PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA KELAS V SD N 1 SEKARSULI KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL.

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA KELAS V

SD N 1 SEKARSULI KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dyah Tri Putri Utami NIM 11108244045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

nrnct.,YE aF'^ r

filKbf- i I ii-^i]

Stripsi

1,ang her,l*dui

"'FL?'JIN{JKATAI\

}{ASiL

BEI-A-IAR

iPs !,{U\.rr-l1ll:\r a.[I :\1r\ri \,]j\.'1:a {I'{\-I \4f\nl-! l-rI}r-\jiI It l lJ i!'l l\ I I 1l}}:Ir'l ,f]f)l . n \f\a

:]]],lrl: .t .:'".'.'1. j..1, .'].t.r,, -" i --.,. jJl-.i-..\,".. !ll]:_: r.111. 1

idH],AS

\'r 5* hl l

5E&":\lt5ill-l

KE:ilAh4ATirFi 331;61-I-hJTAPA.\ KAI3{JPATtrN l3.r\}i1l.iL" vang disusur"r oleh D-vah

l-ri

Putri t-jtauri. }ritfu{

t 11082440.i5 rni telah disetujui oleh p*mbirnbing untuk dixjikan.

Y*g,,akaria, l5 S*p1*:*ber ?L: l 5

Peii: L:ii:: hi n g Skr-i p.si

li

Fembimbing Shrip$

f

v

!i !<i*';,*ti " fu€. H,"ix-:

?'ilP iq56*72; :*S5*1

:

$01

{',[-irri 1,'.'.ci!:i R,,it-, ]..{ P.i tr.i i:.{ NtP 198006tq lu{_}j1l

I0t)t


(3)

Sil

IL{"f

PEftH

f

itr'l'AAi\i

Yang hertanri;r i:rngar rii i:a.rah

irj.

Ha*:a

. Dvah

iri

Putri i;la:ni

F-irL,i

i r iii&l44ii.i-:.

ilr*gr*n:

St*di

. irendidikal: i,iuri: Ssk*iai: llas::r

l'a,kuit*s

: llrnu Pe*rlidike*

:-r -.. _ __ :_-: -^ ___ -- i l I i

Ljdi!!Iiln iiii lIriil\;riUi'an []Ail\\ii Skirgr:t ]rll l.-rciiar'-trcrrar' itiil\'it \X-\it sriiijifi Sepani;ii:g per:g*lahi.rai? sa],a tirlak t*rdapat karya atau pei:rdapai i,ang ,Jitulis atau

diterbitkan orang lain ke*r:ali srhagg.! a{uae *tau kutipan dengan ia*ngikuti tata

;ariulisan

lana

ilniiah ran* hcrlaluii

iairrda lanqarr d*se* rxrr:ri:ii vairs te:t*r* $alai:l }*mt-:*r :rci:,;*saha:': aikrli:h

- --

;-*'i, A-^-i.;! r '..=i^..i ri r.*. -i- ,^*.,-.* ,1.-..^.r *-.,,-,,,,", ,-^1. .. =*-1.- ..-..- L --. , i,., dlil .al,,.rulr(r tLrr'u^rr {diluLl Lrill:r(ill \rt,\uli uulirL-l.i I lJilr}u. ilrslhil 5,l.td L,ui }LLiia Iilirnpci-lraikr dan tii*nuikiitr .vuJi.;uii: plrdir p*rrt',.ic L:*rrkiiinr;

Y*gyakarie, 3 S*rteritbsr ?*1 5 Yaeg *:exyetaka*,

t\^r-(Dyah Tri Pr"rtri Utarni] NIM 11108244045


(4)

(5)

v

MOTTO

“Sejarah bukan hanya rangkaian cerita,

ada banyak pelajaran, kebanggaan dan harta didalamnya” (Penulis)

“Cara terbaik untuk keluar dari suatu permasalahan adalah memecahkannya” (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang mempunyai makna istimewa bagi bagi kehidupan penulis, diantaranya:

1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan motivasi baik secara riil maupun materiil.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang kubanggakan 3. Agama, Nusa, dan Bangsa


(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA KELAS V

SD N 1 SEKARSULI KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL

Oleh

Dyah Tri Putri Utami NIM 11108244045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPS. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis Taggart. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli yang berjumlah 19 siswa. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskripsi kuantitatif dan deskripsi kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada pratindakan, hanya 7 siswa (36,84%) yang memperoleh nilai ≥70. Pada siklus I sebanyak 15 siswa (78,95%) telah memperoleh nilai ≥70. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa naik menjadi 94,74% atau 18 siswa memperoleh nilai ≥70. Secara keseluruhan peningkatan hasil belajar IPS siswa juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata. Nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum tindakan sebesar 64,21, meningkat menjadi 78,94 pada siklus I, dan meningkat menjadi 88,42 pada akhir siklus II.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Kelas V SD N 1 Sekarsuli Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul” ini dengan baik.

Skripsi ini tersusun atas bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Ibu Hidayati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang selalu

memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Safitri Yosita Ratri, M.Pd, M.Ed., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga selalu memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

6. Ibu Muhinnah, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Sekarsuli yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.


(9)

ix

7. Ibu Milani Dyan Rahatu, S.Pd., selaku guru kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli atas kerjasama yang diberikan selama peneliti melakukan penelitian.

9. Sahabat-sahabatku Ayik, Alfira, Eric, Wildan yang telah memberikan semangat.

10.Sahabat-sahabatku Firma Dwi, Ardyati Rakhmatika, Anis Kurlillah, Hendrika Widiastuti, dan Yunita Kumalasari yang telah membantu dalam melaksanakan observasi kelas dan selalu memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman PGSD UNY 2011 kelas B yang telah berjuang bersama dan saling memberikan motivasi.

12.Semua pihak yang memberikan bantuan, doa dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan oleh penulis. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 2 September 2015 Penulis


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... . iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional Variabel ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang IPS Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS di SD ... 12

2. Tujuan IPS di SD ... 13

3. Manfaat Mempelajari IPS di SD ... 15

4. Ruang Lingkup IPS di SD ... 16


(11)

xi

B. Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar ... 18

2. Pengertian Hasil Belajar ... 19

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 21

C. Kajian Tentang Model Problem Based Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran ... 22

2. Pengertian Model Problem Based Learning ... 23

3. Karakteristik Model Problem Based Learning ... 25

4. Langkah-langkah Model Problem Based Learning ... 25

5. Kelebihan Model Problem Based Learning... 28

D. Karakteristik Siswa SD Kelas V ... 29

E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 32

F. Kerangka Pikir ... 33

G. Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

D. Desain Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Teknik Ananlisis Data ... 48

H. Kriteria Keberhasilan ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Situasi dan Lokasi Penelitian ... 53

2. Deskripsi Kondisi Awal ... 54

3. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 55

4. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 77

B. Pembahasan ... 98


(12)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. SK dan KD Kelas V Semester II Mata Pelajaran IPS ... 16

Tabel 2. Sintaks Model Problem Based Learning ... 26

Tabel 3. Rencana Kegiatan Penelitian ... 39

Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Tes Tertulis Siklus I ... 45

Tabel 5. Kisi-Kisi SoalTesTertulisSiklus II ... 46

Tabel 6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Model PBL ... 47

Tabel 7. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Model PBL ... 48

Tabel 8. Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal atau PraTindakan ... 55

Tabel 9. Prestasi Belajar IPS Siklus I ... 67

Tabel 10. Perkembangan Prestasi Belajar IPS pada PraTindakan dan Siklus I 68

Tabel 11. Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran IPS Siklus I ... 71

Tabel 12. Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran IPS Siklus I ... 73

Tabel 13. Prestasi Belajar IPS Siklus II ... 91

Tabel 14. Perkembangan Prestasi Belajar IPS pada Siklus I dan Siklus II ... 91

Tabel 15.Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran IPS Siklus II ... 94


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 35 Gambar 2. Siklus Model Kemmis dan Mc Taggart ... 40 Gambar 3. Perkembangan Persentase Jumlah Siswa yang mencapai KKM

Pratindakan dan Tindakan Siklus I ... 69 Gambar 4. Perkembangan Nilai Rata-rata Kelas Pratindakan

dan Tindakan Siklus I ... 69 Gambar 5. Perkembangan Persentase Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM

Pada Tindakan Siklus I dan Tindakan Siklus II ... 92 Gambar 6. Perkembangan Nilai Rata-rata Kelas Pada Tindakan Siklus I


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli ... 112 Lampiran 2. RPP Siklus I danSiklus II ... 113 Lampiran 3. Soal LKS Siklus I dan Siklus II ... 132 Lampiran 4. Soal dan Kunci Jawaban Soal Pre-test Pratindakan,

Post-test Siklus I dan Siklus II ... 141 Lampiran 5. Nilai Prestasi Belajar IPS Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ... 149 Lampiran 6. Lembar Observasi Kegiatan Guru, Siswa, dan Indikator

Butir-Butir Instrumen Lembar observasi Guru danSiswa ... 153 Lampiran 7. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru dan Keaktifan Siswa

Siklus I dan Siklus II ... 165 Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Selama Penelitian ... 169 Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 171


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia karena di dalam pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap. Salah satu pendidikan yang wajib ditempuh adalah pendidikan formal yaitu sekolah. tingkat pendidikan terbagi tiga, yaitu: pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat menengah, dan pendidikan tingkat atas. Pendidikan ditingkat dasar sebagai fondasi utama untuk seseorang melanjutkan ketingkat pendidikan selanjutnya. Pendidikan tingkat dasar disini adalah Sekolah Dasar atau yang biasa disingkat dengan SD.

Rita Eka Izzaty (2008: 104) mendefinisikan Sekolah Dasar sebagai tempat pendidikan bagi anak yang berusia antara 6 sampai dengan 13 tahun dan merupakan pendidikan di tingkat dasar. Sekolah Dasar sebagai lembaga yang mendidik dan memberi bekal pengetahuan di tingkat dasar sebagai pencetak generasi penerus bangsa yang dapat diandalkan di kemudian hari dalam menghadapi tantangan, baik persoalan di lingkungan masyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Disinilah siswa Sekolah Dasar ditempa berbagai bidang studi yang kesemuanya harus mampu dikuasai siswa, salah satu bidang studi yang berhubungan dengan hal tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran ini mencakup berbagai disiplin ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, dan fakta yang berkaitan


(17)

2

dengan masalah-masalah sosial dari lingkungan yang terdekat sampai lingkungan yang terjauh.

Menurut Wachidi (Kunandar, 2011: 267) merumuskan tujuan pokok dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu:

“(a) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap benda-benda di sekitarnya; (b) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan manusia yang lain; (c) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat disekitarnya; (d) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitarnya; (e) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan Tuhannya”.

Tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar, siswa diajarkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang bertanggung jawab, demokratis, dan menjunjung tinggi perdamaian. Syaiful Bahri Djamarah (2010: 41) mengemukakan pembelajaran akan memberikan output yang sesuai harapan apabila dapat memanfaatkan komponen-komponen pembelajaran secara maksimal, salah satu komponen tersebut adalah penggunaan metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat maka akan menciptakan suasana belajar yang efektif, menyenangkan, dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat/optimal.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 12 Februari 2015 di SD Negeri 1 Sekarsuli kelas V yang berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan, peneliti mengamati proses kegiatan pembelajaran IPS masih cenderung menggunakan metode ceramah dimana


(18)

3

guru sebagai pusat kegiatan pembelajaran atau teacher centered. Hal ini dibuktikanpada saat kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan tentang materi kenampakan alam. Saat menjelaskan materi pelajaran tersebut guru tidak mengkaitkan dengan contoh-contoh permasalahan pada kehidupan sekitar atau sehari-hari siswa. Guru hanya membacakan isi materi dibuku saja, sehingga siswa cenderung hanya mendengarkan dan menghafal materinya . Saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung ada beberapa siswa yang mengobrol dengan teman lainnya sehingga tidak mendengarkan penjelasan materi dari guru, hal ini menyebabkan kelas menjadi kurang kondusif dan mengganggu teman lain yang mendengarkan materi yang disampaikan guru. Saat pemberian tugas LKS siswa mengerjakannya secara individu, guru tidak membentuk siswa dalam kegiatan kelompok sehingga siswa tidak dapat saling bekerjasama dan berdiskusi untuk bertukar pikiran atau ide-ide untuk menyelesaikan tugas sehingga siswa menjadi kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Lembar kerja yang dikerjakan oleh siswa pun hanya dikumpulkan saja tanpa dibahas secara bersama-sama serta tidak ada perwakilan dari salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Selain itu dalam hal mengemukakan pendapat dan bertanya hanya beberapa siswa kelas V yang berani menyampaikannya sehingga terlihat pendominasiannya. Dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran IPS belum dimaksimalkan secara sepenuhnya.

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara pada tanggal 13 Februari 2015 dengan guru kelas V di SD Negeri 1 Sekarsuli bahwa hasil nilai ulangan


(19)

4

harian pada mata pelajaran IPS belum memuaskan, hal ini ditunjukkan dari nilai beberapa siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 70, hanya 4 siswa yang mampu melampaui KKM dan selebihnya 15 siswa belum dapat melampaui KKM yang telah ditentukan. Guru juga mengeluhkan tentang cara mengajar mata pelajaran IPS agar siswa menjadi lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Saat peneliti menanyakan kepada beberapa siswa untuk memilih mata pelajaran yang disukai, kebanyakan siswa menyukai mata pelajaran IPA daripada IPS, karena menurut siswa mata pelajaran IPA lebih menarik dan menyenangkan dengan adanya berbagai percobaan yang dilakukan dalam setiap pembelajaran sedangkan mata pelajaran IPS hanya mendengarkan materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dan dapat memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar, yaitu suatu model pembelajaran yang efektif yang mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja kelompok dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peran guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan untuk menerapkan model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah Problem Based Learning (PBL), diterapkannya model pembelajaran ini karena sesuai dengan materi yang akan diajarkan di kelas V yaitu tentang perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan, dipilihnya materi ini karena degradasi sikap menghargai kepada para pahlawan.


(20)

5

Beberapa degradasi sikap menghargai kepada para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari adalah tidak menjaga cagar budaya yang ada di daerahnya, perkelahian antar pelajar, moncontek ketika ulangan, pelajar yang merokok di sekolah, dan tidak khidmat mengikuti upacara. Materi ini perlu dipelajari oleh siswa karena dengan mempelajarinya siswa dapat mengetahui penyebab dan cara mengatasi masalah yang terjadi. Peneliti ingin menerapkan model Problem Based Learning yang mana dalam pembelajaran siswa dihadapkan dengan berbagai masalah yang terjadi dan berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik model PBL menurut Ngalimun (2012: 90-91) yaitu belajar yang dimulai dengan adanya suatu masalah, masalah yang diberikan guru harus berupa peristiwa nyata di lingkungan siswa, pengkaitan materi pelajaran dengan masalah tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi, membentuk sebuah kelompok kecil, dan mempersilahkan siswa mempresentasikan hasil diskusinya dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Model pembelajaran ini sangat mendukung untuk diterapkan pada siswa kelas V, karena pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logis dalam memecahkan suatu masalah yang bersifat konkret dan anak lebih senang membentuk kelompok-kelompok dalam belajar. Dalam model pembelajaran ini guru bukan sebagai “tokoh utama” dalam kegiatan pembelajaran namun tugas guru sebagai fasilitator dan motivator agar siswa tetap fokus dengan materi yang didiskusikannya dan menjadi lebih aktif. Selain itu dengan adanya


(21)

6

pembagian kelompok kecil diharapkan siswa dapat belajar bekerjasama untuk memecahkan suatu masalah dengan teman lainnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar IPS beberapa siswa kelas V masih di bawah KKM dari KKM yang telah ditentukan yaitu 70.

2. Pembelajaran IPS kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Model pembelajaran yang diterapkan guru kelas V pada mata pelajaran IPS kurang bervariasi.

4. Pembelajaran IPS masih didominasi dengan metode ceramah.

5. Kurangnya keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS.

6. Belum optimalnya prinsip belajar bekerjasama di dalam kelompok saat proses pembelajaran IPS.

7. Belum adanya kesempatan bagi siswa dalam menyajikan hasil kerjanya dengan melakukan presentasi di depan kelas.


(22)

7 C. Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti akan memberikan batasan masalah pada peningkatan hasil belajar IPS menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli. Hasil belajar yang dimaksud adalah penguasaan materi pada mata pelajaran IPS yang ditunjukkan dengan hasil penilaian tes kognitif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 1 Sekarsuli dengan menggunakan model Problem Based Learning

(PBL)?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di SD Negeri 1 Sekarsuli.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Sekarsuli, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul ini diharapkan dapat memberikan


(23)

8

kontribusi dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS, khususnya pada kegiatan belajar mengajar siswa kelas V, adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi mengenai penggunaan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS di Sekolah Dasar.

2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa

1) Proses belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran PBL.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa kelas V untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran IPS yang berlangsung dikelas.

b. Bagi Guru

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning salah satu model pembelajaran yang tepat, yang bersifat variatif dan inovatif.

2) Sebagai bahan masukan bagi guru tentang pentingnya penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas V.


(24)

9

c. Bagi Lembaga Sekolah

Dengan menerapkan model Problem Based Learning yang inovatif dan variatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS yang akan berdampak baik pada kualitas sekolah.

G. Definisi Operasional Variabel

Definisi dari variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar siswa terdiri atas tiga ranah yaitu ranah kognitif (kegiatan otak), ranah afektif (sikap dan nilai), dan ranah psikomotorik (keterampilan/skill). Hasil belajar yang dimaksud disini adalah pada ranah kognitif yang berupa nilai. Alat ukur yang digunakan yaitu berupa tes evaluasi yang dilakukan pada akhir setiap pembelajaran IPS. Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa-siswi mana yang sudah memahami materi pelajaran dan yang belum sepenuhnya memahami materi yang telah diberikan serta untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum.

2. IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang mempelajari, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat


(25)

10

dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan. Kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar siswa.

3. Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di kehidupan nyata. Model PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analisis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajarannya berdasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya sehingga dari bekal pengetahuan yang siswa miliki ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan


(26)

11

menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL. Tugas guru disini hanya berperan sebagai tutor dan fasilitator, jadi guru hanya memberikan masukan dan mengarahkan jalannya diskusi dalam setiap kelompok-kelompok kecil agar tidak melenceng dari pokok pembahasan.


(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Ilmu Pengetahuan Dasar Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS di SD

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengubah cara hidup manusia, alat komunikasi dan transportasi berkembang pesat. Anak-anak hidup di dalam dunia yang kian hari kian kompleks, pergaulan Anak- anak-anak sekarang lebih banyak dipengaruhi lingkungan daripada di dalam keluarga. Anak harus diberi bimbingan untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam kemajuan jaman ini. Sekolah menjadi tempat yang memgang peranan penting dalam membimbing anak, salah satu cara melaksanakan tugas ini dengan memberikan mata pelajaran yang mengenal hubungan manusia dengan sekitarnya. Mata pelajaran ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Binning & Binning mengemukakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang menggunakan bahan-bahan ilmu-ilmu sosial untuk mempelajari hubungan manusia dalam masyarakat dan manusia sebagai anggota masyarakat (Simangusong dan Zainal Abidin, 1987: 25).

IPS menurut Paul Mathias (Simangusong dan Zainal Abidin, 1987: 25) adalah suatu mata pelajaran di sekolah untuk mempelajari manusia di dalam masyarakat pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (tekanan pada masalah hubungan manusia). Barr mendefinisikan IPS sebagai berikut:


(28)

13

Social Studiesis an integration of social sciences and humanities for the purposes of instruction in citizenship education. Studi sosial adalah integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk

kepentingan pembelajaran dalam pendidikan

kewarganegaraan(Udin S. Winataputra, dkk,2011: 1.8).

Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa IPS adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem hidup bermasyarakat. IPS itu lebih menekankan hubungan antara manusia dengan masyarakat, hubungan antara manusia di dalam masyarakat, disamping hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya. IPS sebagai salah satu bidang studi yang harus dipelajari siswa., diharapkan bidang studi ini dapat membantu mewujudkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2. Tujuan IPS di SD

Etin Solihatin dan Raharjo (2009: 14) merumuskan tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan bermasayarakat dan untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan dari setiap persoalan yang dihadapi.

Sedangkan dalam Kurikulum 2006 (standar isi) mata pelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;


(29)

14

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sementara itu Udin S.Winataputra (2011: 19) menjelaskan tujuan utama mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi

Rudi Gunawan (2013: 52) menjabarkan secara keseluruhan tujuan Pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut:

a) membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat,

b) membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat,

c) membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat di berbagai bidang keahlian,

d) membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan, dan

e) membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan pembelajaran IPS di SD yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam bentuk konsep dan pengalaman belajar agar siswa dapat menempatkan dirinya dalam masyarakat serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini secara khusus memiliki tujuan yaitu siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan


(30)

masalah-15

masalah dalam kehidupan di masyarakat. Melalui model Problem Based Learning siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah degradasi

menghargai para pahlawan yang ada di sekitar. Model PBL memberikan kebebasan siswa untuk berpikir kreatif dan aktif berpartisipasi dalam mengembangkan penalarannya dalam materi yang diajarkan serta mampu menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Manfaat Mempelajari IPS di SD

Agus Wardiyono (2010) menjabarkan manfaat yang didapat setelah mempelajari IPS, antara lain sebagai berikut:

a) Mendapatkan pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar.

b) Mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat

c) Mampu berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat

d) Mampu mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan IPS sangat penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar, sebab siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Dengan pengajaran IPS diharapkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup. Selain itu, siswa diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya (Hidayati, 2002: 27)


(31)

16 4. Ruang Lingkup IPS SD

Di dalam KTSP 2006 menjabarkan ruang lingkup mata pelajaran IPS secara umum meliputi aspek-aspek: (a) Manusia, tempat, dan lingkungan; (b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (c) Sistem sosial dan budaya; dan (d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Di dalam KTSP (2006) terdapat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada setiap mata pelajaran, termasuk pada mata pelajaran IPS.Sedangkan untuk indikator dari setiap KD dapat dikembangkan sendiri oleh guru.

Berikut ini penjabaran dari SK dan KD mata pelajaran IPS kelas V semester II :

Tabel 1. SK dan KD kelas V semester II mata pelajaran IPS

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Kompetensi Dasar (KD) yaitu: 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.


(32)

17

Setelah mempelajari materi perjuangan para tokoh daerah dalam melawan penjajah diharapkan siswa mampu untuk mengenal tokoh-tokoh pejuang yang telah berjasa melawan penjajah dan dapat menghargai para tokoh pejuang dalam penerapan di kehidupan sehari-hari.

5. Penilaian Hasil Belajar IPS di SD

Penilaian merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi. Penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk memberikan nilai kepada siswa terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang didapatkan siswa merupakan akibat dari proses pengalaman belajarnya.

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa, dengan adanya penilaian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar siswa, dan sebagai bahan pertimbangan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hasil belajar IPS di dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS pada ranah kognitif siswa, yaitu dengan penggunaan alat ukur berupa tes soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda disusun berdasarkan kisi-kisi dari pengembangan materi yang disampaikan.


(33)

18 B. Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar, terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan belajar. Para ahli pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya

Beberapa ahli pendidikan mengemukakan definisi belajar sebagai berikut. Good dan Brophy dalam bukunya yang berjudul Educational Psycology: A Realistic Approach mengemukakan arti belajar dengan kalimat yang singkat, yaitu: “Learning is the development of new

association as a result of experience”. Jadi, menurut Good dan Brophy

belajar itu bukan suatu tingkah laku yang tampak, melainkan yang utama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu utnuk mendapatkan hubungan-hubungan baru (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, 2013: 17).

Burton, dalam bukunya “The Guidance of Learning Activities”,

merumuskann pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2010: 35).


(34)

19

Dalam buku Educational Psychology, H.C. Witherington (Aunurrahman, 2010: 35), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Menurut seorang ahli pendidikan, Dimyati Mahmud (Nini Subini, 2012: 83) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena sebuah pengalaman yang dialaminya.

Definisi belajar meurut Dalyono (2005: 49):

“Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu, pengetahuan,

keterampilan, dan sebagainya”.

Ernest H. Hilgard (Nini Subini, 2012: 83) mendefinikan pengertian belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi suatu situasi sebelum itu.

Dari pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat ambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Suprijono mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan


(35)

20

keterampilan. (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, 2013: 22). Snelbeker (Rusmono, 2014: 8) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar.

Hasil belajar menurut Bloom merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah Kognitif meliputi pada tujuan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi kegiatan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi. Terakhir pada ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan meniru pada fisik tertentu (Rusmono, 2014: 8).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya dilihat dari salah satu aspek potensi saja, aspek potensi tersebut yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan perilaku itu akan tampak setelah siswa menyelesaikan kegiatan pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajarnya. Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).


(36)

21

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Nini Subini (2012: 85-102) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi 3 golongan yaitu faktor dari dalam (internal), faktor dari luar (eksternal), dan faktor pendekatan belajar.

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang melakukan belajar. Faktor internal meliputi: (a) faktor fisiologis; dan (b) faktor psikologis. Faktor fisiologis berupa kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis berupa intelegensi, bakat minat, kematangan, motif, kelelahan, dan perhatian.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar anak. Faktor eksternal meliputi 3 hal antara lain: (a) faktor keluarga terdiri dari cara mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; (b) faktor sekolah terdiri dari guru, metode mengajar, fasilitas, kurikulum sekolah, relasi guru dengan anak, relasi antar anak, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu, standar pelajaran, kebijakan penilaian, keadaan gedung, dan tugas rumah; dan (c) faktor masyarakat terdiri dari kegiatan anak dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat.

3) Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan anak untuk melakukan kegiatan belajar. Ada tiga bentuk dasar pendekatan belajar siswa yaitu: (a) pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi), pendekatan

surface (permukaan atau bersifat lahiriah), dan pendekatan deep

(mendalam)

Salah satu yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor pendekatan belajar (approach to learning), yang di dalamnya terdapat model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu model pembelajaran. Model


(37)

22

pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar adalah model Problem Based Learning.

C. Kajian Tentang Model Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Model Pembelajaran

Saat guru mengajar, penggunaan model pembelajaran bukan suatu hal yang baru. Model pembelajaran digunakan untuk membantu guru membangun suasana belajar yang menyenangkan dan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Menurut SS Chauhan (A. Azis Wahab, 2012: 52) menjelaskan:

“Model of teaching can be defined as an instructional design which describes the process of specifying and producing particular environmental situations which cause the students to interact in such a way that a specific change occurs in their behavior”.

Dapat dijelaskan dari pendapat di atas bahwa model mengajar merupakan sebuah perencanaan untuk mengajar yang menggambarkan proses yang ditempuh pada kegiatan belajar mengajar agar dicapai suatu perubahan spesifik pada perilaku siswa sesuai yang diharapkan.

Model Pembelajaran menurut Suyono dan Hariyanto (2012: 23) yaitu model yang dipilih dalam rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dilaksanakan dengan suatu sintaks (langkah-langkah yang sistematis dan urut) tertentu.

Dapat diambil kesimpulan dari pernyataan para ahli mengenai model pembelajaran, bahwa model pembelajaran merupakan suatu cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses


(38)

23

pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Saat ini model pembelajaran telah banyak dikembangkan, dari yang sederhana sampai model yang kompleks karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.

2. Pengertian Model Problem Based Learning

Ngalimun (2012: 89) menerangkan model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Ward dan Stepien (Ngalimun, 2012: 89) mengemukakan pengertian model pembelajaran PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah dan juga memiliki keterampilan dalam memecahkan sebuah masalah.

Sementara itu, C. Asri Budiningsih (2006: 111) mengemukakan bahwa model PBL mengacu pada proses belajar memecahkan masalah. Model pembelajaran ini berorientasi pada pandangan konstruktivistik. Siswa dapat mengembangkan kemampuannya dengan berbagai macam teknik dan strategi memecahkan masalah. Melalui model pembelajaran ini, maka siswa pun dapat mengembangkan kemampuannya.

Model PBL menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini juga melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan faktual siswa, untuk merangsang kemampuan


(39)

24

berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang harus dipelihara siswa adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam model PBL adalah model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya masalah yang membutuhkan suatu penyelesaian dari permasalahan yang nyata sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi siswa.

Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman kongkrit, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi siswa.

Pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa harus bekerjasama dalam sebuah kelompok untuk memecahkan masalah dunia nyata. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerepan model PBL.

Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta dapat menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya.


(40)

25

3. Karakteristik Model Problem Based Learning

Yazdani (Rusmono, 2014: 8) menjabarkan model Problem Based Learning (PBL) memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, 2) Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, 3) Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan 4) Guru berperan sebagai fasilitator.

Permasalahan yang digunakan pada model PBL adalah kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan, jadi permasalahannya diambil tidak hanya dari sumber buku saja tetapi dari berita di media massa dan kehidupan sehari-hari di sekitar siswa. Permasalahan yang digunakan harus menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga dalam proses penyelesaian masalah siswa akan lebih tertarik dan termotivasi.

4. Langkah-langkah model Problem Based Learning

John Dewey (Wina Sanjaya, 2007: 217) seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah P roblem Based Learning,

sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah, dalam tahap ini siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan

2) Menganalisis masalah, dalam tahap ini siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang

3) Merumuskan hipotesis, dalam tahap ini siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya 4) Mengumpulkan data, dalam tahap ini siswa mencari dan

menggambarkan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah


(41)

26

5) Pengujian hipotesis, dalam tahap ini siswa merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan 6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, dalam tahap ini siswa

merekomendasikan beberapa solusi sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan

Sementara itu, menurut Ibrahim dan Nur mengemukakan bahwa langkah-langkah model Problem Based Learning adalah sebagai berikut (Rusman, 2012: 243):

Tabel 2. Sintaks Model Problem Based Learning

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1. Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan-tujuan

pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pemecahan

masalah 2. Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3. Membimbing pengalaman individual atau kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sintaks Model PBL yang dikemukan oleh Ibrahim dan Nur, karena sintaks PBL ini menjabarkan tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir di pembelajaran dan perilaku guru pada langkah


(42)

27

tertentu sudah dijabarkan. Penerapan model P roblem Based Learning

dalam penelitian ini secara garis besar yaitu:

a. Tahap 1: Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa. Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan tujuan pembelajaran IPS, membangun sikap positif terhadap pelajaran, dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan untuk dilakukan oleh siswa. Guru memberikan suatu masalah terkait masalah degradasi

menghargai para pahlawan kepada siswa.

b. Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar IPS.

Guru mengembangkan keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka untuk menyelidiki masalah secara bersama-sama. Guru membentuk kelompok-kelompok penyelidikan. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa.

c. Tahap 3: Membimbing penyelidikan kelompok.

Penyelidikan dilakukan secara kelompok yang melibatkan proses pengumpulan informasidan memberikan solusi. Siswa mengumpulkan informasi yang cukup untuk menciptakan dan mengkontruksikan ide-idenya sendiri. Guru membantu siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan membuat pertanyaan yang merangsang siswa untuk memikirkan permasalahan itu. Setelah siswa mengumpulkan informasi yang cukup terhadap permasalahan yang mereka selidiki. Guru mendorong siswa bertukar ide dalam kelompok.


(43)

28

d. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan penyelidikan atau hasil karya yang relevan. Setelah itu siswa mempresentasikan laporan hasil penyelidikan atau hasil karya sebagai bukti pemecahan masalah.

e. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru memandu siswa untuk melakukan refleksi, dan mencatat butir-butir atau konsep penting terkait pemecahan masalah.

5. Kelebihan Model Problem Based Learning

Wina Sanjaya (2007: 220-221) menjabarkan kelebihan Problem Based Learning (PBL) sebagai model pembelajaran, sebagai berikut: 1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup

bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran itu pada dasarnya merupakan proses berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

7) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.


(44)

29

9) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10)Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Sementara itu Smith (Taufik Amir, 2009:27) menjelaskan bahwa model Problem Based Learning mempunyai keunggulan yaitu meningkatkan kecakapan memecahkan masalah, lebih mudah mengingat, meningkatkan pemahamannya, meningkatkan pemahamannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong untuk berpikir, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar, dan memotivasi siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menguunakan model Problem Based Learning dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas, memberikan kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, lebih menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran dan disukai oleh siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Karakteristik Siswa SD Kelas V

Dalam perkembangan intelektual anak, Jean Piaget (Dwi Siswoyo,dkk, 2011: 111-112) membaginya menjadi empat tahap, yaitu: 1) Tahap sensori motor

Kemampuan berfikir peserta didik baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri mereka.


(45)

30

Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.

2) Tahap Pra-operasional (umur 2-7 tahun)

Kemampuan skema kognitif masih terbatas. Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru perilaku orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.

3) Tahap Operasional Konkret (umur 7-11 tahun)

Peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasi beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

4) Tahap Operasional Formal (umur 11-14 tahun)

Telah memiliki kemampuan mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan.Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak.Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak seperti agama, matematika, dan lainnya.

Anak-anak pada masa usia sekolah dasar masuk dalam masa kanak-kanak akhir yang berada pada tahap berpikir operasional kongkret. Masa ini di alami oleh anak yang beusia 6 tahun sampai masuk ke masa remaja awal (pubertas) yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa kanak-kanak akhir, anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk ke sekolah dasar.

Masa usia Sekolah Dasar atau kanak-kanak akhir menurut Piaget (Rita Eka Izzaty, 2008: 106) tergolong pada masa operasional konkret dimana anak


(46)

31

berfikir logis terhadap objek yang kongkret, mulai berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial.

Rita Eka Izzaty (2008: 116) menyatakan bahwa masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar.

b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.

Rita Eka Izzaty (2008: 116-117) juga menjabarkan ciri-ciri anak pada masa kelas rendah dan pada masa kelas tinggi di Sekolah Dasar. Berikut ini adalah ciri anak pada kelas rendah di Sekolah Dasar, yaitu:

a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah b. Suka memuji diri sendiri

c. Jika tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan tersebut dianggap tidak penting

d. Suka membandingkan dirinya dengan orang lain, jika hal itu menguntungkan dirinya

e. Suka meremehkan orang lain

Adapun ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yaitu: a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar dan berpikir realistis

c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus

d. Anak memandang sebuah nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah

e. Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama dan mereka membuat sebuah peraturan di dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa anak kelas V SD masuk ke dalam kelas tinggi yang berada pada rentang usia 9/10-12/13 tahun. Siswa yang berada dalam rentang usia tersebut memiliki karakteristik antara lain perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, memiliki


(47)

32

rasa ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, suka membentuk kelompok sebaya.

Sesuai dengan karakteristik-karakteristik diatas, khususnya point a,b, dan e ini lah yang akan dikembangkan oleh siswa dalam penelitian ini. Dengan menggunakan model Problem Based Learning, siswa diajarkan untuk berpikir kritis memecahkan masalah autentik yang ada dalam kehidupan sehari-hari di sekitar siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah menciptakan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa yaitu dengan memberikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu Problem Based Learning juga mengharuskan siswa untuk belajar dalam kelompok. Hal ini akan mengembangkan keterampilan sosial siswa.

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini relevan yaitu:

1. Arif Budi Saputra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV B Di SDN Bareng 1 Kecamatan Klojen Kota Malang”. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV B SDN Bareng 1. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 66,32, ketuntasan klasikal yang diperoleh dari siklus I ini sebesar 59% saja.


(48)

Rata-33

rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 74,71, ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus II adalah sebesar 79%.

2. Shoimah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul: “Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V MI YAKTI Kebonagung Tegalrejo Magelang Tahun Pelajaran

2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pada siklus I

72,32 dan meningkat pada siklus II menjadi 76,05. Persentase kentuntasan klasikal pada siklus I 63,64% dan pada siklus II mencapai 90,90%. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V MI YAKTI.

F. Kerangka Berfikir

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan dibangku Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan mata pelajaran yang penting dan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan berada pada lingkungan siswa sehari-hari. Namun pada kenyataannya hanya beberapa siswa yang menyukai mata pelajaran IPS, sebagian besar siswa tidak menyukai mata pelajaran ini alasan bahwa materi pelajaran ini cukup banyak dan kompleks sehingga siswa harus banyak mengahafal materi. Ditambah dengan proses pembelajaran di kelas yang dalam penyampaian materinya masih menggunakan metode ceramah dan juga belum menggunakan media


(49)

34

dalam menyampaikan materi, sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

Hal ini berdampak pada hasil belajar IPS kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli masih belum optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari data nilai ulang harian siswa pada mata pelajaran IPS yang masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu 70. Dari 19 siswa, 15 siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM.

Menyikapi hal tersebut di atas, guru mempunyai tugas untuk menerapkan model pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran IPS. Model pembelajaran yang akan diterapkan pada mata pelajaran IPS juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar kelas V, yang mana siswa kelas V SD termasuk dalam kelas tinggi yang berada pada rentang 9/10 – 12/13 tahun. Siswa yang berada dalam rentang usia tersebut memiliki karakteristik antara lain perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar dan realistis, suka membentuk kelompok sebaya.

Model pembelajaran tersebut adalah Problem Based Learning (PBL). Model PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan sebuah permasalahan yang ada pada kehidupan sekitar siswa dengan cara berdiskusi secara berkelompok, dengan membentuk suatu kelompok diskusi setiap siswa dapat saling membagikan ide-ide/pendapat-pendapat untuk ditampung kemudian dipilih sebagai jawaban untuk masalah tersebut. Kerja


(50)

35

kelompok dapat menjadikan siswa lebih berani untuk berinteraksi dengan siswa lainnya dan lebih terbuka/berani untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya. Pemahaman siswa pun akan meningkat karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran IPS dan siswa merasa senang sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan mencapai nilai KKM

≥70.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Kondisi Awal

- Hasil belajar IPS belum optimal. - Pembelajaran kurang dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari.

- Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.

- Keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran kurang.

- Masih didominasi dengan metode ceramah.

- Belum optimalnya prinsip belajar bekerjasama di dalam kelompok saat proses pembelajaran

- Belum adanya kesempatan bagi siswa dalam menyajikan hasil kerjanya dengan melakukan presentasi didepan

Penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran IPS

Tindakan

Kondisi Akhir Hasil belajar IPS siswa


(51)

36 G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Sekarsuli Semester II tahun ajaran 2014/2015”.


(52)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam istilah bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR).Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru IPS kelas V. Penelitian Tindakan Kelas menurut Wijayah Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011: 9) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki cara mengajar guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Suharsimi (2006: 3) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Jenis penelitian yang akan digunakan peneliti adalah kolaboratif dan partisipatif, artinya peneliti tidak akan melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan guru kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli. Secara partisipatif peneliti bersama dengan guru melakukan tindakan penelitian langkah demi langkah.Tindakan dalam penelitian ini berupa penerapan model Problem Based Learning (PBL) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sekarsuli.


(53)

38

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Pertimbangan melakukan penelitian di SD Negeri 1 Sekarsuli karena SD ini pernah menjadi tempat PPL peneliti, sehingga peneliti sudah mengenal baik dengan para guru dan siswanya. Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah siswa kelas V yang berjumlah 19 siswa, dengan rincian 6 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Alasan peneliti menggunakan kelas V sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki permasalahan dengan nilai IPS yang sebagian besar belum mencapai KKM, hal ini disebabkan karena materi pelajaran bersifat hafalan dan belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa serta cara mengajar guru yang belum bervariasi. Pemasalahan tersebut memunculkan ide peneliti untuk menerapkan model

pembelajaran PBL pada mata pelajaran IPS materi “Perjuangan para tokoh

pejuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang”. Dipilihnya model

pembelajaran PBL karena mendukung dengan materi yang dipelajari dan sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang sudah mampu untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu masalah yang akan diberikan. Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran PBL ini dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Adapun objek penelitian ini adalah hasil belajar IPS, alasan dipilihnya objek penelitian ini karena sebagian besar siswa kelas V nilai IPS nya masih dibawah KKM, dengan nilai ketuntasan minimal yang sudah ditentukan untuk mata pelajaran IPS adalah 70.


(54)

39 C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Sekarsuli, yang beralamatkan di Desa Mantub, Kelurahan Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Penelitian di kelas V ini akan dilaksanakan pada semester II (dua) tahun pelajaran 2014/2015. Berikut ini adalah perincian rencana pelaksanaan kegiatan penelitian:

Tabel 3. Rencana Kegiatan Penelitian Kegiat

an

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Perencaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Pelak-sanaan √ √ √ √ Analisis

Data √ √ √ √ √ Pelapor-an √ √ √ √

D. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka kerja atau rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan dalam penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Wijayah K. dan Dedi D., 2011: 20) yaitu menggunakan siklus sistem spiral yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), reflecting (refleksi). Alasan peneliti menggunakan model penelitian ini karena mudah untuk dipahami dan dilaksanakan, dalam model penelitian ini juga terdapat dua komponen yang dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu yaitu acting dan observing sehingga menghemat waktu dalam pelaksanaannya.


(55)

40

Gambar 2. Siklus Model Kemmis dan Mc Taggart

Gambaran tentang langkah-langkah di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 17). Kegiatan awal yang dilakukan diperencanaan adalah perencanaan yang diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan lembaran observasi, menyiapkan soal tes tertulis, dan menyiapkan alat dan media yang akan digunakan saat kegiatan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan


(56)

41

dkk, 2006: 18). Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun sesuai permasalahan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru mengajar dengan berpedoman pada RPP yang telah dipersiapkan sedangkan peneliti mengamati kegiatan guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Observasi

Observasi ini dilaksanakan untuk mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Observasi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk menilai keefektifan penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPS. Peneliti akan mengobservasi siswa kinerja guru serta partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan panduan lembara observasi yang telah disusun.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi diawali dengan memeriksa catatan hasil observasi kemudian merevisi rencana jika tindakan yang dilakukan belum memecahkan masalah. Perevisian ini dengan perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal apabila belum meningkatkan hasil belajar IPS. Tahap refleksi ini merupakan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila pembelajaran pada siklus I kurang berhasil maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.


(57)

42

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengambilan data ini peneliti harus benar-benar teliti agar tidak terjadi kesalahan pada hasil penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Di bawah ini peneliti menjabarkan dari ketiga teknik tersebut, yaitu:

1. Observasi

Wina Sanjaya (2009: 86) menyatakan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Menurut Sugiyono (2012: 146) observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jenis observasi dalam penelitian ini bersifat sistematis karena dilakukan dengan menggunakan pedoman instrumen pengamatan. Observasi ini dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur keaktifan belajar siswa dan aktivitas guru dalam mengajar. Observasi untuk siswa menggunakan lembar observasi aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran sedangkan observasi untuk guru menggunakan lembar observasi aktivitas guru dalam menerapkan model Problem Based Learning pada mata pelajaran IPS.


(58)

43

Observasi dilakukan oleh dua pengamat untuk mempermudah dalam mengamati proes pembelajaran yang sedang berlangsung.Peneliti dibantu oleh dua teman sejawat yang masing-masing mengamati siswa yang berbeda.

2. Tes

Tes menurut Suharsimi Arikunto (2006: 150) merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes tertulis pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai atau hasil belajar siswa, tes ini dalam bentuk soal evaluasi. Soal evaluasi ini dirancang sesuai dengan indikator-indikator kompetensi dasar yang akan diajar. Tes diberikan kepada siswa setelah dilakukan tindakan pada setiap siklusnya.

3. Dokumentasi

Pengambilan dokumentasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu dari kegiatan awal sampai akhir. Adanya dokumentasi ini untuk memperkuat terhadap suatu subjek penelitian. Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen seperti hasil tes yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning. Dokumentasi juga dapat dilakukan dengan pengambilan foto kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.


(59)

44

F. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006: 160), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami atau menguasai materi pelajaran IPS yang disampaikan oleh guru. Tes dalam penelitian ini adalah tes evaluasi di setiap akhir siklus. Tes akhir siklus adalah tes yang diberikan pada saat selesai mengikuti serangkaian proses pembelajaran atau akhir pembelajaran. Soal-soal yang digunakan untuk tes evaluasi diambil dari indikator Kompetensi Dasar yang dipelajari. Tes dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kognitif siswa setelah diberikan tindakan dengan penerapan model Problem Based Learning. Peningkatan hasil belajar IPS dapat terlihat dari nilai yang diperoleh setiap siswa.


(60)

45

Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas : V

Semester : 2

SK : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan

masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

KD : 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh

pejuang

pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Tes Tertulis Siklus I

No. Indikator

Ranah Kognitif

C1 C2

1 Mengidentifikasi masuknya Belanda ke Indonesia

1,3 2 Mengidentifikasi peristiwa - peristiwa jatuhnya

Nusantara dibawah kekuasaan Belanda

4,5,20 3 Mengidentifikasi sistem kerja paksa dan

penarikan pajak yang dilakukan oleh Belanda

2,6,8

4 Mengidentifikasi perjuangan Pattimura dalam mengusir Belanda

9.10.11 5 Mengidentifikasi perjuangan kaum Paderi

dalam mengusir Belanda

12,13 6 Mengidentifikasi perjuangan Pangeran

Diponegoro dalam mengusir Belanda

14,16,18 17

7 Mengidentifikasi perjuangan rakyat Aceh dalam mengusi Belanda

19 8 Mengidentifikasi perjuangan Sisingamaraja

dalam mengusir Belanda

7,15


(61)

46

Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas : V

Semester : 2

SK : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan

masyarakat dalam mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia

KD : 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh

pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

Tabel 5. Kisi-Kisi Soal Tes Tertulis Siklus 2

No. Indikator Ranah Kognitif

C1 C2

1 Mengidentifikasi tokoh-tokoh pergerakan nasional

1,2,3,20 2 Mengidentifikasi organisasi-oranganisasi

pergerakan nasional

4,5,6,19 3 Mengidentifikasi peristiwa sumpah pemuda 7,8,9,17 4 Mengidentifikasi masa penjajahan Jepang di

Indonesia

10,11,12,18 5 Mengidentifikasi organisasi-organisasi

bentukan Jepang

13,14,15,16

JUMLAH 20

Keterangan :

C1 : Pengetahuan

C2 : Pemahaman

2. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Lembar observasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana keaktifan siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran


(62)

47

dengan penilaian rating scale. Kisi - kisi lembar observasi ini didasarkan pada proses dan langkah-langkah pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh dua teman sejawat untuk mengamati aktivitas guru dan siswa tanpa mengganggu kegiatan individu maupun kelompok.

Tabel 6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Model PBL

No Aspek yang diamati Jumlah Item

Nomor Pertanyaan 1 Tahap pra pembelajaran

a) Mempersiapkan alat dan media yang digunakan b) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan

pembelajaran

c) Memandu siswa untuk berdoa sebelum proses pembelajaran d) Apersepsi 1 1 1 1 1 2 3 4 2 Tahap orientasi masalah

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran b) Menggunakan media pembelajaran (gambar) c) Menguasai materi ajar yang disampaikan d) Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran

1 1 1 1 5 6 7 8 3 Tahap pengorganisasian belajar

a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan

b) Memotivasi siswa dalam belajar

c) Memantau kemajuan siswa dalam kegiatan belajar

1 1 1 9 10 11 4 Tahap belajar kelompok

a) Menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan kelompok (permainan) yang akan dilaksanakan

b) Membentuk kelompok belajar c) Memantau proses diskusi kelompok

1 1 1 12 13 14 5 Tahap penyajian hasil karya

a) Membimbing siswa melakukan presentasi kelas b) Memberikan pemantapan konsep

c) Memberikan reward/penghargaan

1 1 1 15 16 17 6 Tahap evaluasi

a) Melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi b) Melakukan refleksi

c) Melaksanakan tes evaluasi

1 1 1 18 19 20


(63)

48

Tabel 7. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Model PBL

No Aspek yang diamati Indikator Jumlah Nomor

1 Tahap orientasi masalah Kesiapan siswa 1 1

Perhatian siswa 1 2

2 Tahap pengorganisasian belajar Keaktifan siswa 1 3

Kemandirian siswa 1 4

3 Tahap belajar kelompok Partisipasi siswa 1 5

Keterampilan siswa 1 6

Interaksis siswa 1 7

Keberanian siswa 1 8

Tanggung jawab 1 9

4 Tahap penyajian hasil karya Kesiapan siswa 1 10

Efektivitas waktu 1 11

Keterampilan siswa 1 12

5 Tahap evaluasi Kemampuan siswa 1 13

JUMLAH 13 13

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data observasi pada saat proses pembelajaran dan soal tes hasil belajar siswa setiap siklus. Adapun teknik analis data-data tersebut sebagai berikut:

1. Analisis Kualitatif

Data observasi yang telah diperoleh berupa observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, data ini di analisis secara deskriptif kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan pemberian skor 1- 4 dalam setiap indikatornya dengan cara mencari rata-rata dari keseluruhan data observasi. Hal ini dilakukan agar data-data tersebut mudah dipahami dan dapat diinformasikan dengan jelas serta tepat.


(64)

49

Pada penelitian ini untuk mengetahui keaktifan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran maka peneliti menilai menggunakan lembar observasi guru dan siswa dengan penilaian ratingscale dengan skor 1-4 untuk setiap indikatornya. Menurut Sugiyono (2008: 99) untuk menganalisis data kualitatif dengan sistem penilaian ratingscale dapat dengan cara, sebagai berikut:

Perhitungan analisis keaktifan guru dalam penelitian ini adalah 4×1×1= 4 dan untuk menentukan intervalnya 4:4= 1, dimana ≤1 tidak baik, 2 kurang baik, 3 cukup baik, dan 4 sangat baik. Sedangkan perhitungan analisis keaktifan siswa adalah 4×1×19= 76 dan untuk

menentukan intervalnya 76:4= 14, dimana ≤14 tidak baik, 15-33 kurang baik, 34-52 cukup baik, 53-71 sangat baik.

2. Analisis Kuantitatif

Hasil tes siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan cara menghitung nilai rata-ratanya pada akhir setiap siklus penelitian. Setelah mendapatkan nilai rata-ratanya kemudian dideskripsikan, jika hasil tes mengalami peningkatan sesuai standar nilai yang telah ditentukan, maka

dapat ditarik kesimpulan dengan menerapkan model Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 1 Sekarsuli. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan


(65)

50

penerapan model PBL maka peneliti menghitung data dengan menggunakan rumus, sebagai berikut (Zainal Aqib, dkk, 2009: 40-41):

Cara mencari rata-rata (mean) menggunakan rumus,

Keterangan:

M = rata-rata

Σ Xi = jumlah nilai

N = jumlah siswa

Sedangkan untuk menghitung persentase keberhasilan

pembelajaran menggunakan rumus,

Keterangan:

P = Angka persentase

F = Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ KKM

N = Banyaknya individu dalam subjek penelitian


(1)

169 Lampiran 8. Dokumentasi Hasil Penelitian

Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan pertanyaan yang tertulis di dalam Lembar Kerja Siswa

Guru memantau kegiatan diskusi siswa serta memberikan masukan-masukan tentang permasalahan yang tertulis pada LKS

Siswa dengan serius melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing. Siswa melakukan pembagian tugas dalam kegiatan kelompok


(2)

170

Perwakilan siswa dari kelompok 2 melakukan mempresentasikan hasil karya/diskusinya. Siswa lainnya mendengarkan presentasi.

Ketua dari kelompok 3 sedang menjelaskan kepada anggota kelompoknya mengenai contoh masalah yang akan dibahas dan didiskusikan secara

berkelompok

Perwakilan siswa dari kelompok 4 menampilkan hasil karyanya didepan kelas dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.


(3)

171 Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian


(4)

172


(5)

173


(6)

174