31
4.4 Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan  data  sekunder.  Data  Primer  diperoleh  melalui  hasil  kuisioner  dari  dua  jenis
responden  yang  pertama  pengambil  keputusan,  dalam  hal  ini  adalah  pemilik perusahaan, penanggung jawab dan Koordinator Elsari Brownies and Bakery; dan
yang  kedua  adalah  konsumen  akhir.  Pengisian  Kuisioner  dilakukan  dengan memberikan kuisioner dan mewawancarai langsung respondennya.
Data  sekunder  diperoleh  melalui  buku,  internet,  Instansi-instansi  yang terkait  seperti  Badan  Pusat  Statistik,  Dinas  Perindustrian  dan  perdagangan,
perpustakaan  LSI  IPB.  Adapun  hasil  informasi  yang  diperoleh  disajikan  dalam bentuk  tabulasi,  gambar  maupun  grafik.  Intrumentasi  yang  digunakan  adalah
daftar  pertanyaan,  alat  pencatat,  penyimpan  elektronik  komputer  dan  peralatan pendukung lain yang digunakan dalam penelitian.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Metode  pengumpulan  data  primer  dilakukan  pada  bulan  Oktober  - Desember  2012.  Jenis  data  yang  digunakan  berasal  dari  data  primer  dan  data
sekunder. Teknik  pengumpulan data primer  yang digunakan dalam penelitian ini adalah  dengan  teknik  wawancara  langsung  kepada  narasumber  yang  dinilai
mampu memberikan data dan informasi aktual dalam mendukung kegiatan ini. Adapun narasumber internal perusahaan yaitu H. Maman Surahman selaku
pemilik  perusahaan,  Elli  Ratnasari,  istri  pemilik  perusahaan  selaku  penanggung jawab perusahaan dan Tomi, putra pemilik perusahaan sebagai koordinator kepala
bagian.  Sistem  pembobotan  untuk    pendapat  masing-masing  responden  internal perusahaan diasumsikan sama. Hal ini karena ketiga responden tersebut memiliki
wewenang  yang  sama  dalam  penentuan  keputusan  perusahaan.  Setiap  pendapat top  management  Elsari  Brownies  and  Bakery  sama-sama  memiliki  bobot  33,33
persen untuk diolah dengan menggunakan metode AHP. Data  primer  juga  dikumpulkan  dengan  teknik  observasi  atau  pengamatan
langsung  di  lokasi  penelitian.  Metode  pengumpulan  data  sekunder  dilakukan dengan  menemukan  dan  mengumpulkan  hasil  riset  atau  penelitian  terdahulu  dan
berbagai  literatur  seperti  perpustakaan,  dan  situs  internet  yang  relevan  dengan permasalahan penelitian.
32
4.6 Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode  pengolahan  data  dilakukan  dengan  mengolah  dan  menganalisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan data secara kualitatif  ini
menggunakan  alat  analisis  berupa  analisis  deskriptif.  Metode  pengolahan  data secara kuantitatif  menggunakan metode  Analitycal Hierarchy Process.
Pada  penelitian  ini  memiliki  tiga  tujuan.  Tujuan  pertama  adalah  untuk mengidentifikasi  kegiatan  perusahaan  terkait  dengan  bauran  pemasaran
perusahaan.  Metode  identifikasi  yang  digunakan  adalah  dengan  melakukan analisis  deskriptif  terhadap  taktik  bauran  pemasaran  yang  telah  dilakukan  oleh
EBB.  Tujuan  kedua  adalah  menganalisis  persepsi  konsumen  terhadap  strategi bauran pemasaran EBB. Tujuan ketiga adalah memformulasikan prioritas strategi
bauran  pemasaran  yang  tepat  dan  efektif  untuk  dijalankan  oleh  EBB.  Formulasi strategi  pemasaran  ini  dengan  menggunakan  metode  Analitycal  Hierarchy
Process  AHP.  Keputusan-keputusan  dari  pihak  manajemen  yang  diwawancara dianalisis  dan  diprioritaskan  sesuai  dengan  tujuan  pemasaran  dan  bauran
pemasaran  yang  digunakan  perusahaan  sehingga  akan  dihasilkan  keputusan mengenai  bauran  pemasran  yang  tepat  dan  konsisten  terhadap  tujuan  pemasaran
perusahaan.  Metode  pengolahan  dan  analisis  data  terdiri  dari  metode  analisis deskriptif  dan  metode  Analitycal  Hierarchy  Process  AHP  sedangkan  alat
analisis yang digunakan adalah program Microsoft Excell 2007.
4.6.1 Analisis Deskriptif
Metode  analisis  deskriptif  bertujuan  untuk  menganalisis  karakteristik konsumen EBB. Karakteristik konsumen yang dianalisis berdasarkan karakteristik
demografi yang meliputi jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat  pendidikan  terakhir  atau  yang  sedang  ditempuh,  status  pernikahan  dan
alamat. Analisis  deskriptif  juga  digunakan  untuk  menilai  persepsi  konsumen
terhadap  atribut  bauran  pemasaran  EBB.  Tingkat  persepsi  konsumen  diukur menggunakan lima skala
yaitu „sangat setuju‟, „setuju‟, „ragu-ragu‟, „tidak setuju‟ dan
„sangat  tidak  setuju‟,  yang  kemudian  akan  dianalisis  mengenai  persepsi konsumen terhadap strategi bauran pemasaran perusahaan.
33
4.6.2 Proses Hirarki Analitik
Data  dan  informasi  yang  telah  terkumpul  dalam  tahap  pengumpulan  data akan
diolah terlebih
dahulu. Tujuan
dari pengolahan
data adalah
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner oleh responden,  menyajikannya  dalam  susunan  yang  rapi  dan  baik  untuk  kemudian
dianalisis.  Data  yang  diperoleh  dari  pakar  atau  ahli  konsumen  akan  dianalisis secara deskriptif. Pengolahan data diperlukan untuk menerjemahkan angka-angka
yang didapatkan dari hasil penelitian maupun untuk menjawab tujuan penelitian. Metode  analisis  data  dalam  penelitian  ini  akan  dilakukan  dengan
menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process AHP. Penelitian ini diawali dengan  pengumpulan  data  dan  informasi  melalui  wawancara  dengan  top
management  Elsari  Brownies  and  Bakery.  Berdasarkan  data  dan  informasi  yang telah  terkumpul  selanjutnya  dibuat  struktur  hierarki.  Struktur  hierarki  yang  telah
disusun  menjadi  dasar  untuk  pembuatan  kuesioner  yang  akan  diberikan  kepada responden.  Kuesioner  akan  diberikan  kepada  responden  untuk  mengetahui
pembobotan  setiap  elemen  pada  seluruh  tingkat  dalam  struktur  hierarki.  AHP diperlukan  untuk  penentuan  bobot  bagi  elemen  di  satu  tingkat  yang  akan
berpengaruh  pada  bobot  elemen  pada  tingkat  dibawahnya  dan  pada  akhirnya metode  AHP  dapat  digunakan  untuk  menghitung  bobot  pada  setiap  level  untuk
penilaian  tujuan  keseluruhan.  Validitas  dari  nilai-nilai  numerik  pembobotan prioritas  elemen-elemen  tersebut  kemudian  dapat  dievaluasi  dengan  suatu  uji
konsistensi sehingga dapat diperoleh prioritas menyeluruh bagi semua elemen. Data  hasil  kuesioner  yang  diperoleh  dari  responden  diproses  dengan
menggunakan  program  komputer  Microsoft  Excel  2007.  Data  hasil  kuesioner responden  tersebut  diolah  dengan  menggunakan  program  komputer  dan  hasil
pengolahan  tersebut  dianalisis  dan  disajikan  dalam  bentuk  uraian,  gambar  dan tabel. Metode AHP dilakukan dengan delapan langkah kerja utama Proses Hirarki
Analisis yang menurut Saaty 1991, yaitu: 1
Mendefinisikan  permasalahan  dan  merinci  pemecahan  permasalahan. Mendefinisikan situasi secara seksama dan penguasaaan secara mendalam
mengenai  permasalahan.  Penguasaaan  permasalahan  secara  mendalam
34 akan dijadikan titik tolak dalam pemilihan tujuan perushaaan, kriteria dan
elemenelemen yang menyusun suatu hierarki. 2
Membuat  struktur  hierarki  dari  sudut  pandang  manajemen  secara menyeluruh.  Pengolahan  data  dengan  metode  AHP  dibutuhkan  sistem-
sistem  hirarki  keputusan  yang  berkaitan  dengan  masalah  penelitian. Hirarki  merupakan  alat  yang  mendasar  yang  digunakan  untuk
mengelompokkan  berbagai  elemen  yang  homogen  ke  dalam  tingkatan tertentu Gambar  7.
Gambar 7. Model Struktur Proses Hirarki Analitik
Sumber: Saaty 1991
Sistem  hirarki  keputusan  memiliki  bentuk  yang  saling  terkait,  yang tersusun  atas  tingkat  satu  yang  merupakan  yang  terdiri  atas  hanya  satu
elemen,  yaitu sasaran utama menyeluruh. Sedangkan tingkat-tingkat  lain mengandung beberapa elemen yang homogen yang dimasukkan ke dalam
tingkatan  tertentu  agar  dapat  dibandingkan  secara  bermakna  terhadap elemen-elemen yang berada setingkat di atasnya.
Sebagai  pembatas  dalam  menata  elemen  secara  hierarki  adalah  bahwa setiap elemen yang berada setingkat di atasnya berfungsi sebagai kriteria
untuk  memperkirakan  pengaruh  relatif  elemen-elemen  di  tingkat  bawah tersebut. Tingkat 1 merupakan fokus dari penelitian, tingkat 2 merupakan
G
F1 F2
F3 F4
A1 A2
A3 A4
O1 O2
O3 O4
S1 S2
S3 S4
Tingkat 2. Faktor
Tingkat 3. Pelaku
Tingkat 4. Tujuan
Tingkat 5. Skenario
Tingkat 1. Fokus
35 tujuan,  tingkat  3  adalah  faktor  dan  terakhir  adalah  tingkat  4  merupakan
sekenario  yang  terdiri  atas  berbagai  tindakan  akhir  atau  rencana-rencana alternatif,  yang  bisa  berkontribusi  secara  positif  ataupun  negatif  bagi
pencapaian  sasaran  utama  melalui  pengaruhnya  pada  berbagai  kriteria yang ada di antara tingkat tersebut.
Menurut  Saaty  1991,  dalam  menyusun  suatu  hirarki  tidak  ada  batasan atau  prosedur  untuk  menempatkan  tujuan,  kriteria  dan  kegiatan  yang
terdapat  dalam  hirarki.  Semua  bergantung  pada  tujuan  yaitu  apa  yang hendak  dicapai  dalam  menghadapi  kompleksnya  permasalahan  tersebut.
Fokus  dalam  tahap  ini  adalah  komponen-komponen  yang  dipilih  dan dipergunakan  dalam  membentuk  sistem  hirarki  yang  ada.  Hal  ini
diidentifikasikan  berdasarkan  kemampuan  analisis  dalam  menemukan unsur-unsur  yang  dimaksud,  sehingga  penentuan  unsur-unsur  tersebut
tergantung  dari  penguasaan  para  pakar  terhadap  persoalan  atau  masalah yang akan dipecahkan.
3 Membuat matrik perbandingan berpasangan
Penetapan  prioritas  elemen-elemen  dalam  suatu  persoalan  keputusan dapat  dilakukan  dengan  pembuatan  matriks  perbandingan  berpasangan,
yaitu  elemen-elemen  dibandingkan  terhadap  suau  kriteria  yang ditentukan.  Matriks  merupakan  alat  yang  sederhana  dan  memberikan
kerangka  untuk  menguji  konsistensi,  memperoleh  informasi  tambahan dengan  cara  membuat  pembandingan  yang  mungkin  dan  menganalisis
kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Proses  perbandingan  berpasangan  dimulai  pada  puncak  hierarki  untuk
memilih kriteria X yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan yang  pertama  antar  elemen  yang  terkait  yang  ada  di  bawahnya  A
1,
A
2,
A
3…
A
n
.
4 Mengumpulkan  semua  pertimbangan  yang  diperlukan  untuk
mengembangkan perangkat matriks di langkah ketiga. Dalam matriks perbandingan berpasangan, dilakukan perbandingan antara
elemen  A
1,
A
2,
A
3…
A
n
pada  kolom  ke-j  dengan  elemen  A
1,
A
2,
A
3…
A
n
baris  ke-I  yang  berhubungan  dengan  fokus  X.  Untuk  mebandingkan
36 elemenelemen  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  pertanyaan:
“Seberapa  kuat  suatu  elemen  baris  ke-i  memiliki  atau  berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi dan menguntungkan fokus X,
dibandingkan dengan elemen kolom ke- j?”
Untuk  mengisi  matriks  perbandingan  berpasangan,  digunakan  bilangan untuk  menggambarkan  relatif  pentingnya  suatu  elemen  di  atas  elemen
yang  lainnya,  berkenaan  dengan  sifat  tersebut.  Tabel  memuat  skala perbandingan berpasangan. Skala tersebut  mendefinisikan nilai  1 sampai
dengan  yang  ditetapkan  bagi  pertimbangan  dalam  membandingkan pasangan  elemen  yang  sejenis  di  setiap  tingkat  hierarki  terhadap  suatu
kriteria yang berada setingkat di atasnya. Tabel 6. Nilai Skala Banding Berpasangan
Intensitas Kepentingan
Definisi Penjelasan
1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu.
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu
elemen atas elemen lain
5
Elemen yang satu sangat penting dari pada elemen
lainnya Satu elemen yang kuat didukung
dan didominasinya
7
Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen
lainnya Satu elemen yang kuat didukung
dan didominasinya
9
Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen
lainnya Bukti yang mendukung elemen
yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
Kebalikannya
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i Sumber: Saaty 1991
5 Memasukkan  nilai-nilai  kebalikannya  beserta  bilangan  1  sepanjang
diagonal utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi. Angka  1  sampai  9  digunakan  bila  Ai  lebih  mendominasi  atau
mempengaruhi  sifat  fokus  puncak  hierarki  X  dibandingkan  Aj. Sedangkan  bila  Ai  kurang  mendominasi  atau  kurang  mempengaruhi  sifat
X  dibanding  dengan  Aj,  maka  digunakan  angka  kebalikannya.  Matriks dibawah  garis  diagonal  utama  diisi  dengan  nilai  kebalikannya.  Untuk
37 tahap  6-8,  dapat  diolah  dengan  menggunakan  komputer  dengan  program
komputer  Excel 2007. 6
Melaksanakan langkah 3, 4, 5 untuk semua elemen pada setiap keputusan yang terdapat pada hierarki berkenaan dengan kriteria elemen.
Matriks  perbandingan  dalam  metode  AHP  dapat  dibedakan  menjadi  dua macam,  yaitu  Matriks  pendapatan  Individu  MPI  dan  Matriks  Pendapat
Gabungan.  MPI  merupakan  matriks  hasil  perbandingan  yang  dilakukan oleh  individu.  MPI  memiliki  elemen  yang  disimbolkan  dengan  a
ij
,  yaitu matriks  pada  baris  ke-I  dan  kolom  ke-j.  Matriks  Pendapat  Individu  dapat
dilihat pada
Tabel 7. Matriks Pendapat Individu
X A1
A2 A3
… An
A1 A11
A12 A13
…
A1n
A2 A21
A22 A23
…
A2n
A3 A31
A32 A33
…
A3n
… …
… …
… …
An An1
An2 An3
…
Ann
Sumber: Saaty 1991
Matrik    pendapat  gabungan  MPG  adalah  susunan  matriks  baru  elemen baru  yang  nilai  akhir  elemen  g
ij
berasal  dari  rata-rata  geometrik pendapat-pendapat  individu  yang  resikoinkonsistensinya  lebih  kecil  atau
sama  dengan  10  persen,  dan  setiap  elemen  pada  baris  dan  kolom  yang sama  dari  satu  MPI  dengan  MPI  yang  lain  tidak  terjadi  konflik.  MPG
dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 8. Matriks Pendapat Gabungan
X G1
G2 G3
… Gn
G1 G11
G12 G13
…
G1n
G2 G21
G22 G23
…
G2n
G3 G31
G32 G33
…
G3n
… …
… …
… …
Gn
Gn1 Gn2
Gn3
…
Gnn
Sumber: Saaty 1991
38 7
Mensintesis  Prioritas  untuk  Melakukan  Pembobotan  Vektor-Vektor
Prioritas.
Menggunakan  komposisi  secara  hierarki  untuk  membobotkan  vektor- vektor  prioritas tersebut  dengan bobot  kriteria-kriteria dan menjumlahkan
semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat  bawah  berikutnya  dan  seterusnya.  Pengolahan  matriks  pendapat
terdiri dari dua tahap, yaitu: 1 Pengolahan horizontal dan 2 Pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan
MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal,  dimana  MPI  dan  MPG  harus  memenuhi  persyaratan  Rasio
Inkonsistensi.
a. Perhitungan prioritas kepentingan setiap elemen pada level yang sama.
Perhitunngan prioritas kepentingan setiap elemen pada level yang sama dilakukan  dengan  metode  pengolahan  horizontal.  bertujuan  untuk
melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang persis berada satu tingkat  di  atas  elemen tersebut.  Pengolahan ini terdiri  dari tiga bagian
utama,  yaitu penentuan  vector prioritas vector  eigen, uji konsistensi,
dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. 1.
Perkalian baris Z dengan rumus:
Dengan i, j = 1, 2, 3, …, n
2. Perhitungan vector prioritas VP atau vector eigen dengan rumus:
Dengan VP = V
pi
untuk I = 1, 2, 3, …, n
3. Perhitungan nilai eigen max λmaks dengan rumus:
Zi = π
V
pi
=
λmaks =
39 Dengan VA = Vai
dengan VB = Vbi dengan I = 1, 2, 3, …, n
4. Perhitungan indeks inkonsistensi CI dengan rumus:
5. Perhitungan rasio inkonsistensi CR dengan rumus:
RI = Indeks acak random indeks Nilai  rasio  inkonsistensi  CR  yang  lebih  kecil  atau  sama  dengan
10 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat inkonsistensi yang baik  dan  dapat  dipertanggungjawabkan.  Hal  ini  dikarenakan  CR
merupakan  tolok  ukur  bagi  konsisten  atau  tidaknya  suatu  hasil perbandingan  dalam  suatu  matriks  pendapat.  RI  merupakan  nilai
indeks  acak  yang  berbeda  sesuai  ordenya  dapat  dilihat  pada  tabel berikut
Tabel 9. Nilai Indeks Acak
Orde n Indeks Acak
RI Orde
n Indeks Acak
RI
1 8
1,41 2
9 1,45
3 0,58
10 1,49
4 0,90
11 1,51
5 1,12
12 1,48
6 1,24
13 1,56
VA = aij x VP
VB =
CI =
CR =
40
7 1,32
14 1,57
Sumber: Saaty 1991
b. Perhitungan prioritas kepentingan setiap elemen terhadap fokus
Perhitungan  prioritas  kepentingan  setiap  elemen  terhadap  fokus dilakukan  dengan  metode  pengolahan  vertikal.  Pengolahan  ini
merupakan  pengolahan  lanjutan  setelah  MPI  dan  MPG  yang  diolah secara horizontal. Pengolahan ini bertujuan untuk  mendapatkan suatu
rioritas  pengaruh  setiap  elemen,  pada  tingkat  tertentu  dalam  satu tingkat hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Prioritas-prioritas
yang  diperoleh  dalam  pengolahan  horizontal  sebelumnya  disebut prioritas  lokal,  karena  hanya  berkenaan  dengan  sebuah  kriteria
pembanding,  yang  merupakan  elemen-elemen  tingkat  atasnya.  Hasil akhir    pengolahan  vertikal  adalah  mendapatkan  suatu  bobot  prioritas
setiap  elemen,  pada  tingkat  dalam  suatu  hirarki  terhadap  sasarannya. Apabila Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j
pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama maka:
Dengan: i = 1, 2, 3, …, r;  j = 1, 2, 3, …, s;  t = 1, 2, 3, …, p
Dimana:
CH
ij
t, i – 1
=  Nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya i-1, yang diperoleh dari
hasil pengolahan horizontal. VWt i=1
=  Prioritas  pengaruh  elemen  ke-t  pada  tingkat  ke-i-1 terhadap  sasaran  utama,  yang  diperoleh  dari  hasil
perhitungan horizontal. P
=  Jumlah tingkat hirarki keputusan r
=  Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s
=  Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-j
8
Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Cvij =
41 Langkah  ini  dilakukan  dengan  mengembalikan  setiap  indeks  konsistensi
dengan  prioritas-prioritas  kriteria  yang  bersangkutan  dan  menjumlahkan hasil  kalinya.  Hasil  ini  dibagi  dengan  pernyataan  sejenis  yang
menggunakan  konsistensi  acak,  yang  sesuai  dengan  dimensi  masing- masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensinya
harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika lebih dari 10 persen maka diperbaiki dengan mengajukan pertanyaan dan mengarahkan
responden  untuk  mengisi  kuesioner  dengan  baik  ketika  melakukan pengisian ulang kuesioner.
Menurut  Permadi  yang  diacu  dalam  Afandi  2011  AHP  merupakan  alat analisis  yang  memiliki  kelebihan  dan  kekurangan.  Kelebihan  AHP  adalah:  1
struktur hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai kepada sub- sub kriteria yang paling dalam; 2 memperhitungkan validitas sampai pada batas
toleransi  konsistensi  berbagai  kriteria  dan  alternatif  yang  dipilih  oleh  para pengambil  keputusan;  3  mempertimbangkan  prioritas  relatif  faktor-faktor  pada
sistem  sehingga  orang  mampu  memilih  alternatif  terbaik  berdasarkan  tujuan mereka; dan 4 mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi
kriteria  yang  berdasarkan  pada  perbandingan  preferensi  atau  kepentingan  dari setiap elemen hirarki. Kelemahan dari metode AHP adalah ketergantungan model
AHP  pada  input  utamanya  yang  berupa  pendapat  seorang  ahli  sehingga melibatkan  subyektifitas  sang  ahli.  Berdasarkan  uraian  tersebut  diketahui
keunggulan  AHP  sangat  cocok  untuk  menjawab  pertanyaan-pertanyaan  multi level  pada  kasus  pemasaran  EBB.  Oleh  sebab  itu,  AHP  dipilih  sebagai  alat
analisis strategi pemasaran Elsari Brownies and Bakery. Dalam perumusan AHP terdapat tiga langkah utama yang harus dipahami
untuk  memecahkan  persoalan  dengan  analisis  logis  eksplisit  yaitu:  1  menyusun hirarki;  2  menetapkan  prioritas;  3  konsistensi  logis.  Ketiga  langkah  tersebut
yang  mendasari  perumusan  AHP  untuk  menentukan  strategi  pemasaran  pada EBB.
Langkah pertama adalah penyusunan hirarki, artinya EBB berusaha untuk menggambarkan  dan  menguraikan  permasalahan  atau  realitas  secara  hirarki.
Untuk memperoleh pengetahuan terinci, realitas yang kompleks disusun kedalam
42 bagian  lain  dan  seterusnya  secara  hierarki.  Dengan  kata  lain  persoalan  yang
kompleks dipecahkan menjadi unsur-unsur terpisah. Hierarki yang dirumuskan untuk EBB ini terbagi atas empat level, yakni 1
level  1:  fokus  pada  perumusan  strategi  pemasaran  berdasarkan  tujuan  yang hendak dicapai oleh perusahaan; 2 level 2: tujuan yang ingin dicapai perusahaan
yang dalam hal ini adalah meningkatkan image brand awareness bagi konsumen, meningkatkan  penjualan,  memperluas  pangsa  pasar,  meningkatkan  loyalitas
pelanggan  dan  menghadapi  pesaing;  3  Strategi  yang  menjadi  alternatif  yakni fokus pada promosi, fokus pada distribusi, fokus pada produk, Fokus pada harga.
Sedangkan untuk strategi operasional yang berasal dari strategi produk terdiri dari rasa  produk,  tampilan  produk,  ukuran  produk  dan  keragaman  produk.  Strategi
operasional  yang  membentuk  strategi  harga  yaitu  strategi  potongan  harga  dan strategi  penjualan  dibawah  harga  pesaing-pesaing.  Strategi  operasional  yang
berasal  dari  strategi  distribusi  terdiri  dari  pemasaran  langsung,  pemasaran countertoko dan pemasaran dengan agen disrtibusi. Strategi operasional terakhir
yaitu  strategi  promosi  yang  terdiri  dari  pemberian  leaflet,  pemasangan  iklan  di majalah,  pembuatan  papan  nama  dan  menjadi  sponsor  acara.  Keseluruhan
keempat langkah utama tersebut dapat dilihat pada gambar  8.
43 Gambar 8. Model Hirarki Keputusan untuk Analisis dan Perumusan Strategi Pemasaran UKM EBB
Rasa Tampilan
Varian Ukuran
Diskon Harga Bersaing
Langsung
Counter t
oko Agen
Leaflet Koranmajalah
Papan Nama Sponsor Acara
Level 1 Fokus
Menganalisis dan Merumuskan Alternatif Strategi Pemasaran UKM Elsari
Brownies and Bakery
Meningkatkan Brand Awareness
Meningkatkan penjualan
Memperluas Pemasaran
Meningkatkan Loyalitas Pelanggan
Menghadapi Pesaing
Fokus Produk Fokus Harga
Fokus Distribusi Fokus Promosi
Level 2 Tujuan
Level 3 Strategi
Level 4 Strategi Operasional
44
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Perusahaan
Elsari  Brownies  and  Bakery  adalah  UKM  yang  bergerak  dibidang pengolahan  makanan  jadi  seperti  pastry,  Brownies  dan  kue  tradisional  lainnya.
Pendiri Elsari Brownies and Bakery adalah H. Maman Surahman. Bapak Maman sebelumnya  adalah  karyawan  PT.  Good  Year  Indonesia  yang  kemudian  pensiun
pada tahun 2003. Usaha Brownies ini berawal dari kecintaan istri pak Maman, Hj Elli  Ratnasari  terhadap  kegiatan  masak-memasak.  Kepandaian  Ibu  Elli  membuat
kue  menjadikan  Ibu  Elly  sering  menerima  pesanan  kue  dari  tetangga  sekitar rumah. Dengan latar belakang pemanfaatkan waktu setelah pensiun dan istri yang
pandai memasak kue, mendorong Pak Maman untuk mendirikan usaha pembuatan kue.
Agustus  2003  merupakan  awal  Pak  Maman  dan  Bu  Elli  merintis  bisnis kue.  Modal  awal  sebesar  Rp  3.000.000,-  dimanfaatkan  pemilik  untuk  membeli
peralatan  dan  bahan  baku  produksi.  Bisnis  yang  memiliki  lokasi  awal  masa perintisan  yang  dilaksanakan  di  rumah  pemilik  yaitu  di  Jl.  Kebon  Pedes  I  No.2
Kota Bogor, ternyata juga memiliki sistem pembagian kerja yang sederhana pula. Manajemen  awal  usaha  ini  hanya  dilaksanakan  berdua  yaitu  oleh  Ibu  Elli  yang
bekerja  di  bagian  produksi  dan  Pak  Maman  yang  bekerja  sebagai  pemasar, distributor yang mengantarkan produk langsung ke rumah konsumen.
Penjualan brownies panggang dan brownies kering yang berkelanjutan dan permintaan  yang  semakin  meningkat,  mendorong  Pak  Maman  untuk  mendirikan
usaha resmi dan memperbesar skala usaha. September 2003 Pak Maman menyewa rumah  lain  yang  beralamat  di  Jl.  Raya  Pondok  Rumput  No.  18  RT  0611,  Kel.
Kebon Pedes, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor sebagai tempat melakukan kegiatan produksi  dan  mini  counter  sebagai  tempat  melayani  pembelian  secara  langsung.
Pemilik  meresmikan  usaha  kue  ini  pada  tanggal  1  Oktober  2003  dengan  nama Elsari  Brownies  and  Bakery.  Nama  usaha  ini  diciptakan  Pak  Maman  dari
singkatan  nama  istrinya  yaitu  Elli  Ratnasari.  Pemilihan  nama  ini  merupakan bentuk salah satu apresiasi beliau terhadap istrinya.
Awalnya  Elsari  Brownies  and  Bakery  hanya  memproduksi  brownies panggang dan brownies kukus. Perkembanngan  usaha tentu saja membuat jumlah
45 produksi    brownies  meningkat,    seiring  dengan  meningkatnya  produksi  produk
retur pun tak bisa dihindari. Berawal dari strategi menyiasati adanya produk retur dari  brownies  yang  dipasarkan,  maka  mulai  tahun  2006  perusahaan  mulai
membuat brownies kering atau yang lazim disebut broker. Sejarah  awal  pemasaran  broker  bertolak  dari  kemasan  sederhana.  Broker
yang  merupakan  hasil  olahan  kembali  dari  retur  brownies  panggang  kemudian dimasukkan  ke  toples  dan  dijual  di  warung  dan  toko  di  sekitar  pabrik.  Setelah
dipasarkan selama beberapa bulan ternyata penjualan broker berjalan baik. Broker dirasa  mampu  menangkap  selera  konsumen  brownies  yang  telah  jenuh  dengan
jenis  brownies  yang  ada.  Tahun  2007  adalah  tahun  awal  pengemasan  broker secara lebih menarik. Kemasan broker mirip dengan kemasan brownies panggang
dan  brownies  kukus  yaitu  terbuat  dari  karton  dan  desain  khusus  Elsari  Brownies and Bakery.
5.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan