Pembasmian terhadap PKI dan Gerakan Kiri

A. Pembasmian terhadap PKI dan Gerakan Kiri

Pembasmian dilakukan oleh aparat militer dan milisi terhadap mereka yang dianggap PKI dan simpatisannya terjadi dalam beragam bentuk tindakan kekerasan. Wujud tindakan kekerasan itu adalah penangkapan, penghilangan paksa, pembunuhan, penyiksaan, dan perbudakan dalam skala luas. Pembasmian itu tidak hanya terjadi terhadap orang yang dituduh PKI, akan tetapi menjalar kepada orang tua, istri, anak, dan cucu. Operasi pembasmian dimulai Oktober 1965 di sejumlah tempat di Jawa dan Sumatra. Pelbagai bentuk pembasmian pada 1965-1966 tersebut

diperkirakan menelan korban jiwa 500.000 hingga 1.000.000 orang. 36 Sementara itu dalam laporannya, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebutkan bahwa berdasarkan keterangan saksi yang mereka kumpulkan, sekurang-kurangnya terdapat 1.956 orang dibunuh dan 85.483 orang yang menjadi korban pembasmian. 37

Kekerasan dimulai pada awal Oktober 1965 setelah PKI dituduh sebagai dalang Gerakan 30 September yang menewaskan tujuh perwira Angkatan Darat. Pihak Angkatan Darat melakukan pengendalian informasi dengan menutup beberapa media cetak dan mengontrol ketat isi berita surat kabar dan radio yang masih diizinkan menyiarkan berita. Hal ini merupakan bentuk penghasutan (incitement) yang mendorong terjadinya kekerasan massal. Penangkapan dan pembunuhan berlangsung di beberapa daerah dalam waktu yang berbeda. Penyerbuan dan penangkapan tercepat berlangsung di kota Medan, Sumatera Utara. Pada 12 Oktober

35 Dirangkum dari berbagai sumber: Kopkamtib, Badan Reintegrasi Aceh, dan CAVR. 36 Menurut laporan Kopkamtib setebal 25 halaman yang dikeluarkan pada 1966, disebutkan bahwa korban meninggal dalam operasi pembantaian itu mencapai 1.000.000 orang. Lihat Cribb, Robert, “Problems in the Historiograph of the Killing of Indonesia”, dalam (ed) Cribb, Robert, 1990, The Indonesian Killings 1965-1966,

Studies from Java and Bali, Victoria: Monash University Press, hlm. 8-9. 37 Lihat Komnas HAM, 2012, Ringkasan Eksekutif Hasil Penyelidikan Tim Ad-Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM yang Berat Peristiwa 1965-1966, Jakarta.

POLA KEKERASAN

1965, kantor Sentral Serikat Buruh Indonesia (SOBSI) Sumatera Utara dibakar oleh massa anti-PKI. Kemudian, pada 16 Oktober 1965 kantor Committee Daerah Besar Sumatera Utara dirusak dan dibakar. Komando Daerah Militer (Kodam) II Bukit Barisan bersama milisi Komando Aksi kemudian melakukan penangkapan dan pembunuhan, termasuk terhadap mereka yang keluar dari persembunyian karena kesulitan bahan makanan. Penangkapan dan pembunuhan di Sumatra Utara baru reda pada awal Februari 1966, ketika pasukan Brawijaya masuk ke Labuan Batu

untuk menghentikan aksi milisi Komando Aksi. 38

Sementara itu, di Jawa Tengah pembasmian mulai muncul dalam gelombang besar setelah Resimen Pasukan Khusus Angkatan Darat (RPKAD) bergerak ke Jawa Tengah pada 17 Oktober 1965. Pada awal Desember, pasukan RPKAD bersama kesatuan dari Divisi Brawijaya yang bermarkas di Jawa Timur mendarat di Bali. Militer dan milisi mengampanyekan anggota PKI sebagai pengkhianat, barbar, dan atheis. Secara terang-terangan mereka menghasut warga untuk melakukan tindak kekerasan terhadap anggota PKI.

Penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan massal secara bersamaan menyasar anggota PKI dan para simpatisan, termasuk orang-orang yang aktif di organisasi Barisan Tani Indonesia (BTI), Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), Pemuda Rakyat, Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), serta Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI). Setelah ditangkap dan berada dalam tempat penahanan, kebanyakan korban mengalami penyiksaan. Sebagian kemudian dibunuh di tempat-tempat pembantaian. Ada juga yang dibunuh langsung ketika mereka diburu, dan ditangkap di tempat mereka bermukim. Di banyak tempat, pembunuhan ini dilakukan oleh kelompok milisi dengan dukungan polisi dan militer. Penghilangan paksa juga dilakukan terhadap orang-orang yang sudah berada di tempat penahanan dengan sitem “bon”. Militer, polisi, dan kelompok sipil sewaktu-waktu dapat mengambil orang dari tempat penahanan dan dibawa ke tempat pembantaian untuk dibunuh.

38 Lihat, “Penghilangan Paksa dan Kehancuran Organisasi Buruh Perkebunan Sumatera Utara, 1965-1967”, dalam Op.cit, 2012, Pulangkan Mereka!, hlm. 62.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111