Kekerasan dan Ancaman Keamanan dari Aktor Non-Negara

A.3. Kekerasan dan Ancaman Keamanan dari Aktor Non-Negara

Selain aktor negara, masyarakat juga mengalami pelanggaran HAM dari aktor non- negara. Aktor non-negara ini pada dasarnya menjadi perpanjangan tangan dari aktor negara, yaitu pemerintah atau perwakilan dari perusahaan yang beroperasi di lahan masyarakat. Hal ini tergambar jelas dalam konflik antara masyarakat Mollo dengan perusahaan tambang batu marmer di wilayah Mollo, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Perusahaan tambang batu marmer sudah memasuki wilayah Mollo sejak tahun 1956 di empat lokasi tambang yang ada di wilayah Gunung Anjaf-Nausus. 219 Wilayah Mollo merupakan satu wilayah yang kaya akan sumber daya alam sekaligus sebagai salah satu wilayah tangkapan air yang terletak di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Gunung ini diperkirakan bisa menghasilkan marmer selama kurun waktu 200 tahun sehingga pemerintah lokal terus mempromosikan kegiatan pertambangan di gunung ini kepada para investor. Pemerintah lokal selalu berusaha melakukan eksploitasi di gunung ini dengan dalih peningkatan pendapatan daerah serta pembangunan wilayah Nusa Tenggara Timur. Namun, masyarakat tidak sependapat dengan pemikiran pemerintah lokal. Masyarakat melakukan berbagai penolakan atas kegiatan penambangan batu marmer yang mulai marak di Mollo pada tahun 1999, setelah PT Karya Hasta dan PT Kawan Setia Pramesti melakukan eksploitasi batu marmer di wilayah Fatu Naususu, Fatu Anjaf, dan Fatu Nua di Desa Fatukoto dan Ajaobaki.

Aleta Ba’un adalah satu dari sekian banyak warga Mollo

“Pengorbanan

yang menolak eksploitasi Gunung Anjaf-Nausus karena

ini tidak sia-

gunung ini dianggap suci oleh masyarakat adat di sana.

sia karena

Aleta Ba’un bersama warga lain berjuang untuk

pertambangan

melindungi Gunung Anjaf-Nausus sehingga dia menjadi

itu akhirnya

korban kekerasan dari preman-preman yang disewa

dihentikan ...

untuk mengintimidasi dia. Siapapun yang menolak

Bekas lokasi

kebijakan pemerintah akan menemui kesulitan dan

pertambangan

harus berhadapan dengan investor dan pemerintah.

kami gunakan

Aleta Ba’un dalam kesaksiannya menuturkan,

sebagai pusat

“Saya mengalami beberapa ancaman karena

belajar.”

menolak pertambangan itu. Ancaman pertama adalah penganiayaan dari preman dan pihak-pihak

yang dibayar oleh pemerintah. Saat saya dan warga lain mengajukan gugatan kepada bupati, saya dan empat perempuan lain dipukul oleh laki- laki. Teman saya yang pertama, ibu Yati, dipukul hingga tertempel di terali, saya yang kedua. Dua teman saya yang lain ditempeleng pipinya dan

219 “Studi Kasus 52: Eksploitasi dan Perusakan Tanah Adat dan Tambang di Mollo, Nusa Tenggara Timur”, Narasi Kasus Pelanggaran HAM 1965-2005, Database KKPK.

MENEMUKAN KEMBALI INDONESIA

dipukul. Kejadian ini disaksikan oleh jaksa, hakim, dan polisi yang ada di situ saat penganiayaan ini terjadi, tapi mereka diam saja. Polisi hanya menyuruh saya melaporkan kejadian itu ke kantor polisi, tapi saya menolak karena yang saya butuhkan adalah tanah, bukan laporan. Karena kejadian itu, orang tua saya menyuruh saya untuk mencabut gugatan itu. Saya dan teman-teman lalu mencabut gugatan itu.

Ancaman yang kedua, tujuh preman dibayar untuk menangkap dan membunuh saya. Saat pulang ke kampung, saya ditangkap di jalan. Saya tiarap, berjalan dengan lutut dan siku di padang di Net Metan. Saya lalu masuk ke kolong jembatan untuk bersembunyi, tetapi ternyata ada preman juga di sana dan memotong kaki kiri saya. Mereka lalu mengadili saya tetapi saya belum paham apa makna pembangunan dari pertambangan itu. Ancaman yang ketiga, saya dicaci dan dimaki. Alat kelamin saya seperti digantung karena masyarakat selalu mencaci dan menyebut alat kelamin saya. Pemerintah membayar preman dan menyebarkan fitnah bahwa saya adalah pelacur dan suka keluar malam. Investor menyewa rumah di dekat rumah saya dan menyewa preman untuk mengawasi saya. Saya tidak bisa pulang ke rumah karena kalau saya kembali, mereka melempari rumah saya. Masyarakat di lingkungan rumah saya percaya dengan fitnah itu.

Saya mengungsi ke Kupang selama sebulan, tapi saya kemudian kembali ke Mollo agar bisa berbuat sesuatu dengan teman-teman seperjuangan. Anak- anak saya merasa tidak nyaman sehingga saya pindahkan mereka ke kampung untuk bersekolah bersama suami saya. Saya jadinya hidup terpisah dengan mereka. Ini tidak hanya dialami oleh saya, tapi masyarakat pendukung yang lain, tapi kami tetap tidak menyerah. Saya pernah ke pasar dan bertemu dengan preman. Mereka mengancam akan membunuh saya bila kami bertemu lagi. Saya tidak takut dan mengatakan kepada mereka untuk membunuh saya saat itu juga. Mereka memaki-maki saya tapi saya diam saja dan merespons dengan sopan, ‘Terima kasih untuk nasihat bapak-bapak. Saya mohon izin untuk melanjutkan perjalanan.’

Kami melakukan 12 kali pertemuan untuk mengkonsolidasikan para pemimpin budaya kami. Kami terus berdemo di hadapan para pekerja tambang yang membuat dua teman kami menjadi sakit karena terus-terusan menghirup debu dari pemotongan batu marmer dan akhirnya meninggal. Kepala anak saya yang kedua juga pernah dilempar, tidak tahu dari mana asalnya, dan akhirnya mendapat delapan jahitan. Namun, pengorbanan ini tidak sia-sia karena pertambangan itu akhirnya dihentikan [oleh] gubernur pada tanggal 18 Agustus 2000. Bekas lokasi pertambangan akhirnya kami gunakan sebagai pusat belajar (learning center) dan kami adakan festival peringatan setiap tahun.” 220

220 Kesaksian Aleta Ba’un dalam Dengar Kesaksian KKPK di Kupang, 27 April 2013.

POLA KEKERASAN

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111