Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai 1 Latar belakang masalah, 2 Rumusan Masalah, 3 Tujuan Penelitian, 4 Manfaat Penelitian, dan 5 Definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar SD adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia dan merupakan hal yang paling penting dan mendasar sekaligus sebagai bagian untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya memiliki kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik Permendikbud No. 67 Tahun 2013: 5. Usia Sekolah Dasar merupakan usia di mana kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara maksimal. Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret dan tahap operasional formal Crain, 2007: 171. Tahap-tahap tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Artinya, tahap-tahap tersebut terbentuk secara berurutan dan berkesinambungan. Proses pembelajaran di sekolah mempengaruhi tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan tingkat usia, siswa SD termasuk pada tahap operasional konkret yaitu pada usia 7-11 tahun Suparno, 2011: 24-25. Tahap tersebut sangat baik untuk mengembangkan proses kognitif siswa. Taksonomi Bloom membagi proses kognitif siswa menjadi enam, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta Anderson Krathwohl, 2010: 99. Penelitian ini akan mengukur dua tingkatan proses kognitif siswa yaitu pada tingkat mengaplikasikan dan menganalisis. Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu Anderson Krathwohl, 2010: 43. Kategori PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan. Sedangkan menganalisis berarti memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan Anderson Krathwohl, 2010: 43. Menganalisis meliputi proses- proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan Anderson Krathwohl, 2010: 116-124. Jadi, seorang siswa yang memiliki kemampuan mengaplikasi dan menganalisis tinggi tentu prestasi dan hasil belajarnya akan meningkat karena siswa mampu mengaplikasi dan menganalisis suatu masalah sehingga dapat mengatasinya dengan tepat. Maka sangat penting bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Program for International Student Assessment PISA melakukan penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains setiap tiga tahun sekali. Hasil dari penilaian PISA yang diikuti oleh 65 negara di dunia pada tahun 2012 menunjukkan beragam hasil pendidikan di seluruh negara yang mengikutinya. PISA 2012 diikuti oleh sekitar 510.000 siswa yang berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian PISA yang dilakukan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara di dunia. Tiga tahun kemudian, yaitu tahun 2012 PISA kembali melakukan penelitian. Hasil PISA di tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan peringkat menjadi peringkat ke 64 dari 65 negara OECD, 2013: 232. Hasil penelitian PISA tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia mengalami permasalahan di bidang matematika, membaca, dan sains. Permasalahan pendidikan di indonesia dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain kurangnya fasilitas pendukung pendidikan, kurangnya pembelajaran yang berkualitas, rendahnya motivasi siswa dalam belajar, kurangnya inovasi dalam pembelajaran, dan sebagainya. Usaha pemerintah dalam memperbaiki permasalahan pendidikan Indonesia melalui sertifikasi dan gaji dua kali lipat bagi guru pada kenyataannya tidak berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran di kelas Chang dkk, 2014: 117. Hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di Indonesia adalah dengan memberikan inovasi metode pembelajaran di kelas. 3 Pembelajaran di kelas selama ini masih banyak didominasi dengan metode tradisional yaitu ceramah. Metode ceramah sudah digunakan secara umum di berbagai sekolah, akan tetapi belum menunjukkan perbaikan terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan metode inovatif di dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan salah satu metode inovatif yaitu inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa pada tema yang memuat mata pelajaran IPA yang termasuk ke dalam bidang penelitian dari PISA. Metode inkuiri dianggap sebagai metode yang tepat dalam pembelajaran IPA. “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun sistematik. IPA juga merupakan sebuah ilmu yang berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, perumusan hipotesis, eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep” Wahyana, dalam Trianto, 2010: 136. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah Samatowa, 2011: 3. Pengajaran IPA perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan dengan tahap perkembangan kognitifnya Samatowa, 2011: 5. Keterampilan proses sainsIPA adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan mengujinya di bawah kondisi-kondisi itu untuk melihat kebenarannya Paolo Marten, dalam Samatowa, 2011: 5. Jadi, dalam pembelajaran IPA diperlukan langkah-langkah observasi, perumusan masalah, perumusan hipotesis, eksperimen, serta penarikan kesimpulan yang sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengujicobakan metode inkuiri di dalam mata pelajaran IPA. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban dalam memecahkan suatu masalah terhadap pertanyaan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis Schmidt, dalam Amien, 1979: 6. Jadi dalam pembelajaran inkuiri siswa diharapkan untuk terlibat secara aktif dalam mencari informasi sesuai proses scientific dengan melakukan observasi maupun eksperimen. Langkah-langkah metode pembelajaran inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi. Beberapa penelitian yang relevan sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri cukup efektif dilakukan. Inkuiri berpengaruh terhadap penguasaan konsep Biologi dan sikap ilmiah siswa SMA ditinjau dari minat belajar siswa Wayan, 2012. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses sains dasar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta Ambarsari, Santosa, Maridi, 2013. Model pembelajaran inkuiri terbimbing juga berpengaruh terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kaliluntu Dewi, Dantes, Sadia, 2013. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba meneliti bagaimana pengaruh penerapan inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa SD. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis untuk siswa kelas V SD Negeri Cebongan tahun ajaran 20152016 dalam tema 3 subtema 1 yang difokuskan untuk materi pelajaran IPA. Materi IPA dalam Tema 3 “Kerukunan dalam bermasyarakat” dengan subtema 1 “Hidup Rukun” dibatasi pada materi listrik.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 3 175

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 2 198

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Tamanan I Yogyakarta.

0 1 173

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 2 151

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 170

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

0 1 143

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

0 0 149

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 168