan bahwa sesungguhnya mereka tidak memiliki
Ada suatu cerita menarik yang berkenaan dengan hal tersebut. Sudah cukup penggambaran suatu madzhab untuk membuktikan kebatilannya, akan tetapi bersamaan dengan munculnya kerusakan dan jauhnya ajaran mereka dari syariat, maka beberapa kelompok bersandar kepada mereka, lalu mereka membangun —dengan landasan mereka— suatu bid'ah yang sangat keji. Diantara mereka adalah Al Mahdi Al Maghrabi, yang mengaku sebagai seorang imam yang ditunggu (Al Imam Al Muntazhai) yang ma'sum, sampai-sampai orang yang meragukan ke-ma 'sum-annya atau mengingkari dirinya sebagai Al Mattel! Al Muntazhar, digolongkan sebagai orang kafir.
Pengikutnya pernah mengaku bahwa ia telah mengarang sebuah kitab tentang Al Imamah, yang didalamnya disebutkan bahwa Allah telah menjadikan Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad sebagai khalifah di muka bumi, sedangkan masa kekhalifahan tersebut adalah tiga puluh tahun, lalu setelah itu yang ada hanyalah kelompok-kelompok dan hawa nafsu, kejahatan, hawa nafsu yang diikuti, serta kebanggaan setiap pembawa pendapat dengan pendapatnya masing-masing. Hal tersebut terus berjalan seperti itu; kebatilan tampak jelas dan kebaikan tersembunyi. Ilmu pun diangkat, sesuai dengan pernyataan Nabi Muhammad SAW bahwa kebodohan tampak dan tiada yang tersisa dari agama kecuali namanya serta tiada yang tersisa dari Al Qur'an kecuali tulisannya, sehingga Allah SWT akan mendatangkan seorang imam yang akan mengembalikan agama. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, "Islam dimulai dengan —dianggap— aneh dan akan kembali menjadi aneh, sebagaimana pertama kali diturunkannya, maka beruntunglah orang-orang yang — dianggap— aneh."
Ia mengatakan bahwa sesungguhnya kelompoknya orang-orang aneh (yang dimaksud dalam hadits) tersebut adalah kelompoknya. Sungguh Ia mengatakan bahwa sesungguhnya kelompoknya orang-orang aneh (yang dimaksud dalam hadits) tersebut adalah kelompoknya. Sungguh
Mahdi yang ketaatannya sangat suci dan murni, yang tidak pernah ada orang sepertinya dari orang-orang terdahulu atau yang akan datang. Dengan kedatangannyalah langit dan bumi diciptakan, ia tidak memiliki lawan, tidak memiliki perumpamaan, dan tidak memiliki sekutu."
Ini adalah suatu kebohongan dan sungguh Allah sangat jauh dan Maha Tinggi atas segala perkataannya. Ini sama seperti yang dijelaskan dalam hadits- hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Daud dalam hadits fathimy atas dirinya (Al Mahdi). Tanpa diragukan lagi, dialah orangnya.
Asal mula perkara ini adalah tatkala ia berdiri di antara sahabat- sahabatnya untuk menyampaikan sebuah khutbah, ia berkata: "Segala puji bagi Allah yang Maha Kuasa atas perbuatan yang Ia kehendaki, yang Maha Menghukumi segala sesuatu yang Ia kehendaki, tidak ada yang menghalangi perintah-Nya, dan tidak satu pun yang memprotes hukum-Nya. Semoga shalawat Allah tercurah kepada Nabi yang membawa kabar gembira dengan kedatangan Al Mahdi yang akan memenuhi dunia dengan keadilan yang sebelumnya telah dipenuhi dengan kezhaliman dan ketidakadilan. Allah akan mengutusnya tatkala kebenaran telah digantikan dengan kebatilan dan keadilan dihapus dengan kediktatoran. Tempatnya adalah Maghrib AlAqsha waktunya adalah akhir zaman, namanya adalah nama (serupa) Nabi Muhammad SAW, dan nasabnya adalah nasab Nabi Muhammad SAW. Sekarang telah tampak kezhaliman para umara " (pemerintah) dan dunia telah dipenuhi dengan kerusakan, inilah akhir zaman. Namanya adalah nama yang serupa (dengan Nabi Muhammad SAW), nasabnya adalah nasab yang serupa, dan tugasnya juga serupa."
Ia menunjukkan kepada apa yang telah diriwayatkan dalam hadits- hadits Fathimy.
Setelah selesai berkhutbah, sepuluh orang dari sahabatnya bergegas menghampirinya dan berkata, "Semua sifat ini hanya ada pada dirimu, kamulahAl Mahdi."
Mereka lalu membai'atnya karena hal ini. Sejak itu ia membuat banyak perkara bid'ah, disamping pemyataannya bahwa dialah Al Mahdi yang telah diketahui orang. Ia juga mengkhususkan dirinya ma 'sum, meletakkan namanya dalam kebanyakan khutbah, dan menuliskan namanya pada jalan-jalan, bahkan kalimat itu menjadi rukun syahadat ketiga bagi mereka, sehingga orang yang mengingkari hal itu atau meragukannya akan digolongkan sebagai orang kafir. Ia mensyariatkan hukuman mati pada perkara-perkara yang tidak disyariatkan hukuman mati oleh syariat, dan hal tersebut hampir mencapai dua belas perkara, seperti: tidak menjalani perintahnya bagi yang mendengamya, tidak menghadiri majelis nasihatnya sebanyak tiga kali, dan melakukan penipuan bila tampak pada orang lain.
Madzhab mereka adalah Al Bid'ah Az-Zahiriyah (bid'ah yang jelas), sehingga mereka melakukan bid'ah sebagaimana melakukan suatu amalan pahala, seperti membuat pada panggilan shalat (adzan): " taashaalait Al Islam", "qiyam taashaalaif , "suwardairi", "baaridii, "washbah wa lillah al hamd", dan sebagainya. Hal itu dijalankan pada masa Daulah Al Muwahhidun dan masih ada yang tersisa sebagian setelah Daulah tersebut punah, hingga aku sendiri menemukan hal tersebut pada masjid Granada yang agung, sehingga hal itu disingkirkan dan tersisa darinya banyak hal karena kelalaian atau sengaja dilalaikan.
Sultan Abu Ala Idris bin Ya'kub bin Yusuf bin Abdul Mu'min bin Ali dahulu termasuk anggota mereka. Ketika tampak olehnya keburukan bid'ah- bid'ah yang ada pada mereka, ia memerintahkan khalifahnya (ketika ia di Marakisy) untuk menghilangkan semua bid'ah yang telah dilakukan sebelumnya dan ia menulis sebuah surat tentang hal tersebut ke berbagi penjuru. Di dalam surat tersebut ia memerintahkan untuk merubah semua jalan tersebut (bid'ah) dan berpesan untuk selalu bertakwa kepada-Nya. Ia juga memohon pertolongan-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Ia menjelaskan bahwa kebatilan telah dicampakkan, maka muncullah kebenaran dan tidak ada Al Mahdi kecuali Isa AS, karena apa yang mereka serukan sebekimnya adalah suatu perbuatan bid'ah yang telah dihapus, dan ia telah menghilangkan nama orang yang tidak tetap ke-ma suman-nya.
Diceritakan bahwa ayahnya —Al Manshur— sangat gigih dalam menghancurkan segala perkara yang merusak dan menyimpang, akan tetapi waktu tidak mengizinkannya untuk melakukan hal itu. Ketika ia wafat —anaknya— Abu Muhammad Abdul Wahid— yang dijuluki "Al Rasyid" menggantikannya, dan saat itu kelompok aliran ini —yang dinamakan Al Muwahhidun— mengirim sekelompok orang kepadanya, lalu sebagian dari mereka terbunuh di daerah Az-Zarwah dan Al Gharib. Mereka kemudian menjamin diri mereka untuk masuk dalam keadaan taat dan berkhidmah untuk membantunya serta akan membelanya sekuat tenaga, tetapi ia (Ar- Rasyid) harus mau menyebut lagi Al Mahdi dan mengkhususkannya sebagai orang yang ma 'sum dalam sebuah khutbah dan penulisan-penulisannya, memahat kembali namanya (Al Mahdi) pada jalan raya-jalan raya, dan kembali mengumandangkan doa-doa selepas shalat dan saat adzan dengan mengucapkan tashaalait Al Islam setelah mengumandangkan adzan dan tuqaam taashalait yaitu iqamatash-shalat, dan lain sebagainya seperti surdain, qadiri, dan ashbah wa lillah al hamd.
Al Rasyid meneruskan perjuangan yang telah digambarkan oleh ayahnya dalam meninggalkan semua hal ini (bid'ah), maka ketika Al Muwahhidun telah kembali kepada ketaatan, mereka memberikan syarat untuk mengembalikan lagi apa-apa yang telah ia tinggalkan, mereka pun merasa tenang dengan hal itu. Ketika tempat tinggal mereka terasa tenang dan baik dalam beberapa saat, dan tidak kembali lagi kepada mereka dari kebiasaan- kebiasaan yang lalu, tiba-tiba prasangka mereka menjadi buruk dan mereka mengira bahwa apa yang menjadi pedoman mereka dalam agama akan hilang. Hal itu pun terdengar oleh Al Rasyid, maka ia memperbaharui keramahannya terhadap mereka untuk mengembalikan ajaran mereka.
Seorang sejarawan berkata, "Ya Allah, betapa besar kegembiraan mereka dan betapa besar ketenangan mereka mendengar perkara ini. Lidah mereka pun melantunkan doa-doa untuk khalifah mereka, agar selalu mendapat kejayaan dan dukungan. Kesenangan mereka menyelimuti semua generasi, dari yang tua hingga yang muda. Inilah keadaan pelaku bid'ah, tidak merasakan senang jika ada yang melebihi tersebarnya bid'ah,
"Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu untuk menolak sesuatupun yang datang dari Allah" (Qs. Al Ma’idaah[5]:41)
Ini adalah pembicaraan seputar Al Imamah dan Al Ishmah yang diyakini oleh madzhab Syi'ah.