Kelebihan Model Kajian Tentang Model

31 berfikir logis terhadap objek yang kongkret, mulai berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial. Rita Eka Izzaty 2008: 116 menyatakan bahwa masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu: a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar. b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar. Rita Eka Izzaty 2008: 116-117 juga menjabarkan ciri-ciri anak pada masa kelas rendah dan pada masa kelas tinggi di Sekolah Dasar. Berikut ini adalah ciri anak pada kelas rendah di Sekolah Dasar, yaitu: a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah b. Suka memuji diri sendiri c. Jika tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan tersebut dianggap tidak penting d. Suka membandingkan dirinya dengan orang lain, jika hal itu menguntungkan dirinya e. Suka meremehkan orang lain Adapun ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yaitu: a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar dan berpikir realistis c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus d. Anak memandang sebuah nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah e. Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama dan mereka membuat sebuah peraturan di dalam kelompoknya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa anak kelas V SD masuk ke dalam kelas tinggi yang berada pada rentang usia 910-1213 tahun. Siswa yang berada dalam rentang usia tersebut memiliki karakteristik antara lain perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, memiliki 32 rasa ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat kepada pelajaran- pelajaran khusus, memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, suka membentuk kelompok sebaya. Sesuai dengan karakteristik-karakteristik diatas, khususnya point a,b, dan e ini lah yang akan dikembangkan oleh siswa dalam penelitian ini. Dengan menggunakan model Problem Based Learning , siswa diajarkan untuk berpikir kritis memecahkan masalah autentik yang ada dalam kehidupan sehari-hari di sekitar siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah menciptakan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa yaitu dengan memberikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu Problem Based Learning juga mengharuskan siswa untuk belajar dalam kelompok. Hal ini akan mengembangkan keterampilan sosial siswa.

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini relevan yaitu: 1. Arif Budi Saputra 2011 dalam penelitiannya yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV B Di SDN Bareng 1 Kecamatan Klojen Kota Malang ”. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV B SDN Bareng 1. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 66,32, ketuntasan klasikal yang diperoleh dari siklus I ini sebesar 59 saja. Rata-