19
2 Belajar sosial adalah belajar memahami masalah dan teknik untuk
memecahkan masalah tersebut,tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Contohnya masalah
persahabatan. 3
Belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Contoh pelajaran IPA.
4 Belajar rasional yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara
logis dan rasional sesuai akal sehat, tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
5 Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan atau
perbaikan-perbaikan yang telah ada, tujuannya agar siswa memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras
dengan kebutuhan ruang dan waktu kontekstual. 6
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau alat suatu objek, tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan
ranah rasa affektif skill yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu.
7 Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan
mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Dengan demikian inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
karena adanya pengalaman.
54
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pembelajaran adalah sebuah proses personal dan
sosial yang akan membawa hasil jika setiap individu saling bekerjasama untuk membangun pemahaman dan pengetahuan bersama.
55
Hasil belajar sebagai objek
54
Trianto, op.cit., h. 7
55
Johnson, dkk, op. cit., h. 35
20
penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional, yaitu menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa
berupa kemampuan siswa untuk menerima setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
56
Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, guru tidak hanya berfokus pada hasil belajar saja, tetapi juga harus memperhatikan transfer hasil belajar dan
proses belajar yang dijalani oleh siswa.
57
Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah
dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan evaluasi siswa. Evaluasi berguna untuk mengetahui hingga manakah siswa telah mencapai tujuan pelajaran
yang ditentukan.
58
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal menurut Muhibbin Syah meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa afektif siswa, sangat
sulit.Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible tak dapat diraba. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan seorang guru dalam hal
ini adalah hanya mengambil sedikit perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil
belajar siswa, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan.
59
Menurut Benyamin S.Bloom, dkk, hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
60
Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari yang sederhana sampai dengan
hal yang kompleks, mulai dari yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.
56
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2012, cet. 17, h. 34
57
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, cet 4, h. 72
58
Nasution, op.cit., h. 78
59
Syah, op.cit., h. 148
60
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, cet I, h.125
21
Belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen atau tetap, yakni terjadinya perubahan pada diri siswa.
61
Baik itu dalam intelegensi, sikap maupun tingkah laku. Menurut Slameto, ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar,
meliputi :
62
1 Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, bahwa pengetahuannya
bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang. 2
Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. 3
Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik.
4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, jika perubahan bersifat
sementara itu bukan hasil belajar. 5
Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. 6
Perubahan mencakup semua aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses
pembelajaran, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, diantaranya:
63
1 Faktor internal
a Fisiologi, yaitu kondisi umum jasmani mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam menjalani proses belajar mata, telinga dan tonus jasmani
b Psikologi, yaitu keadaan dimana hubungan antara belajar, memori dan
pengetahuan itu sangat erat dan tidak dapat dipisahkan tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
61
Fathurrohman dan Sutikno, op.cit., h. 10
62
Ibid.
63
Syah, op. cit., h. 129-136
22
2 Faktor eksternal
a Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga ini sangat memegang peranan
dalam pembelajaran yang pertama kali bagi siswa dalam pembentukan diri maupun mentalnya. Maka orangtua sebagai guru bagi siswa di rumah,
sebaiknya memberi contoh dan mengajarkan untuk berbuat dan berperilaku yang baik untuk bekal dalam belajar di lingkungannya nantinya.
b Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah juga memegang peranan yang
sangat penting dalam membentuk kepribadian siswa, guru harus berhati-hati dalam menentukan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran agar tujuan
yang ingin dicapai dapat terwujud dan pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.
c Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat sekitar juga menentukan
kepribadian seorang siswa, baik dalam bertutur kata ataupun berperilaku. Maka pendidikan menjadi sangat penting bagi seorang siswa, agar dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. d
Pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya.
d. Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.
64
Dalam konteks hasil belajar, alat ukur atau instrumen tersebut dapat berbentuk tes atau non-tes. Selama ini tes merupakan alat ukur yang sering
digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai kompetensi.
65
Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
64
Arifin, op.cit., h. 4
65
Sanjaya, op.cit.,. h. 235
23
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu.
66
Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi.
67
Pengukur keberhasilan juga dikenal dengan penilaian. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian,
adalah:
68
1 Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Ini
berarti bahwa penilaian didasarkan atas sampel yang cukup banyak, baik macamnya maupun jenisnya.
2 Penilaian harus dibedakan antara penskoran scoring dan penilaian
grading.Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka- angka,sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil
kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan personal siswa dalam skala tertentu.
3 Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam
orientasi, yaitu penilaian norm-referenced berorientasi pada kelompok tertentu dan yang criterion-referenced berorientasi pada suatu standar
absolut, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu. 4
Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dan proses belajar-mengajar.
5 Penilaian harus bersifat komparabel, artinya setelah tahap pengukuran yang
menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memperoleh nilai yang sama pula.
6 Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi
pengajar sendiri. Menurut Scriven, fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: pertama, fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian
besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan; kedua, fungsi sumatif
66
Arifin, op.cit., h. 3
67
Ibid., h. 4
68
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya,2004, cet. 12, h. 73-75