Proses Produksi Mebel Gambaran Umum Industri Mebel di Desa Temuwangi

e. Laminasi penyambungan Setelah lembaran-lembaran kayu kecil tadi diukur ketebalannya lalu kayu tersebut harus melalui proses laminasi atau penyambungan antara lembaran kayu satu dengan lainnya sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. f. Moulding dan Pembentukan Setelah lembaran kayu dilaminasi lalu lembaran kayu akan mengalami proses moulding. Dalam proses ini komponen yang masih mentah dari pembahanan di proses untuk menjadi komponen dengan bentuk dan ukuran yang sebenarnya. Proses ini juga mencakup proses ukir kayu. g. Pengeboran pengeburan Setelah selesai dari proses moulding lalu balok-balok tadi akan melalui proses selanjutnya yaitu pengeburan. Komponen tersebut dipindahkan ke mesin bor, atau mesin pen tenoner dan mortiser untuk membuat konstruksi. Jika pada dasarnya proses konstruksi tersebut selesai, semua komponen akan berakhir di mesin amplas sebelum dilakukan perakitan. Gambar 7. Laminasi Penyambungan Gambar 8. Moulding dan pembentukan Gambar 9. Pengeburan h. Pengamplasan Proses selanjutnya setelah pengeburan adalah proses pengamplasan. Grit kehalusan amplas di sini biasanya hanya sampai pada tingkat kehalusan nomor 240. Kegunaan pengamplasan adalah untuk memperhalus permukaan mebel sebelum dilakukan perakitan. i. Assembling Perakitan Dalam proses ini komponen- komponen dari proses moulding, pengeburan dan pengamplasan di rakit menjadi produk mebel yang sesuai dengan pesanan. Tenaga tukang kayu yang berpengalaman di butuhkan dalam hal ini untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen. Proses perakitan dilakukan sebelum finishing agar pada saat komponen sudah halus tidak akan lagi cacat karena goresan. Perakitan menjadi salah satu kunci kualitas produk terutama pada kekuatan dan daya tahan produk. Proses ini memerlukan kesabaran agar penggunaan lem sangat tepat dan tidak terlalu berlebihan. Selain itu pula kualitas sambungan rapatterbuka hanya akan bisa diperbaiki di proses ini. Dari keseluruhan proses produksi mebel, perakitan merupakan salah satu proses yang relatif panjang dan rumit. Untuk produk yang fixed, Gambar 10. Pengamplasan Gambar 11. Assembling Perakitan pemasangan hardware juga menjadi bagian dari proses perakitan terutama untuk pemasangan engsel, kunci, dan alat pengikat lainnya. j. Finishing dan Packing Setelah semua proses produksi selesai dikerjakan maka tinggal proses terakhir yaitu pewarnaan atau finishing. Tenaga ahli dalam bidang pewarnaan mutlak diperlukan agar produk yang telah melalui prosedur produksi yang benar tidak rusak dan sia-sia. Setelah proses finishing selesai, proses packing dan pengiriman bisa di lakukan.

C. Deskripsi Data

Data penelitian berupa data hasil angket dari variabel bebas yaitu motivasi kerja, disiplin kerja dan pengalaman kerja serta variabel terikat yaitu produktivitas kerja. Untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat digunakan sampel sebanyak 73 orang karyawan. Penelitian ini menguraikan mengenai pengaruh motivasi kerja, disiplin kerja dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada industri mebel di Temuwangi, Pedan, Klaten, Jawa Tengah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, disiplin kerja dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada industri mebel di Temuwangi, Pedan, Klaten, Jawa Tengah. Pada bagian ini akan disajikan deskripsi data tiap-tiap variabel yang diperoleh di lapangan. Pada deskripsi data ini disajikan informasi data meliputi mean, median, modus, varian, standar deviasi, skor tertinggi dan terendah, deskripsi frekuensi. Berikut ini akan disajikan deskripsi data secara rinci dari setiap variabel. Adapun langkah-langkah yang diambil dari Sugiyono, 2010: 47 adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kelas interval Untuk menentukan kelas interval digunakan rumus Strunges Sugiyono, 2010: 34 seperti berikut: K = 1 + 3,3 Log n Keterangan: K = jumlah kelas interval n = jumlah data log = logaritma 2. Menghitung rentang interval Untuk menghitung rentang data digunakan rumus berikut: Rentang = skor tertinggi – skor terendah + 1 3. Menentukan panjang kelas Untuk menentukan panjang kelas digunakan rumus sebagai berikut: Panjang kelas = rentang dibagi dengan jumlah kelas 4. Diagram batang Diagram batang dibuat berdasarkan frekuensi yang telah ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. 5. Tabel kecenderungan variabel Deskripsi berikut adalah dengan melakukan pengkategorian skor masing-masing variabel. Dari skor tersebut kemudian dikelompokan ke dalam 5 kategori, pengkategorian dilakukan berdasarkan mean Me dan standar deviasi SD pada variabel tersebut. Tabel kecenderungan tiap variabel dibagi menjadi 5 kategori sebagai berikut: Tabel 15. Pedoman Pengkategorian No Kategori Skor 1 Sangat tinggi X ≥ Mi + 1,2 SDi 2 Tinggi Mi + 0,6 SDi ≤ X Mi + 1,2 SDi 3 Cukup Mi – 0,6 SDi ≤ X Mi + 0,6 SDi 4 Rendah Mi – 1,2 SDi ≤ X Mi – 0,6 SDi 5 Sangat rendah X Mi – 1,2 SDi Keterangan: Mi Mean ideal = ½ skor tertinggi + skor terendah SDi standar Deviasi Ideal = 16 skor tertinggi – skor terendah Nana Sudjana, 2005: 122

1. Motivasi Kerja

Data motivasi kerja sebanyak 20 butir dengan responden sebanyak 73 orang. Analisis deskriptif data motivasi kerja diperoleh nilai mean 73,71, median 73, modus 71, varian 48,06, standar deviasi 6,93, skor maksimum 87 dan skor minimum 53. Jumlah kelas interval dihitung dengan rumus Sturges Sugiyono, 2010: 34 yaitu: K = 1 + 3,3 Log n Di mana: K = jumlah kelas interval n = jumlah data log = logaritma Bila diketahui jumlah data 73 orang maka: K = 1 + 3,3 Log 73 K = 7,14 Jadi kelas interval setelah dibulatkan berjumlah 7 kelas. Rentang data terbesar sebesar 87 – 53 + 1 = 35. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yaitu 357 = 5. Tabel 16. Pedoman Frekuensi Motivasi Kerja No Kelas Interval Frekuensi Persentase 1 53 – 57 2 2,74 2 58 – 62 0,00 3 63 – 67 3 4,11 4 68 – 72 25 34,25 5 73 – 77 16 21,92 6 78 – 82 18 24,66 7 83 – 87 9 12,33 Total 73 100 Sumber: Data Primer yang diolah lampiran 4 Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan dengan diagram batang sebagai berikut: Gambar 12. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Dari diagram batang di atas dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pada kelas 68 – 72 dengan frekuensi sebanyak 25 sampel. Selanjutnya untuk mengidentifikasi kecenderungan variabel motivasi kerja dilakukan dengan pengkategorian menjadi 5 kategori sebagai berikut: 5 10 15 20 25 53 – 57 58 – 62 63 – 67 68 – 72 73 – 77 78 – 82 83 – 87 F re k u en si Kelas Interval Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja

Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan CV. Garuda Medan

1 21 79

PENGARUH KEPUASAN KERJA, MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 3 14

PENGARUH KEPUASAN KERJA, MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 2 15

PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Pengaruh Kompensasi, Motivasi Kerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV. Sugeng Mulya.

0 5 13

PENGARUH MOTIVASI KERJA, DISIPLIN KERJA DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN NON PENGARUH MOTIVASI KERJA, DISIPLIN KERJA DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN NON MEDIS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN.

0 1 14

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, DISIPLIN KERJA DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. KHARISMA SUKOHARJO.

0 1 6

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT ADETEX DI BOYOLALI.

0 0 22

PENGARUH DISIPLIN, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PENGARUH DISIPLIN, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN MEUBERL CV YUDHISTIRA KARTASURA SUKOHARJO.

1 5 11

PENGARUH DISIPLIN, MOTIVASI, KOMUNIKASI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PENGARUH DISIPLIN, MOTIVASI, KOMUNIKASI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA.

0 1 14

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN FASILITAS KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA Pengaruh Disiplin Kerja Dan Fasilitas Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Indatex Palur, Karanganyar.

1 2 13