26
belum  diketahui  dengan  hal  yang  diketahui.  Menurut  thorndike  dalam sugihartono  dkk,  2007:  91  belajar  merupakan  peristiwa  terbentuknya
asosiasi-asosiasi  antara  peristiwa-peristiwa  yang  disebut  stimulus  dan respon. Sementara itu Skinner dalam Sugihartono dkk, 2007: 97 meyakini
bahwa prilaku dikontrol melalui proses penguatan prilaku operan penguatan positif atau negative.
Pengertian  belajar  yang  dikemukan  beberapa  ahli  memiliki keterkaitan.  Dengan  kata  lain  belajar  merupakan  bentuk  perubahan  yang
dialami  siswa  untuk  bertingkah  laku  sebagai  hasil  interaksi  antara  stimulus dan  respon.  Hal  ini  sesuai  dengan  tiga  ranah  yang  dikembangkan  dalam
aspek  penguasaan  yaitu  pengetahuan,  sikap,  dan  keterampilan  dalam  suatu proses sebagai tingkah laku yang dapat terjadi.
Media spelling puzzle merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Media  puzzle  ini  merupakan  bentuk
permainan yang menarik dan dapat membentuk kreatifitas siswa karena anak mencoba  memecahkan  masalah  yang  ada  pada  puzzle.  Selain  itu,  setelah
menyusun  puzzle,  siswa  mendapatkan  kosakata  baru.  Dengan  bermain sambil  belajar  inilah  anak  menemukan  berbagai  hal  baru  sehingga  anak
senantiasa berusaha ingin tahu mengenai lingkungan dan hal-hal yang belum diketahui  anak  sebelumnya.  Hal  ini  dapat  membentuk  perubahan  tingkah
laku baik dari aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
27
2. Teori Pembelajaran Bahasa
Pada  pembelajaran  bahasa  ada  beberapa  pendekatan  yang  dapat mengoptimalkan pembelajaran bahasa diantaranya yaitu receptive skills dan
productive  skills .  Pada  kemampuan  reseptif,  anak  mengerti  bicara
lingkungan  melalui  menyimak  dan  membaca.  Menurut  Hermanto  2011, 123  kemampuan  reseptif  anak  tunarungu  yaitu  mengerti  bicara  lingkungan
melalui  membaca  ujaran,  ideo  visual,  isyarat,  dan  sisa  pendengaran. Sedangkan  pada  kemampuan  memproduksi  yang  lebih  ditekankan  yaitu
aspek berbicara dan menulis. Kemampuan memproduksi dalam artian siswa dapat  menuangkan  gagasan  yang  terdapat  dalam  pikirannya  ke  dalam
keterampilan berbicara dan menulis. Pembelajaran  bahasa  yang  digunakan  lebih  mengarahkan  kepada
aspek  pemahaman  terlebih  dahulu.  Hal  tersebut  lebih  dianggap  penting karena  untuk  dapat  berbicara,  siswa  terlebih  dahulu  harus  paham  apa  yang
dibicarakan  sehingga  pembelajaran  bahasa  akan  lebih  efektif.  Oleh  karena itu pada pembelajaran dengan menggunakan media spelling puzzle diarahkan
pada  receptive  skills  terlebih  dahulu  yaitu  anak  paham  terhadap  materi kemudian anak dapat menyebutkan kosakata yang diajarkan.
28
E. Kerangka Pikir
Tunarungu  merupakan  istilah  yang  diberikan  kepada  seseorang  yang mengalami  kesulitan  atau  gangguan  pendengaran  dari  yang  ringan  sampai
yang  berat  dan  digolongkan  ke  dalam  tuli  dan  kurang  dengar  sehingga mengalami  gangguan  dalam  menerima  informasi  dalam  kehidupan  sehari-
hari. Seseorang yang mengalami ketunarunguan dan memiliki gangguan pada pendengarannya  akan  memiliki  kosakata  yang  lebih  sedikit  dibandingkan
dengan orang-orang normal pada umumnya. Anak  tunarungu  di  kelas  Taman  2  SLB  B  Karnnamanohara
Yogyakarta memiliki kosakata yang masih rendah, sehingga diperlukan media yang  tepat  untuk  meningkatkan  penguasaan  kosakata  yang  dimiliki  anak.
Media  yang  digunakan  untuk  tunarungu  sebaiknya  berbasis  visual  karena informasi  yang  di  dapat  oleh  tunarungu  lebih  banyak  di  dapat  menggunakan
visualnya.  Salah  satu  media  yang  dapat  digunakan  untuk  meningkatkan penguasaan kosakata adalah media spelling puzzle.
Pemilihan  media  spelling  puzzle  ini  mempertimbangkan  kelebihan yang ada apabila menggunakan media tersebut yaitu puzzle dapat memberikan
lingkungan yang baik bagi siswa untuk belajar, selain itu siswa dapat bermain sambil  belajar  dengan  menggunakan  media  puzzle.  Media  spelling  puzzle
merupakan  puzzle  atau  potongan-potongan  gambar  yang  terdapat    tulisan nama  gambar  pada  potongannya  dan  apabila  disusun  akan  menjadi  sebuah
gambar  dan  terdapat  nama  dari  gambar  tersebut.  Setelah  siswa  selesai
29
menyusun  puzzle  tersebut  menjadi  utuh  siswa  diminta  menyebutkan  gambar yang  terdapat  pada  puzzle  tersebut.  Media  ini  akan  membantu  siswa  dalam
memahami  kosakata  baru  terlebih  bagi  siswa  kelas  taman  yang  masih memiliki kosakata yang rendah. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
penguasaan  kosakata  tunarungu  dengan  menggunakan  media  spelling  puzzle di kelas Taman 2 SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan  kajian  teori  dan  kerangka  berfikir  yang  telah  diuraikan diatas,  maka  hipotesis  dalam  penelitian  ini  sebagai  berikut  “Penguasaan
kosakata  anak  tunarungu  di  kelas  Taman  dua  SLB  B  Karnnamanohara Yogyakarta dapat ditingkatkan melalui media spelling puzzle”.