Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penyelenggaraan Jasa Boga Kesehatan

teknologi dan lingkungan industri ancaman pendatang baru, daya tawar- menawar pemasok, daya tawar-menawar pembeli, ancaman produk subtitusi, dan persaingan antara anggota industri; sedangkan analisis lingkungan internal meliputi faktor manajemen dan SDM, pemasaran, keuangan, dan produksi. Secara umum berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha Prima Diet Catering ? 2. Faktor-faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari Prima Diet Catering dalam mencapai tujuannya ? 3. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat bagi Prima Diet Catering agar dapat berhasil?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha Prima Diet Catering. 2. Menganalisis faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari Prima Diet Catering dalam mencapai tujuannya. 3. Menganalisis dan menyusun alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat bagi Prima Diet Catering.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi pihak perusahaan Prima Diet Catering khususnya informasi terkait dengan alternatif strategi pengembangan usaha yang sedang dilakukannya. Adapun hasilnya adalah berupa rekomendasi, pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya pada perusahaan. Bagi penulis, kegiatan penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dalam pengembangan usaha jasa boga yang merupakan cita-cita penulis kedepannya. Bagi pembaca, diharapkan dapat berguna bagi rujukan informasi terkait penyusunan karya ilmiah selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya pada tahap pertama proses manajemen strategi dengan menggunakan metode tahap pemasukan input stage, tahap pemaduan matching stage, dan tahap analisis keputusan. Hasil dan formulasi strategi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melakukan perencanaan, sedangkan tahap implementasi dan tahap evaluasi strategi di perusahaan merupakan wewenang penuh manajemen perusahaan. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Produk 2.1.1 Definisi Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat atau mampu ditawarkan produsen untuk diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginannya Budiarto 1993. Produk-produk yang dapat dipasarkan meliputi barang fisik misalnya mobil, pakaian, buku, jasa misalnya konsultan gizi, orang misalnya Michael Jordan, tempat misalnya Bukit Tinggi, Bali, organisasi misalnya yayasan kanker, dan ide misalnya keluarga berencana.

2.1.2 Tingkatan Produk

Pemasar dalam merencanakan penawaran pasar atau produk maka harus memikirkan lima tingkatan produk Zainal 1996. Masing-masing tingkatan produk pada hakekatnya mencerminkan tingkatan kebutuhan konsumen. Adapun tingkatan-tingkatan produk tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkatan pertama : produk utama Yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pembeli dari setiap produk. Misalnya, dalam hal katering pelanggan membeli makanan. 2. Tingkatan kedua : produk generik Yaitu merubah manfaat utama menjadi produk generik, yaitu versi dasar dari produk tersebut. Misalnya, katering tidak hanya terdiri dari makanan yang disajikan tetapi juga ada dekorasi yang menyertainya. 3. Tingkatan ketiga : produk harapan Yaitu satu set atribut dan persyaratan yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika membeli produk tertentu. Misalnya, dalam katering pelanggan mengharapkan makanan yang enak dan cukup, dan dekorasi yang indah. 4. Tingkatan keempat : produk pelengkap Yaitu meliputi tambahan manfaat yang akan membedakannya dari produk yang dihasilkan oleh pesaing. Misalnya, katering menawarkan pelayanan yang baik, memberikan bonus gubuk, dekorasi dengan bunga-bunga yang segar dan meriah. Pada saat sekarang ini, persaingan terjadi pada tingkat produk pelengkap tambahan. Menurut Levitt diacu dalam Zainal 1996, persaingan sekarang bukanlah antara apa yang diproduksi perusahaan dalam pabrik- pabriknya, tetapi antara apa yang mereka tambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan, iklan, konsultan bagi pelanggan, pendanaan, pengiriman, pergudangan, dan hal-hal lainnya yang dianggap penting. 5. Tingkatan kelima : produk potensial Yaitu kondisi produk yang mempunyai peluang dan dipersiapkan untuk dikembangkan di masa depan.

2.2 Tinjauan Jasa

2.2.1 Definisi dan Karakteristik Jasa

Kotler diacu dalam Lupiyoadi 2008 menjelaskan bahwa jasa sebagai tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk barang fisik. Griffin diacu dalam Lupiyoadi 2008 menyebutkan bahwa jasa memiliki tiga karakteristik, yaitu: 1. Tidak berwujud intangibility Adalah sifat jasa yang tidak bersifat fisik meskipun dapat berkaitan dengan produk fisik, sehingga tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami oleh konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan. 2. Tidak dapat disimpan unstrorability Adalah sifat jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga inseparability tidak dapat dipisahkan, mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. 3. Kustomisasi customization Adalah sifat jasa yang sering kali didesain khusus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Hal ini dimaksudkan bahwa jasa mempunyai berbagai variasi bentuk, kualitas, dan jenisnya yang tergantung dari siapa, kapan, dan dimana produk tersebut dihasilkan.

2.2.2 Pengelolaan Kualitas Jasa

Salah satu cara utama membedakan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi ekspektasi kualitas jasa pelanggan sasaran. Ekspektasi pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut ke mulut, dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa. Pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan hal tersebut, dan setelah menerima jasa, mereka membandingkan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dialami terletak di bawah jasa yang diharapkan, pelanggan tidak akan berminat lagi pada penyedia. Jika jasa yang dialami memenuhi atau melebihi harapan, mereka akan menggunakan kembali penyedia jasa tersebut.

2.3 Penyelenggaraan Institusi Makanan

2.3.1 Perkembangan Institusi Makanan

Makanan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap makhluk hidup, khususnya manusia. Menurut hirarki kebutuhan Maslow, makanan merupakan salah satu kebutuhan paling dasar yang harus dicukupi terlebih dahulu sebagai kebutuhan biologis sebelum memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih tinggi. Namun, seiring perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup terjadi pergeseran nilai suatu produk dari pemuas kebutuhan fisik menjadi pemuas kebutuhan psikologis. Berdasarkan hal itu, makanan tidak hanya berperan dalam pemenuhan kebutuhan biologis tetapi juga mempunyai peranan sosiokultur. Menurut Almatsier diacu dalam Asra 2005, peranan sosiokultur makanan adalah, pertama makanan mempunyai fungsi kenikmatan, secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera yaitu rupa, warna, bau, rasa, suhu, dan tekstur. Kedua untuk menyatakan jati diri, misalnya sebagian besar orang sumatera menganggap daging sebagai makanan prestise. Ketiga mempunyai peranan religi contohnya penggunaan nasi tumpeng dan nasi kuning dalam acara selamatan. Keempat adalah sebagai fungsi komunikasi seperti dalam perjamuan bisnis. Kelima peran status ekonomi digunakan dalam menunjukkan prestise dan status ekonomi seseorang. Terakhir mempunyai peranan sebagai simbol kekuasaan. Perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin praktis juga mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan terhadap makanan tersebut. Salah satu faktornya adalah pola hubungan keluarga yang jauh, baik yang disebabkan oleh jarak tempat tinggal yang berjauhan maupun akibat tingkat kesibukan. Hal ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap makanan baik sebagai kebutuhan biologis maupun kebutuhan sosiokultur tidak dapat dipenuhi secara pribadi terkait dengan efektivitas dan efisiensi waktu. Sehingga, sebagian besar konsumen membutuhkan penyelenggaraan institusi makanan dalam memenuhi tingkat kebutuhan makanannya. Kini, penyelenggaraan institusi makanan sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat modern. Perkembangan institusi makanan juga semakin cepat dan menyebar luas. Ruang lingkup penyelenggaraannya pun tidak hanya mencakup perencanaan, persiapan, hingga pengolahan, tetapi juga memperhatikan aspek penghidangan makanan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik.

2.3.2 Penggolongan Institusi Makanan

Penyelenggaraan institusi makanan dapat dibedakan menjadi tiga golongan menurut tujuan dan sifatnya. Adapun penggolongan tersebut adalah : 1. Institusi Sosial Institusi ini bertujuan untuk memberi kesejahteraan, terutama pada: a. Karyawan institusi, sebagai tambahan makanan b. Asrama yatim piatu dan orang jompo, agar terpelihara kesehatan dan kelangsungan hidupnya c. Anak sekolah, untuk meningkatkan gizi Institusi golongan ini bersifat memberi dan membantu, anggota tidak dipungut biaya, dan dana didapat dari institusi lain atau para donatur. 2. Institusi Semi Sosial Institusi ini memiliki tujuan sama dengan institusi sosial, tetapi karena sedapat mungkin harus berdikari, maka para konsumen harus membayar. Sifat membantu dan mengambil sedikit keuntungan dengan 10-25 persen ditujukan untuk mengembalikan modal, perbaikan atau penggantian alat-alat, dan terkait dengan penambahan tenaga kerja. 3. Institusi Komersial Institusi ini memiliki tujuan usaha untuk menghidangkan makanan sebaik mungkin sehingga dapat menyenangkan para konsumen. Sifat dari institusi ini adalah mencari keuntungan sebesar mungkin, dikarenakan perlu untuk menghidupi semua bagian personalia dan biaya perkembangan institusi. Adapun contoh dari penyelenggaraan institusi makanan yang bersifat komersial antara lain, restoran, rumah makan, hotel, dan jasa boga katering. Kegiatan utama yang dilakukan bagi penyelenggaraan institusi makanan tersebut adalah mencakup usaha penjualan makanan jadi dan minuman berikut jasa menyajikan dan menghidangkannya bagi umum di tempat penjualannya.

2.4 Katering Jasa Boga

2.4.1 Definisi Katering

Istilah katering berasal dari bahasa Inggris yaitu catering. Kata cater mengandung pengertian menyajikan makanan, sedangkan orang yang menyajikan makanan disebut caterer. Istilah katering merupakan istilah khusus yang digunakan untuk bisnis yang menawarkan jasa dan penyedia makanan dan minuman dalam jumlah banyak. Jasa katering biasanya banyak diperuntukkan dalam berbagai acara besar, antara lain perkawinan, pesta, atau sekadar arisan keluarga. Definisi tentang katering juga dijelaskan pada beberapa literatur, yaitu: 1. Menurut peraturan Menkes No. 7121986 Katering jasa boga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan dengan tetap memperhatikan tingkat penyehatan makanan. Kegiatan pengelolaan makanan yang dilakukan meliputi: penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk misalnya dari padat menjadi cair, pengemasan dan pewadahan. Sedangkan tingkat penyehatan makanan yang dimaksud adalah upaya untuk mengendalikan faktor masakan, orang serta semua perlengkapan yang dapat atau mungkin menimbulkan penyakit atau mengganggu kesehatan. 2. Menurut Badan Pusat Statistik 2006 Katering jasa boga adalah kegiatan usaha yang mencakup penjualan makanan jadi siap dikonsumsi yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk kantor, perayaan, pesta, seminar, rapat, dan sejenisnya. Biasanya makanan jadi yang dipesan diantar ke tempat kerja, pesta, seminar, dan sejenisnya berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu tersebut. Dalam hal ini, kelompok jasa boga yang melayani pesawat angkutan udara, tempat pengeboran minyak, dan lokasi penggergajian kayu termasuk di dalamnya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, secara umum dapat dijelaskan bahwa katering hadir dengan tujuan untuk menjawab tuntutan masyarakat akan kepraktisan. Mereka yang tidak mau direpotkan dalam urusan makanan, penataan hidangan, hingga setting lokasi acara akan langsung meminta bantuan dari jasa katering. Katering skala kecil memang hanya menyediakan makanan, tetapi katering skala menengah atau besar sudah pasti menambahkan pelayanan lain dari paket kateringnya. Katering pun hadir dalam berbagai format yaitu katering yang khusus menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk pesta pernikahan, acara kantor, arisan, bahkan sekadar permintaan individu.

2.4.2 Jenis-Jenis Katering

a. Penggolongan katering Secara Umum Bisnis katering tidak selamanya identik dengan penyediaan makanan untuk acara pesta saja. Kini, tidak sedikit katering yang merambah format lain, misalnya hanya khusus menyediakan hidangan untuk pesanan sekolah, kantor, atau bahkan kesehatan. Umumnya, jenis katering terbagi dalam kategori berikut ini Fitria 2009. 1. Katering rantangan Katering jenis ini layaknya seperti warung makan yang melayani permintaan secara individual. Konsumen bisa dengan bebas memilih menu yang disajikan. Setiap paket katering rantangan, biasanya terdiri atas tiga sampai empat macam menu rumahan yang dikemas dalam bentuk rantang atau boks. Katering rantangan ini biasanya banyak dipesan saat makan siang oleh karyawan, mahasiswa, atau rumah tangga. 2. Katering sekolah Katering ini tidak jauh berbeda dengan katering rantangan, katering sekolah pun memang ditujukan juga untuk memenuhi kebutuhan individual. Namun, bedanya jumlah yang dilayani dalam sekali pengiriman lebih banyak daripada katering rantangan. Katering ini memenuhi kebutuhan makan staf dan murid sekolah. 3. Katering karyawan Katering ini juga tidak berbeda dengan katering-katering sebelumnya katering rantangan dan katering sekolah, katering karyawan juga khusus melayani pesanan bagi karyawan perusahaan setiap hari. Umumnya, katering ini akan menyediakan paket makan siang karyawan. Makanan yang disediakan bisa menggunakan kemasan dalam bentuk rantang, boks, atau prasmanan. Selain menyediakan makan siang bagi karyawan, katering jenis ini juga bisa melayani acara-acara khusus, seperti kenaikan dan pelepasan jabatan, ulang tahun perusahaan, dan rapat perusahaan. 4. Katering pernikahan Katering pernikahan merupakan katering yang umum hadir di masyarakat untuk melayani acara-acara besar pernikahan. Konsumen yang menggunakan jasa katering ini akan dimudahkan dari berbagai kerepotan dalam menyelenggarakan hajatan. Pihak katering tidak sekadar menjual makanan, tetapi juga memberikan pelayanan penyusunan hidangan, dekorasi acara, dan pelayanan “stand” makanan. Jenis makanan yang disajikan umumnya berupa prasmanan buffet dengan menu yang beragam mulai dari hidangan pembuka, inti, penutup, hingga sajian camilan. Tingkatan harga yang ditawarkan beragam, tergantung pada paket yang diambil oleh konsumen. 5. Katering kesehatan Katering kesehatan tidak jauh berbeda dengan katering sekolah atau kantoran. Satu hal yang membedakan adalah konsumen yang dituju merupakan pasien dari rumah sakit atau mereka yang fokus terhadap kesehatan. Katering kesehatan identik pula dengan sebutan katering diet. Diet disini tidak selamanya ditujukan untuk mereka yang ingin kurus saja. Namun, mereka yang terkena penyakit tertentu atau sekadar ingin melakukan pola makan yang sehat pun bisa memesan makanan dari katering diet ini. Sesuai dengan namanya, makanan yang ditawarkan oleh katering kesehatan tidak sembarangan. Biasanya, dalam proses memasak diperlukan kehadiran seorang ahli gizi. Ia lah yang akan menghitung asupan gizi yang diperlukan dari setiap konsumen. Dengan demikian, yang disajikan akan ideal mulai dari karbohidrat, protein, hingga vitamin. Tingkatan harga yang ditawarkan sedikit lebih mahal. Hal ini disebabkan proses memasak yang dilakukan satu per satu, sesuai kebutuhan tiap konsumen serta ditambah dengan kemasan yang harus sesuai standar kesehatan. Dari berbagai jenis katering tersebut, pada umumnya pemilik katering pada saat ini tidak terlalu terpaku kepada salah satu segmen. Namun, pemilik katering tetap memiliki kecenderungan untuk melakukan spesialisasi pelayanan kateringnya dalam melayani pelanggan. b. Penggolongan Katering Berdasarkan Peraturan Menkes No. 7121986 Peraturan Menkes No. 7121986 tentang persyaratan kesehatan katering jasa boga menjelaskan bahwa penyelenggaraan katering harus memenuhi persyaratan kesehatan terlepas dari format katering secara umum. Adapun persyaratan kesehatan katering, yaitu : 1. Penyelenggaraan katering harus memperhatikan pengelolaan makanan yang baik dan memenuhi syarat kesehatan secara optimal. 2. Penyelenggaraan katering harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Penyelenggaraan katering perlu memperhatikan perlindungan dari kemungkinan gangguan kesehatan akibat pengelolaan katering yang tidak memenuhi syarat. Atas dasar persyaratan kesehatan tersebut, maka jasa katering dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Jasa boga golongan A adalah : jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum. Golongan ini terdiri dari A1, A2, dan A3. a. Golongan A1 Adalah jasa boga yang pengolahannya menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga. b. Golongan A2 Adalah jasa boga yang pengolahannya menggunakan dapur rumah tangga tetapi memperkerjakan tenaga kerja dari luar. c. Golongan A3 Adalah jasa boga yang menggunakan dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja dari luar. 2. Jasa boga golongan B adalah : jasa boga yang melayani kebutuhan khusus, seperti untuk asrama, pelayanan makanan untuk pengeboran minyak di lepas pantai, untuk perusahaan, untuk angkutan umum dalam negeri. Teknik pengelolaannya sama dengan katering golongan A3 yaitu harus menggunakan dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja dari luar. 3. Jasa boga golongan C : jasa boga yang melayani kebutuhan khusus pada angkutan internasional.

2.5 Penyelenggaraan Jasa Boga Kesehatan

Katering jasa boga kesehatan merupakan salah satu contoh format katering yang berkembang dalam bisnis katering secara umum. Perubahan gaya hidup yang alami dan menyehatkan bagi sebagian orang merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha jasa boga kesehatan. Meskipun jumlah pelanggan dalam katering kesehatan tidak sebesar jumlah pelanggan dalam katering lainnya, katering kesehatan tetap memiliki prospek yang baik dengan mengambil segmentasi masyarakat kelas menengah ke atas dan golongan masyarakat yang fokus pada pola makan yang sehat. Sehingga tingkatan harga yang ditawarkan pun tidak menjadi masalah bagi pelanggan tersebut dikarenakan kualitas dan manfaat yang sesuai dengan yang diharapkan. Kedepannya, katering kesehatan juga berprospek tidak hanya dalam memenuhi kebutuhan konsumen individu tetapi juga pada penyelenggaraan katering kesehatan dalam jumlah besar seperti kegiatan perusahaan, seminar, dan lainnya. Berdasarkan pada tingkat kebutuhan individu pelanggannya, katering kesehatan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, antara lain: 1. Katering kesehatan bagi orang sakit Katering kesehatan yang menyelenggarakan program diet khusus bagi penderita penyakit seperti: diabetes melitus, jantung, gagal ginjal akut, hati, kandung empedu, saluran cerna, asam urat, dan sebagainya. Program diet tersebut dirancang berdasarkan tingkat kebutuhan gizi pelanggan penderita yang disesuaikan dengan keadaan penyakitnya. 2. Profesional Balance Calory Katering kesehatan yang menyelenggarakan program khusus bagi para profesional yang membutuhkan makanan dengan gizi seimbang namun tetap terukur kalorinya 600-800 kalori sesuai dengan umur, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas harian. 3. Program penurunan berat badan Katering kesehatan yang menyelenggarakan program khusus yang dirancang untuk pengaturan pola makan yang sehat dan sekaligus untuk menurunkan berat badan. Ada beberapa pilihan program penurunan berat badan, yaitu: a. Weight Management Program Adalah program penurunan berat badan dengan pola pengaturan makan rendah kalori rendah lemak. Program ini akan memperhitungkan kebutuhan kalori tiap orang berdasarkan perhitungan indeks masa tubuh yaitu perbandingan berat badan dengan tinggi badan dalam meter persegi. b. Food combining Adalah program penurunan berat badan dengan prinsip pola makan yang dibuat dengan tidak mempertemukan karbohidrat dan protein hewani pada saat bersamaan. Bentuk makanan dibuat rendah lemak dan rendah minyak, serta kaya serat. Oleh karena itu pada program ini terdapat banyak kandungan buah dan sayuran. c. South Beach Diet SBD Adalah program diet yang dirancang untuk penurunan berat badan yang optimal. Prinsip pola makan dalam program SBD yaitu diet rendah karbohidrat, cukup protein, dan cukup lemak. 4. Vegetarian Katering kesehatan yang menyelenggarakan program diet dengan rancangan khusus bagi mereka yang tidak mengkonsumsi makanan hewani. Namun pada vegetarian ada juga yang masih bisa mengkonsumsi ikan, telur, susu, dan hasil olahan susu seperti keju. 5. Okinawa Katering kesehatan yang menyelenggarakan kebutuhan diet yang dirancang khusus sebagai program “diet” anti oksidan. Program ini mempunyai tujuan untuk mengurangi radikal bebas dan berbagai macam polusi, racun, zat karsinogenik, dan sebagainya. 6. Makrobiotik Katering kesehatan yang menyelenggarakan kebutuhan diet khusus untuk pencegahan penyakit kanker dan sebagai penunjang terapi kanker. Secara garis besar, tujuan diet ini adalah untuk mendapatkan berat badan yang lebih ideal, memicu pembakaran tumpukan lemak, tubuh yang lebih sehat, ketahanan fungsi tubuh yang lebih baik dan menghindari diri dari risiko penyakit kanker serta penyakit jantung. 7. Katering kesehatan lainnya Katering kesehatan yang menyelenggarakan kebutuhan akan pola pangan sehat lainnya, misalnya program bagi ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, dan program lainnya yang menginginkan kebutuhan makanan sehat baik untuk keperluan individu maupun kelompok.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu