5
meningkatkan penguasaan kosakata baru karena permainan puzzle dimainkan dengan cara mengacak-acak potongan huruf atau gambar kemudian disusun
kembali hingga terbentuk suatu huruf atau gambar. Pada permainan puzzle terdapat beberapa jenis puzzle. Salah satunya adalah Spelling puzzle. Spelling
puzzle adalah puzzle yang berupa potongan-potongan gambar yang disertai
huruf acak lalu dijodohkan menjadi kosakata yang benar sesuai dengan pertanyaan atau pernyataan yang ada. Salah satu media pembelajaran yang
dapat diberikan untuk anak kelas taman dapat berupa media Spelling puzzle. Media Spelling puzzle yang diberikan untuk pembelajaran dapat berupa
potongan-potongan gambar yang terdapat nama dari gambar tersebut dan apabila disatukan akan menjadi sebuah gambar yang disertai nama gambar.
Setelah anak berhasil menyusun anak diminta menyebutkan kata yang sudah terbentuk.
Alasan dipilihnya media spelling puzzle adalah karena media ini efisien untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan kosakata
pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, media ini akan memunculkan kreativitas anak saat belajar. Anak bisa bermain sambil belajar
serta berfungsi membimbing siswa secara sistematis maupun terarah dan merupakan upaya untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendapatkan pengalaman langsung.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dilihat beberapa permasalahan yang dapat diangkat untuk diadakannya penelitian
antara lain sebagai berikut: 1.
Kemampuan penguasaan kosakata siswa tunarungu kelas taman dua di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta masih kurang.
2. Penguasaan kosakata siswa tunarungu kelas taman dua di SLB B
Karnnamanohara Yogyakarta
belum mencapai
ketuntasan minimal.
3. Belum variatifnya guru dalam pembelajaran penguasaan kosakata
pada kelas taman dua di SLB Karnnamanohara Yogyakarta. 4.
Penguasaan kosakata beberapa siswa kelas taman dua SLB Karnnamanohara Yogyakarta belum tercapai maksimal.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini dibatasi masalah nomor 1 dan 3 yaitu sebagai berikut:
Penguasaan kosakata siswa tunarungu kelas taman dua di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta masih kurang dan belum digunkannya media
spelling puzzle dalam pembelajaran kosakata di kelas taman dua SLB B
Karnnamanohara Yogyakarta.
7
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan penguasaan kosakata dengan menggunakan media spelling puzzle pada siswa
tunarungu kelas taman 2 di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta?”.
E. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa tunarungu kelas taman dua di SLB Karnnamanohara Yogyakarta
dengan menggunakan media spelling puzzle.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Bagi siswa hasil penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan penguasaan kosakata melalui pembelajaran dengan media spelling
puzzle .
b. Bagi guru penelitian ini sebagai salah satu model pemanfaatan media
spelling puzzle dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai bagi
siswa tunarungu. c.
Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan penetapan kebijakan pelaksanaan kurikulum oleh guru atau peningkatan mutu pembelajaran
dalam pembelajaran dengan media spelling puzzle yang sesuai dengan
8
karakteristik siswa dan dalam jangka panjang dapat sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran dan mutu sekolah.
G. Definisi operasional
1. Penguasaan kosakata
Penguasaan kosakata dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian dalam
mengenal, memahami, dan menggunakan kata-kata dengan baik dan benar serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator
keberhasilan ditentukan dari 70 ketuntasan minimal penguasaan kosakata.
2. Media spelling puzzle
Media spelling puzzle yang digunakan adalah puzzle yang berupa potongan-potongan gambar dan huruf acak lalu dijodohkan menjadi
gambar dan nama yang benar sesuai dengan pertanyaan atau pernyataan yang ada..
3. Siswa tunarungu adalah siswa yang memiliki gangguan pada indera
pendengaran sehingga mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Yaitu siswa kelas taman dua dan tiga di
SLB B Karnnamanohara.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Kehilangan pendengaran pada tunarungu mengakibatkan mereka kesulitan dalam berkomunikasi dan menerima informasi. Pengertian
tunarungu menurut Sadjah 2005: 69 adalah anak yang mengalami gangguan pada pendengaran yang disebabkan oleh berbagai hal sehingga
sangat mengganggu aktivitas hidupnya. Menurut Haenudin 2013: 53 tunarungu adalah istilah yang diberikan kepada anak yang mengalami
kehilangan atau kekurangmampuan dalam mendengar sehingga mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Tunarungu dibedakan
menjadi dua yaitu tuli dan kurang dengar. Berdasarkan definisi hallahan, Kauffman, dan pullen 2009: 340 adalah
A deaf person is one whose hearing disability precludes successful processing of linguistic information through audition, with or without
hearing aid. A person who is hard of hearing generally, with the use of hearing aid, has residual hearing sufficient to enable successful
processing of linguistic information through audition.
Artinya orang yang tuli adalah seseorang yang mengalami gangguan mendengar sehingga berpengaruh pada bahasanya dan penerimaan informasi
dengan atau tanpa hearing aid. Sedangkan orang yang sulit mendengar umumnya mendengar menggunakan alat bantu dengar, siswa pendengaran
10
yang cukup untuk memungkinkan pengolahan informasi linguistic melalui audisi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tunarungu merupakan istilah yang diberikan kepada seseorang yang
mengalami kesulitan atau gangguan pendengaran dari yang ringan sampai yang berat dan digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar sehingga
mengalami gangguan dalam menerima informasi dalam kehidupan sehari- hari.
2. Karakteristik Anak Tunarungu
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki tunarungu yaitu sebagai berikut: a.
Karakteristik sosial Karakteristik sosial dari anak tunarungu adalah sebagai berikut
Somad dan Hernawati, 1996: 37 : 1
Egosentrisme yang melebihi anak normal 2
Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas 3
Ketergantungan terhadap orang lain 4
Perhatian mereka lebih sukar dialihkan 5
Lebih mudah marah dan cepat tersinggung b.
Karakteristik dalam segi intelektual Pada dasarnya kemampuan intelektual anak tunarungu sama
seperti anak normal. Umumnya, anak tunarungu memiliki intelegensi