Metode Pengumpulan Data Sejarah Perusahaan

31

4.4 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh melalui hasil kuisioner dari dua jenis responden yang pertama pengambil keputusan, dalam hal ini adalah pemilik perusahaan, penanggung jawab dan Koordinator Elsari Brownies and Bakery; dan yang kedua adalah konsumen akhir. Pengisian Kuisioner dilakukan dengan memberikan kuisioner dan mewawancarai langsung respondennya. Data sekunder diperoleh melalui buku, internet, Instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan perdagangan, perpustakaan LSI IPB. Adapun hasil informasi yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar maupun grafik. Intrumentasi yang digunakan adalah daftar pertanyaan, alat pencatat, penyimpan elektronik komputer dan peralatan pendukung lain yang digunakan dalam penelitian.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2012. Jenis data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara langsung kepada narasumber yang dinilai mampu memberikan data dan informasi aktual dalam mendukung kegiatan ini. Adapun narasumber internal perusahaan yaitu H. Maman Surahman selaku pemilik perusahaan, Elli Ratnasari, istri pemilik perusahaan selaku penanggung jawab perusahaan dan Tomi, putra pemilik perusahaan sebagai koordinator kepala bagian. Sistem pembobotan untuk pendapat masing-masing responden internal perusahaan diasumsikan sama. Hal ini karena ketiga responden tersebut memiliki wewenang yang sama dalam penentuan keputusan perusahaan. Setiap pendapat top management Elsari Brownies and Bakery sama-sama memiliki bobot 33,33 persen untuk diolah dengan menggunakan metode AHP. Data primer juga dikumpulkan dengan teknik observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menemukan dan mengumpulkan hasil riset atau penelitian terdahulu dan berbagai literatur seperti perpustakaan, dan situs internet yang relevan dengan permasalahan penelitian. 32

4.6 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan dengan mengolah dan menganalisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan data secara kualitatif ini menggunakan alat analisis berupa analisis deskriptif. Metode pengolahan data secara kuantitatif menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process. Pada penelitian ini memiliki tiga tujuan. Tujuan pertama adalah untuk mengidentifikasi kegiatan perusahaan terkait dengan bauran pemasaran perusahaan. Metode identifikasi yang digunakan adalah dengan melakukan analisis deskriptif terhadap taktik bauran pemasaran yang telah dilakukan oleh EBB. Tujuan kedua adalah menganalisis persepsi konsumen terhadap strategi bauran pemasaran EBB. Tujuan ketiga adalah memformulasikan prioritas strategi bauran pemasaran yang tepat dan efektif untuk dijalankan oleh EBB. Formulasi strategi pemasaran ini dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process AHP. Keputusan-keputusan dari pihak manajemen yang diwawancara dianalisis dan diprioritaskan sesuai dengan tujuan pemasaran dan bauran pemasaran yang digunakan perusahaan sehingga akan dihasilkan keputusan mengenai bauran pemasran yang tepat dan konsisten terhadap tujuan pemasaran perusahaan. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari metode analisis deskriptif dan metode Analitycal Hierarchy Process AHP sedangkan alat analisis yang digunakan adalah program Microsoft Excell 2007.

4.6.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen EBB. Karakteristik konsumen yang dianalisis berdasarkan karakteristik demografi yang meliputi jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh, status pernikahan dan alamat. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menilai persepsi konsumen terhadap atribut bauran pemasaran EBB. Tingkat persepsi konsumen diukur menggunakan lima skala yaitu „sangat setuju‟, „setuju‟, „ragu-ragu‟, „tidak setuju‟ dan „sangat tidak setuju‟, yang kemudian akan dianalisis mengenai persepsi konsumen terhadap strategi bauran pemasaran perusahaan. 33

4.6.2 Proses Hirarki Analitik

Data dan informasi yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data akan diolah terlebih dahulu. Tujuan dari pengolahan data adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner oleh responden, menyajikannya dalam susunan yang rapi dan baik untuk kemudian dianalisis. Data yang diperoleh dari pakar atau ahli konsumen akan dianalisis secara deskriptif. Pengolahan data diperlukan untuk menerjemahkan angka-angka yang didapatkan dari hasil penelitian maupun untuk menjawab tujuan penelitian. Metode analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process AHP. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dengan top management Elsari Brownies and Bakery. Berdasarkan data dan informasi yang telah terkumpul selanjutnya dibuat struktur hierarki. Struktur hierarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner yang akan diberikan kepada responden. Kuesioner akan diberikan kepada responden untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat dalam struktur hierarki. AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi elemen di satu tingkat yang akan berpengaruh pada bobot elemen pada tingkat dibawahnya dan pada akhirnya metode AHP dapat digunakan untuk menghitung bobot pada setiap level untuk penilaian tujuan keseluruhan. Validitas dari nilai-nilai numerik pembobotan prioritas elemen-elemen tersebut kemudian dapat dievaluasi dengan suatu uji konsistensi sehingga dapat diperoleh prioritas menyeluruh bagi semua elemen. Data hasil kuesioner yang diperoleh dari responden diproses dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007. Data hasil kuesioner responden tersebut diolah dengan menggunakan program komputer dan hasil pengolahan tersebut dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel. Metode AHP dilakukan dengan delapan langkah kerja utama Proses Hirarki Analisis yang menurut Saaty 1991, yaitu: 1 Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan permasalahan. Mendefinisikan situasi secara seksama dan penguasaaan secara mendalam mengenai permasalahan. Penguasaaan permasalahan secara mendalam 34 akan dijadikan titik tolak dalam pemilihan tujuan perushaaan, kriteria dan elemenelemen yang menyusun suatu hierarki. 2 Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem- sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hirarki merupakan alat yang mendasar yang digunakan untuk mengelompokkan berbagai elemen yang homogen ke dalam tingkatan tertentu Gambar 7. Gambar 7. Model Struktur Proses Hirarki Analitik Sumber: Saaty 1991 Sistem hirarki keputusan memiliki bentuk yang saling terkait, yang tersusun atas tingkat satu yang merupakan yang terdiri atas hanya satu elemen, yaitu sasaran utama menyeluruh. Sedangkan tingkat-tingkat lain mengandung beberapa elemen yang homogen yang dimasukkan ke dalam tingkatan tertentu agar dapat dibandingkan secara bermakna terhadap elemen-elemen yang berada setingkat di atasnya. Sebagai pembatas dalam menata elemen secara hierarki adalah bahwa setiap elemen yang berada setingkat di atasnya berfungsi sebagai kriteria untuk memperkirakan pengaruh relatif elemen-elemen di tingkat bawah tersebut. Tingkat 1 merupakan fokus dari penelitian, tingkat 2 merupakan G F1 F2 F3 F4 A1 A2 A3 A4 O1 O2 O3 O4 S1 S2 S3 S4 Tingkat 2. Faktor Tingkat 3. Pelaku Tingkat 4. Tujuan Tingkat 5. Skenario Tingkat 1. Fokus 35 tujuan, tingkat 3 adalah faktor dan terakhir adalah tingkat 4 merupakan sekenario yang terdiri atas berbagai tindakan akhir atau rencana-rencana alternatif, yang bisa berkontribusi secara positif ataupun negatif bagi pencapaian sasaran utama melalui pengaruhnya pada berbagai kriteria yang ada di antara tingkat tersebut. Menurut Saaty 1991, dalam menyusun suatu hirarki tidak ada batasan atau prosedur untuk menempatkan tujuan, kriteria dan kegiatan yang terdapat dalam hirarki. Semua bergantung pada tujuan yaitu apa yang hendak dicapai dalam menghadapi kompleksnya permasalahan tersebut. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen yang dipilih dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para pakar terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan. 3 Membuat matrik perbandingan berpasangan Penetapan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan dapat dilakukan dengan pembuatan matriks perbandingan berpasangan, yaitu elemen-elemen dibandingkan terhadap suau kriteria yang ditentukan. Matriks merupakan alat yang sederhana dan memberikan kerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan cara membuat pembandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Proses perbandingan berpasangan dimulai pada puncak hierarki untuk memilih kriteria X yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan yang pertama antar elemen yang terkait yang ada di bawahnya A 1, A 2, A 3… A n . 4 Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks di langkah ketiga. Dalam matriks perbandingan berpasangan, dilakukan perbandingan antara elemen A 1, A 2, A 3… A n pada kolom ke-j dengan elemen A 1, A 2, A 3… A n baris ke-I yang berhubungan dengan fokus X. Untuk mebandingkan 36 elemenelemen dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan: “Seberapa kuat suatu elemen baris ke-i memiliki atau berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi dan menguntungkan fokus X, dibandingkan dengan elemen kolom ke- j?” Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan, digunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas elemen yang lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut. Tabel memuat skala perbandingan berpasangan. Skala tersebut mendefinisikan nilai 1 sampai dengan yang ditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya. Tabel 6. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas elemen lain 5 Elemen yang satu sangat penting dari pada elemen lainnya Satu elemen yang kuat didukung dan didominasinya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya Satu elemen yang kuat didukung dan didominasinya 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan Kebalikannya Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty 1991 5 Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Ai lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki X dibandingkan Aj. Sedangkan bila Ai kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibanding dengan Aj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Untuk 37 tahap 6-8, dapat diolah dengan menggunakan komputer dengan program komputer Excel 2007. 6 Melaksanakan langkah 3, 4, 5 untuk semua elemen pada setiap keputusan yang terdapat pada hierarki berkenaan dengan kriteria elemen. Matriks perbandingan dalam metode AHP dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Matriks pendapatan Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan. MPI merupakan matriks hasil perbandingan yang dilakukan oleh individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a ij , yaitu matriks pada baris ke-I dan kolom ke-j. Matriks Pendapat Individu dapat dilihat pada Tabel 7. Matriks Pendapat Individu X A1 A2 A3 … An A1 A11 A12 A13 … A1n A2 A21 A22 A23 … A2n A3 A31 A32 A33 … A3n … … … … … … An An1 An2 An3 … Ann Sumber: Saaty 1991 Matrik pendapat gabungan MPG adalah susunan matriks baru elemen baru yang nilai akhir elemen g ij berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang resikoinkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari satu MPI dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 8. Matriks Pendapat Gabungan X G1 G2 G3 … Gn G1 G11 G12 G13 … G1n G2 G21 G22 G23 … G2n G3 G31 G32 G33 … G3n … … … … … … Gn Gn1 Gn2 Gn3 … Gnn Sumber: Saaty 1991 38 7 Mensintesis Prioritas untuk Melakukan Pembobotan Vektor-Vektor Prioritas. Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor- vektor prioritas tersebut dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu: 1 Pengolahan horizontal dan 2 Pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi. a. Perhitungan prioritas kepentingan setiap elemen pada level yang sama. Perhitunngan prioritas kepentingan setiap elemen pada level yang sama dilakukan dengan metode pengolahan horizontal. bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang persis berada satu tingkat di atas elemen tersebut. Pengolahan ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu penentuan vector prioritas vector eigen, uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. 1. Perkalian baris Z dengan rumus: Dengan i, j = 1, 2, 3, …, n

2. Perhitungan vector prioritas VP atau vector eigen dengan rumus:

Dengan VP = V pi untuk I = 1, 2, 3, …, n

3. Perhitungan nilai eigen max λmaks dengan rumus:

Zi = π V pi = λmaks = 39 Dengan VA = Vai dengan VB = Vbi dengan I = 1, 2, 3, …, n

4. Perhitungan indeks inkonsistensi CI dengan rumus:

5. Perhitungan rasio inkonsistensi CR dengan rumus:

RI = Indeks acak random indeks Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 10 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat inkonsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolok ukur bagi konsisten atau tidaknya suatu hasil perbandingan dalam suatu matriks pendapat. RI merupakan nilai indeks acak yang berbeda sesuai ordenya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 9. Nilai Indeks Acak Orde n Indeks Acak RI Orde n Indeks Acak RI 1 8 1,41 2 9 1,45 3 0,58 10 1,49 4 0,90 11 1,51 5 1,12 12 1,48 6 1,24 13 1,56 VA = aij x VP VB = CI = CR = 40 7 1,32 14 1,57 Sumber: Saaty 1991 b. Perhitungan prioritas kepentingan setiap elemen terhadap fokus Perhitungan prioritas kepentingan setiap elemen terhadap fokus dilakukan dengan metode pengolahan vertikal. Pengolahan ini merupakan pengolahan lanjutan setelah MPI dan MPG yang diolah secara horizontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan suatu rioritas pengaruh setiap elemen, pada tingkat tertentu dalam satu tingkat hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam pengolahan horizontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena hanya berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding, yang merupakan elemen-elemen tingkat atasnya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu bobot prioritas setiap elemen, pada tingkat dalam suatu hirarki terhadap sasarannya. Apabila Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama maka: Dengan: i = 1, 2, 3, …, r; j = 1, 2, 3, …, s; t = 1, 2, 3, …, p Dimana: CH ij t, i – 1 = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal. VWt i=1 = Prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horizontal. P = Jumlah tingkat hirarki keputusan r = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-j 8 Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Cvij = 41 Langkah ini dilakukan dengan mengembalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing- masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensinya harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika lebih dari 10 persen maka diperbaiki dengan mengajukan pertanyaan dan mengarahkan responden untuk mengisi kuesioner dengan baik ketika melakukan pengisian ulang kuesioner. Menurut Permadi yang diacu dalam Afandi 2011 AHP merupakan alat analisis yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan AHP adalah: 1 struktur hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai kepada sub- sub kriteria yang paling dalam; 2 memperhitungkan validitas sampai pada batas toleransi konsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan; 3 mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka; dan 4 mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi atau kepentingan dari setiap elemen hirarki. Kelemahan dari metode AHP adalah ketergantungan model AHP pada input utamanya yang berupa pendapat seorang ahli sehingga melibatkan subyektifitas sang ahli. Berdasarkan uraian tersebut diketahui keunggulan AHP sangat cocok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan multi level pada kasus pemasaran EBB. Oleh sebab itu, AHP dipilih sebagai alat analisis strategi pemasaran Elsari Brownies and Bakery. Dalam perumusan AHP terdapat tiga langkah utama yang harus dipahami untuk memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit yaitu: 1 menyusun hirarki; 2 menetapkan prioritas; 3 konsistensi logis. Ketiga langkah tersebut yang mendasari perumusan AHP untuk menentukan strategi pemasaran pada EBB. Langkah pertama adalah penyusunan hirarki, artinya EBB berusaha untuk menggambarkan dan menguraikan permasalahan atau realitas secara hirarki. Untuk memperoleh pengetahuan terinci, realitas yang kompleks disusun kedalam 42 bagian lain dan seterusnya secara hierarki. Dengan kata lain persoalan yang kompleks dipecahkan menjadi unsur-unsur terpisah. Hierarki yang dirumuskan untuk EBB ini terbagi atas empat level, yakni 1 level 1: fokus pada perumusan strategi pemasaran berdasarkan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan; 2 level 2: tujuan yang ingin dicapai perusahaan yang dalam hal ini adalah meningkatkan image brand awareness bagi konsumen, meningkatkan penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas pelanggan dan menghadapi pesaing; 3 Strategi yang menjadi alternatif yakni fokus pada promosi, fokus pada distribusi, fokus pada produk, Fokus pada harga. Sedangkan untuk strategi operasional yang berasal dari strategi produk terdiri dari rasa produk, tampilan produk, ukuran produk dan keragaman produk. Strategi operasional yang membentuk strategi harga yaitu strategi potongan harga dan strategi penjualan dibawah harga pesaing-pesaing. Strategi operasional yang berasal dari strategi distribusi terdiri dari pemasaran langsung, pemasaran countertoko dan pemasaran dengan agen disrtibusi. Strategi operasional terakhir yaitu strategi promosi yang terdiri dari pemberian leaflet, pemasangan iklan di majalah, pembuatan papan nama dan menjadi sponsor acara. Keseluruhan keempat langkah utama tersebut dapat dilihat pada gambar 8. 43 Gambar 8. Model Hirarki Keputusan untuk Analisis dan Perumusan Strategi Pemasaran UKM EBB Rasa Tampilan Varian Ukuran Diskon Harga Bersaing Langsung Counter t oko Agen Leaflet Koranmajalah Papan Nama Sponsor Acara Level 1 Fokus Menganalisis dan Merumuskan Alternatif Strategi Pemasaran UKM Elsari Brownies and Bakery Meningkatkan Brand Awareness Meningkatkan penjualan Memperluas Pemasaran Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Menghadapi Pesaing Fokus Produk Fokus Harga Fokus Distribusi Fokus Promosi Level 2 Tujuan Level 3 Strategi Level 4 Strategi Operasional 44 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan

Elsari Brownies and Bakery adalah UKM yang bergerak dibidang pengolahan makanan jadi seperti pastry, Brownies dan kue tradisional lainnya. Pendiri Elsari Brownies and Bakery adalah H. Maman Surahman. Bapak Maman sebelumnya adalah karyawan PT. Good Year Indonesia yang kemudian pensiun pada tahun 2003. Usaha Brownies ini berawal dari kecintaan istri pak Maman, Hj Elli Ratnasari terhadap kegiatan masak-memasak. Kepandaian Ibu Elli membuat kue menjadikan Ibu Elly sering menerima pesanan kue dari tetangga sekitar rumah. Dengan latar belakang pemanfaatkan waktu setelah pensiun dan istri yang pandai memasak kue, mendorong Pak Maman untuk mendirikan usaha pembuatan kue. Agustus 2003 merupakan awal Pak Maman dan Bu Elli merintis bisnis kue. Modal awal sebesar Rp 3.000.000,- dimanfaatkan pemilik untuk membeli peralatan dan bahan baku produksi. Bisnis yang memiliki lokasi awal masa perintisan yang dilaksanakan di rumah pemilik yaitu di Jl. Kebon Pedes I No.2 Kota Bogor, ternyata juga memiliki sistem pembagian kerja yang sederhana pula. Manajemen awal usaha ini hanya dilaksanakan berdua yaitu oleh Ibu Elli yang bekerja di bagian produksi dan Pak Maman yang bekerja sebagai pemasar, distributor yang mengantarkan produk langsung ke rumah konsumen. Penjualan brownies panggang dan brownies kering yang berkelanjutan dan permintaan yang semakin meningkat, mendorong Pak Maman untuk mendirikan usaha resmi dan memperbesar skala usaha. September 2003 Pak Maman menyewa rumah lain yang beralamat di Jl. Raya Pondok Rumput No. 18 RT 0611, Kel. Kebon Pedes, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor sebagai tempat melakukan kegiatan produksi dan mini counter sebagai tempat melayani pembelian secara langsung. Pemilik meresmikan usaha kue ini pada tanggal 1 Oktober 2003 dengan nama Elsari Brownies and Bakery. Nama usaha ini diciptakan Pak Maman dari singkatan nama istrinya yaitu Elli Ratnasari. Pemilihan nama ini merupakan bentuk salah satu apresiasi beliau terhadap istrinya. Awalnya Elsari Brownies and Bakery hanya memproduksi brownies panggang dan brownies kukus. Perkembanngan usaha tentu saja membuat jumlah 45 produksi brownies meningkat, seiring dengan meningkatnya produksi produk retur pun tak bisa dihindari. Berawal dari strategi menyiasati adanya produk retur dari brownies yang dipasarkan, maka mulai tahun 2006 perusahaan mulai membuat brownies kering atau yang lazim disebut broker. Sejarah awal pemasaran broker bertolak dari kemasan sederhana. Broker yang merupakan hasil olahan kembali dari retur brownies panggang kemudian dimasukkan ke toples dan dijual di warung dan toko di sekitar pabrik. Setelah dipasarkan selama beberapa bulan ternyata penjualan broker berjalan baik. Broker dirasa mampu menangkap selera konsumen brownies yang telah jenuh dengan jenis brownies yang ada. Tahun 2007 adalah tahun awal pengemasan broker secara lebih menarik. Kemasan broker mirip dengan kemasan brownies panggang dan brownies kukus yaitu terbuat dari karton dan desain khusus Elsari Brownies and Bakery.

5.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan