1
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang dari penelitian ini berisi
tentang alasan melakukan penelitian. Rumusan masalah berisi beberapa pertanyaan yang menyangkut masalah yang akan diteliti. Manfaat penelitian berisi manfaat dari
penelitian yang dilakukan bagi sekolah, guru, peneliti, dan siswa.Definisi operasional berisikan tentang beberapa pengertian kata kunci dalam penelitian ini.
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal tersebut berarti bahwa
pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan diri seseorang dalam kehidupannya. Maka dari itu kemajuan pada bidang pendidikan menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan seseorang. Dalam dunia pendidikan siswa mempelajari banyak hal dari banyak mata
pelajaran. Siswa juga dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang dimilikinya melalui berbagai kegiatan dalam setiap mata pelajaran.Kegiatan belajar akan lebih
bermakna jika siswa dapat belajar secara langsung melalui lingkungan alamdisekitarnya. Salah satu mata pelajaran yang lebih banyak menggunakan
lingkungan alam sebagai media pembelajaran adalah mata pelajaran IPA. Susanto 2013: 167 menjelaskan bahwa sains atau IPA adalah usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan penalaran sehingga mendapatkan suatu
kesimpulan. Begitu juga dengan Darmojo dalam Samatowa, 2011: 2 yang mengungkapkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
2
alam semesta dengan segala isinya. Namun hingga saat ini kualitas pendidikan IPA di Indonesia masih kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Program for International Student Assesment PISA pada bidang matematika, membaca, dan sains menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh peringkat 57 dari 65
negara OECD, 2010: 8, sedangkan pada tahun 2012 menempati peringkat 64 dari 65 negara OECD, 2013: 232. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi Indonesia terutama
dalam bidang sains mengalami penurunan. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki pendidikan dengan mengadakan sertifikasi dan
menaikkan gaji dua kali lipat, namun hal tersebut juga tidak dapat memperbaiki kemajuan pendidikan di Indonesia Chang, dkk, 2014: 117.Kemajuan suatu
pendidikan salah satunya dapat dipengaruhi oleh bagaimana guru melakukan pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga
berpengaruh bagi kemajuan belajar siswa.Jadi, usaha untuk memperbaiki pendidikan dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang dapat
membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu jalan yang dilakukan oleh guru guna memberikan kepahaman atau
pengertian kepada siswa, atau segala macam pelajaran yang diberikan Majid, 2009: 136.
Didalam dunia pendidikan banyak terdapatberbagai metode pembelajaranyang sebenarnya dapat digunakan agar pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik.
Metode pembelajaran tersebut misalnyametode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode praktik, hingga metode pentahapan Majid, 2009: 137-160.
Diharapkan guru dapat menggunakan metode pembelajaran dalam mengajar, agar pembelajaran di kelas lebih menarik sehingga membuat siswa lebih memahami
materi.Namun tidak semua metode pembelajaran dapat diterapkan di semua tingkatan kelas, jadi pemilihan metode juga harus dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan
kognitif anak. Piaget 1896berpendapat bahwa anak usia 7-12 tahun berada pada tahap
operasional konkret. Dalam tahap ini mereka sudah mampu mengembangkan kemampuan mempertahankan, mengelompokkan, melakukan pengurutan, dan
3
memecahkan konsep angka. Namun pada beberapa kemampuan tersebut anak masih mengacu pada objek konkretnyataHergenhahn Olson, 2008: 320. Maka dari itu
sebisa mungkin tercipta pembelajaran konstruktif bagi peserta didik. Pembelajaran konstruktif merupakan pembelajaran atau pendidikan yang menumbuhkan kesadaran
diri manusia dalam membangun serta menganalisis setiap persoalan yang ada di sekitarnya Yamin, 2015: 58. Pembelajaran yang konstruktif merupakan
pembelajaran yang tidak hanya sekedar menuntut siswa memiliki kemampuan mengingat atau mengenali pengetahuan faktual saja Bransford et all, dalam
Anderson Krathwohl, 2010: 98. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Anderson Krathwohl 2010: 98, bahwa untuk menumbuhkan dan mengakses
pembelajaran yang bermakna, siswa harus mengembangkan proses-proses kognitif yang melampaui mengingat. Hal ini berarti bahwa pembelajaran harus berkaitan
dengan proses kognitif lain selain mengingat. Dalam dimensi proses kognitif terdapat enam macam proses kognitif yaitu, mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta Anderson Krathwohl, 2010: 100-102. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kemampuan yang berada pada tingkat
kemampuan paling tinggi, yaitu mengevaluasi dan mencipta oleh sebab kedua kemampuan tersebut juga amat penting untuk dikembangkan oleh siswa di sekolah
dasar. Dengan kemampuan mengevaluasi siswa akan dapat memilih cara yang paling efektif yang digunakan dalam mengatasi suatu permasalahan, sedangkan dengan
kemampuan mencipta maka siswa akan dapat membuat suatu hal yang berguna dari bagian-bagian yang telah disatukannya.
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas,
efektivitas, efisiensi, dan konsistensiAnderson Krathwohl, 2010: 125. Sedangkan mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan
yang koheren atau fungsional Anderson Krathwohl, 2010: 128. Jadi kedua kemampuan tersebut sangatlah penting bagi siswa, karena dalam proses pembelajaran
siswa harus mampu menyelesaikan masalah dengan mengevaluasinya, misalnya apakah suatu masalah tersebut mampu dipecahkan dengan cara-cara tertentu, apakah
4
suatu produk dapat bekerja secara efektif. Selain itu siswa juga harus mampu menyusun suatu produk dengan cara menyatukan bagian-bagian yang diperlukan
kedalam suatu struktur yang baru dimana produk tersebut nantinya akan memiliki suatu kegunaan.
Selain teori Piaget 1896untukpemilihan metode pembelajaran juga didasarkan
pada teori
Vygotskytentang konsep
Zona Perkembangan
ProksimalZPDyang didefinisikan sebagai “jarak antara level perkembangan aktual
yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang
dewasa atau dengan kerjasama dengan teman-teman sebaya yang lebih mampu”Vygotsky, dalam Schunk 2012: 341. Jadi dalam pemilihan metode pada
penelitian ini juga didasarkanpada metode pembelajaran yang lebih menekankan aspek kerja sama dengan teman sebaya dan interaksi dengan guru untuk diterapkan
pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Berdasar penjelasan diatas peneliti memilih menerapkan metode inkuiri dalam
pembelajaran IPA.Susanto 2013: 172 menyatakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran sains. Beberapa kajian teori
mengatakan bahwa metode inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman. Metode ini membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari hasil
menemukan sendiri berbasis kontekstual Trianto: 2009: 114. Kontekstual berasal dari kata konteks yang berarti pola hubungan-hubungan di dalam lingkungan
langsung seseorang Johnson, 2010: 34. Jadi metode inkuiri mampu membantu siswa untuk belajar melalui lingkungannya langsung.Selain itu, metode inkuiri juga
menerapkan social experience, yaitu aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain Sanjaya, 2006: 197. Roestiyah 2001: 76 juga mengungkapkan bahwa inkuiri
mengandung proses mental yang lebih tinggi. Metode inkuiri merupakan metode yang mendapat penghargaan karena meningkatkan keterampilan ilmiah dan berpikir
kritis. Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti menggunakan metode inkuiri karena selain dapat sesuai dengan pembelajaran IPA dan dapat mengembangkan
5
kemampuan tingkat tinggi siswa, metode ini juga mampu mengembangkan kemampuan sosial siswa.
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta dalam pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali
berdasarkan bahan
penyusunnya pada
siswa kelas
V SD
Kanisius SorowajanYogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016. Peneliti memilih SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta, dikarenakan SD ini telah mempunyai akreditasi A dan juga mempunyai kelas paralel serta siswa yang aktif, sehingga dapat digunakan
untuk penelitian eksperimen. Siswa-siswi di SD Kanisius Sorowajan juga mempunyai prestasi yang baik dalam bidang akademik dan non-akademik. Kelas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kelas VA dan VB. Standar kompetensi yang digunakan adalah “ 4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan
perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses.”, sedangkan kompetensi dasar yang digunakan adalah “4.1Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan
penyusunnya, misalnya kayu, kain, karet, dan kaca.”
1.1. Rumusan Masalah