d Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan. e
Gurakan-gerakan skill, mulai dari kesederhanaan sampai pada keterampilan yang kompleks,
f Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri,
tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar kognitif
lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan
psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu dilakukan penilaian.
28
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, yaitu: 1
Faktor Eksternal a
Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara
lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. b
Faktor Instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu
saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka mempermudah ke arah itu, diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai
bentuk dan jenisnya. Semua dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat
dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan meningkatkan kualitas
belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus
28
Ibid, h. 30-31.
dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna bagi kemajuan belajar anak di sekolah.
29
2 Faktor Internal
a Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi kemampuan
belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka mudah lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra, terutama mata sebagai alat melihat dan telinga sebagai alat
mendengar. b
Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Faktor psikologis
sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Oleh karena itu,
minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses dan hasil belajar anak didik.
30
c. Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran adalah suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh informasi data kuantitatif, baik data yang dinyalatakan dalam bentuk angka
maupun uraian yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya terhadap atribut yang diukur dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas
dan benar. Hasil pengukuran merupakan landasan yang terpenting dalam
29
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineke Cipta, 2011, cet. 3, h. 176- 180.
30
Ibid, h. 177-190
penilaian pendidikan. Hanya data dari hasil pengukuran saja yang dapat dipercaya dan dapat dijadikan landasan kuat bagi pengambilan keputusan.
31
Cara mengukur hasil belajar yang selama ini digunakan di sekolah oleh guru adalah melalui serangkaian tes atau biasa disebut ulangan. Mulai dari
ulangan harian, ulangan tengah semester, sampai ulangan akhir semester. Menurut tujuan dan fungsinya, tes hasil belajar dibedakan menjadi tiga,
yaitu: 1
Tes Diagnostik Adalah tes ditujukan untuk mengukur atau mendiagnostik kelemahan
atau kekurangan siswa dan digunakan untuk memberikan perbaikan. 2
Tes Formatif Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dan
posisinya, baik antarteman sekelas maupun dalam penguasaan target materi. Hasil tes formatif digunakan untuk perbaikan program atau
proses pembelajaran. 3
Tes Sumatif Tes sumatif ditunjukan untuk mengukur penguasaan siswa pada akhir
periode pendidikan, akhir cawu, semester atau tahun, dan digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dalam periode waktu
tersebut.
32
Berdasarkan penjabaran di atas dapat diketahui bahwa tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif yang berkenaan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Sungguhpun demikian, tes dapat pula digunakan untuk menilai hasil belajar
di bidang afektif dan psikomotoris.
33
31
Helli Hasan, Pengukuran, Penilaian, dan Tes, http:file.upi.eduDirektoriFIPJUR._PSIKOLOGI197509122006041-
HELLI_HASANPengertian_Pengukuran.pdf, 22 Mei 2016 pukul 21.34 WIB.
32
Nana Syaodih Sukmana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, cet. 9, h. 224.
33
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, h. 35.
Dalam penelitian ini, penilaian pada pelajaran IPS terbatas hanya pada penilaian kognitif. Ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.
34
Pedoman penskoran dalam penelitian ini dibatasi pada penskoran soal bentuk pilihan ganda. Menurut Ainur Rofieq,
cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: 1
Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu bergantung pada bobot
butir soal. Skor peserta didik diperoleh dengan cara menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar.
Rumus:
Skor =
�
x 100 skala 0-100
Keterangan:
B = Jumlah jawaban benar N = Jumlah soal
2 Penskoran ada koreksi jawaban, yaitu pemberian skor dengan
memberikan pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah dan tidak.
Rumus:
Skor = [ � −
�−
�] �
Keterangan:
B = Jumlah soal yang dijawab benar S = Jumlah soal yang dijawab salah
P = Jumlah pilihan jawaban tiap soal 1 = Bilangan tetap
N = Jumlah soal 3
Penskoran dengan butir beda bobot, yaitu pemberian skor dengan memberi bobot berbeda untuk sejumlah soal. Biasanya bobot butir
soal menyesuaikan dengan tingkatan kognitif pengetahuan,
34
Ibid, h. 23.
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, yang telah ditetapkan guru.
Rumus:
Skor = ∑
��
x 100
Keterangan:
B : Jumlah soal yang dijawab benar b : Bobot setiap soal
Si: Skor ideal skor yang mungkin dicapai jika semua soal dapat dijawab dengan benar
35
3. lmu Pengetahuan Sosial IPS Sekolah Dasar SD
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Istilah social studies yang berasal dari bahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi IPS. Perkembangan dan
pengembangan IPS di Indonesia, ide-ide dasarnya banyak mengambil pendapat yang berkembang di Amerika Serikat. Sedangkan yang
menyangkut tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. IPS
merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di negara kita yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-ilmu sosial,
tetapi juga sebagai materi yang dapat mengembangkan kompetensi dan tanggung jawab, baik sebagai individu, sebagai warga masyarakat, maupun
sebagai warga dunia. Pengertian social studies adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan
untuk tujuan pendidikan, sedangkan isi social studies yang bercirikan interdisipliner yang meliputi aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, sosiologi,
psikologi, ilmu geografi dan filsafat yang di dalam prakteknya dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di Perguruan Tinggi atau dapat
35
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, cet. 2, h. 229-230.