Management Review and Analysis Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Corporate Social Responsibility
2016 Annual Report
PT Bayan Resources Tbk
2. Portofolio produk yang beragam
Perseroan memproduksi berbagai kualitas batubara dan memasarkannya sesuai dengan mutu dan
spesiikasi batubara yang diminta oleh pelanggan. Portofolio produk Perseroan terdiri dari semi-soft
coking coal hingga batubara sub-bituminus dengan nilai kalori, kandungan abu dan kandungan sulfur
rendah. Sekitar 74 dari produksi batubara Perseroan terdiri atas batubara sub-bituminus.
3. Cadangan batubara
Bayan memiliki cadangan batubara signiikan untuk mendukung pertumbuhan produksi berkesinambungan
di masa yang akan datang. Secara keseluruhan, Perseroan memiliki cadangan yaitu sekitar 0,8 miliar
MT dengan sumber daya sekitar 4,0 miliar MT.
Per 31 Desember 2016, total cadangan batubara berkalori tinggi sebesar sekitar 58,9 juta MT yang
bersumber dari konsesi GBP, TSAFKP dan WBM, sementara batubara berkalori rendah sebesar sekitar
766,1 juta MT bersumber dari konsesi PIK, Tabang, dan Pakar. Rasio pengupasan tanah di Tabang dan
Pakar sangat rendah, sehingga menyebabkan biaya produksi yang rendah.
4. Pelanggan yang terdiversiikasi dengan kontrak jangka panjang.
Perseroan memiliki pelanggan yang tersebar di berbagai wilayah geograis. Para pelanggan ini terdiri
dari pembangkit listrik dan perusahaan perdagangan komoditas besar. Lima pelanggan terbesar Perseroan
pada tahun 2016 berdasarkan volume penjualan adalah Adani Global, TNBF, CV Sumber Sarana Indah,
Thermal Powertech Corporation India Limited and Noble Resources Pte Ltd, dengan penjualan sebesar
53,0 dari total penjualan. Karena proyek Tabang memiliki izin operasional jangka panjang, Perseroan
dapat mengadakan kontrak penjualan jangka panjang.
Perbandingan antara Target dan Realisasi 2016
Pada akhir tahun 2015, Manajemen Perseroan menyusun Rencana Kerja atau target yang harus dicapai pada tahun
2016 antara lain:
2. Diversiied product portfolio
The Company produces and markets various grades of coal according to the qualities and speciications
requested by its customers. The Companys product portfolio ranges from semi-soft coking coal to
subbituminous coal with low caloriic value and low ash and sulfur content. The Company’s coal production in
2016 consisted of approximately 74 subbituminous coal.
3. Coal reserves
Bayan has signiicant reserves to support future continuous production growth. Overall, the Company
has 0.8 billion MT of reserves and approximately 4.0 billion MT of resources.
As at 31 December 2016, there was a total of approximately 58.9 million MT of high caloriic coal
reserves from the GBP, TSAFKP and WBM concessions and 766.1 million MT of low CV coal reserves from the
PIK, Tabang, and Pakar concessions. The Tabang and Pakar operations are at very low stripping ratios which
result in low production costs.
4. Diversiied customer base with long-term contracts
The Company maintains a diversiied customer base across geographical regions. This customer base
consists of major power plants and top commodity trading companies. The top 5 customers in 2016 by
sales volume were: Adani Global, TNBF, CV Sumber Sarana Indah, Thermal Powertech Corporation India
Limited and Noble Resources Pte Ltd which collectively accounted for 53.0 of total coal sales. As the Tabang
project has a long-term operation license, the Company is able to enter into long term sales contracts.
Comparison Between Target and Results 2016
At the end of 2015, the Companys Management prepared the following Work Plans or targets to achieve in 2016 :
Management Review and Analysis Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Corporate Social Responsibility
Laporan Tahunan 2016
PT Bayan Resources Tbk
Pendapatan
Pada tahun 2016 Perseroan menargetkan pendapatan berkisar antara AS520 juta sampai dengan AS620 juta
dengan perkiraan harga jual rata-rata AS32 – AS38MT. Penjualan batubara ditargetkan antara 11 – 14 juta ton.
Penjualan aktual Perseroan dalam tahun 2016 adalah 13,0 juta ton dengan pendapatan sebesar AS555,5 juta,
yang masih termasuk dalam target yang telah ditetapkan. Penurunan penjualan batubara disebabkan karena musim
kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan keterbatasan pengiriman batubara dari Tabang di awal
tahun 2016.
Harga jual rata – rata Perseroan pada tahun 2016 adalah AS43MT, yang lebih tinggi dibandingkan dengan
anggaran. Hal ini disebabkan naiknya tolok ukur harga batubara sejak pertengahan 2016, batubara dengan CV
rata-rata tertimbang lebih tinggi dari target sebagai akibat volume penjualan aktual dari Tabang yang lebih rendah,
dan harga yang lebih murah, namun sebagian diimbangi dengan proporsi penjualan FOB Senyiur Jetty yang lebih
tinggi.
Proitabilitas
Perseroan mengantisipasi laba bersih sebesar AS32,7 juta, namun pada kenyataannya mengalami laba bersih
sebesar AS18,0 juta pada tahun 2016. Penyebab utama laba bersih yang lebih rendah dari perkiraan tersebut
adalah beban penurunan nilai bruto yang tidak dianggarkan sebesar AS46,0 juta, yang disebabkan turunnya harga
batubara yang berkepanjangan dalam jangka panjang, penurunan volume penjualan, provisi tambahan sebesar
AS11,0 juta netto untuk sanksi penjualan ENEL, dan piutang tak tertagih sebesar AS6,2 juta yang terutama
disebabkan penggantian subkontraktor di PIK dan GBP Blok 2.
Belanja Modal
Pada tahun 2016, anggaran belanja modal Perseroan ditetapkan berkisar antara AS35 sampai AS47 juta,
khususnya untuk mendanai infrastruktur Tabang. Sementara realisasi belanja modal Perseroan untuk tahun
2016 hanya sebesar AS27,3 juta, yang dipergunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur proyek
Tabang serta pembelian peralatan. Hal ini sebagian besar adalah soal perbedaan waktu, dimana alokasi belanja
modal yang belum terpakai diperkirakan dibebankan ke tahun 2017 danatau 2018.
Struktur modal
Per tanggal 31 Desember 2015, Perseroan telah menyelesaikan restrukturisasi pinjaman dan telah
menandatangani Akta Perubahan dan Pernyataan Kembali untuk fasilitas pinjaman, yang mengubah beberapa
syarat dan ketentuan termasuk jadwal baru pembayaran kembali pinjaman yang dimulai pada tahun 2018. Fasilitas
keseluruhan telah diklasiikasi ulang menjadi TLF sebesar AS544,2 juta dan WCF sebesar AS34,0 juta sebagai
instrumen jaminan. Selama Q4 2016, Perseroan telah melakukan pembayaran pinjaman secara sukarela
sebesar AS 60,0 juta.
Revenue
The Company’s 2016 Budgeted revenue range was US520 million to US620 million with anticipated average
selling price of US32 to US38MT. It also targeted sales volume to be between 11 to 14 million tonnes of coal. In
2016, the Company’s actual sales volume was 13.0 million tonnes with revenue of US555.5 million, which is within
the target revenue range. The decrease in sales volume was due to unexpected continuation of the dry season
for a prolonged time which severely restricted barging at Tabang at the beginning of the year.
The Company’s average selling price in 2016 was US43 MT, which was higher than the Budget. This was due to an
increase in benchmark coal prices since mid-2016, higher weighted average CV than Budgeted as a result of lower
proportion of actual sales volumes from Tabang, lower discounts but partially offset by an increased proportion of
sales occuring FOB Senyiur Jetty.
Proitability
The Company anticipated a net income of US32.7 million whilst it actually generated a net income of US18.0 million
in 2016. The main cause of the lower than anticipated net income was the unbudgeted gross impairment charge of
US46.0 million due to the continued downturn in the long- term coal sales price outlook, lower sales volumes, the
additional provision of US11.0 million net for the ENEL sales penalty and US6.2 million of bad debts principally
as a result of the replacement of a subcontractor at PIK and GBP Block II.
Capital Expenditure
In 2016, the Company’s capital expenditure was Budgeted to be between US35 to US47 million principally to fund
the Tabang infrastructure. In reality however, the Company only spent US27.3 million for capital expenditure, which
was principally used to fund the Tabang infrastructure and equipment purchases. This is largely a timing difference
issue with the unspent capex items expected to be carried forward into 2017 andor 2018.
Capital Structure
As at 31 December 2015, the Company had inished the debt restructuring and signed the amended and restated
loan facility agreement, which revised certain terms and conditions including a new schedule for principal
repayments starting in 2018. The overall facility has been
reclassiied into a TLF of US544.2 million and WCF of US34.0 million, which is only for surety instruments.
During the 4Q 2016, the Company has made voluntary prepayments totaling US60.0 million.
Management Review and Analysis Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Corporate Social Responsibility
2016 Annual Report
PT Bayan Resources Tbk
Proyeksi 2017
Pada akhir tahun 2016, manajemen Perseroan telah menetapkan Rencana Kerjatarget untuk tahun 2017,
antara lain :
Pendapatan
Melihat harga batubara yang diperkirakan akan tetap rendah selama tahun 2017, Perseroan menargetkan
pendapatan antara AS600 juta hingga AS750 juta untuk tahun 2017 dengan harga jual rata-rata antara AS38 MT
hingga AS42 MT. Target ini lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan tahun 2016 karena antisipasi
kenaikan harga acuan batubara dan volume penjualan antara 16.0 sampai dengan 18.0 juta ton. Perseroan
berencana untuk fokus pada produksi di Tabang yang merupakan tambang batubara kalori rendah berbiaya
rendah, serta merencanakan pengembangan proyek TSA FKP dan WBM yang akan memasuki area penambangan
baru dengan rasio pengupasan tanah yang lebih tinggi.
Produksi
Jumlah produksi ditargetkan antara 16,0 hingga 18,0 juta MT atau meningkat sebesar 63,2 - 83,6 dari realisasi
tahun 2016 sebesar 9,8 juta MT sehubungan dengan kenaikan produksi di konsesi Tabang.
Proitabilitas
Perseroan menargetkan laba bersih sebelum pajak antara AS110,0 juta hingga AS120,0 juta, belum termasuk
beban penurunan nilai lainnya. Kami memperkirakan biaya tunai akan konsisten dengan realisasi tahun 2016
yaitu antara AS28MT hingga AS32MT. Hal ini di luar kenaikan rata-rata rasio pengupasan tanah yang lebih
tinggi antara 3,5 hingga 4, terutama karena adanya rencana perluasan di TSAFKP serta WBM yang memasuki area
pertambangan baru dengan rasio pengupasan tanah yang lebih tinggi. Namun hal ini akan diimbangi dengan upaya
Perseroan untuk menerapkan inisiatif pengurangan biaya seperti biaya overhead dalam operasi tambang serta
mengoptimalkan perencanaan penambangan.
Belanja modal
Perseroan menganggarkan belanja modal untuk tahun 2017 sekitar AS50 juta hingga AS71 juta. Sebagian
besar dana tersebut akan digunakan untuk membiayai infrastruktur proyek Tabang. Pada tahun 2017, Perseroan
akan menyelesaikan pelapisan dan pengaspalan jalan, berbagai macam pembangunan infrastruktur di Tabang
untuk mendukung peningkatan produksi, penggantian 2 cranes di BCT dan dry-docking di KFT-1.
Struktur modal
Dalam mengelola operasi, Perseroan akan menggunakan kas internal untuk membiayai semua investasi dan
operasional. Perseroan memperkirakan harga acuan rata- rata batubara akan tetap stabil di tahun 2017 dengan harga
rata-rata tahunan yang diperkirakan sebesar AS65MT. Hal ini, disertai dengan perkiraan kenaikan produksi dan
volume penjualan dari Tabang, dapat mempertahankan marjin laba kotor dan kemungkinan meningkatkannya,
sehingga secara keseluruhan Perseroan akan
2017 Projections
At the end of 2016, the Company’s management has determined work plantargets for 2017, namely:
Revenue
The Company has assumed a relatively conservative coal price in 2017 which results in the Company budgeting
revenues of between US600 million to US750 million in 2017 with an average coal selling price of between
US38MT to US 42MT. This target range is higher than the 2016 revenue due to an anticipated increase in
benchmark prices and coal sales volumes to be between 16.0 to 18.0 million tonnes. The Company plans to focus
production at Tabang which is a low cost and low CV mine, combined with a planned expansion at TSAFKP combined
with WBM entering a new mining area at a much higher stripping ratio.
Production
Total production is targeted to be between 16.0 to 18.0 million MT or an increase of 63.2 - 83.6 from 2016
actual of 9.8 million MT due to the increased production from the Tabang concessions
Proitability
The Company targets net income before tax of between US 110.0 to 120.0 million, excluding any further
impairment charge. We expect Cash Costs will be consistent with actual 2016, which will be in the range of
US28MT to US32MT. This is despite a slightly higher average strip ratio between 3.5 to 4, primarily due to the
planned expansion at TSAFKP combined with WBM entering a new mining area at a much higher stripping ratio.
However, this will be offset as the Company will continue to implement cost reduction initiatives such as reduction in
operation overheads and optimized mine planning.
Capital expenditure CAPEX
The Company’s Budgeted CAPEX for 2017 is expected to be within the range of US50 million to US71 million.
Most of the funds will be used for the Tabang project’s infrastructure. In 2017, the Company will partially complete
the road sheeting and road surfacing project, as well as various infrastructure at Tabang to cater for expanded
production, replacing 2 cranes at BCT, and dry docking of KFT-1.
Capital structure
In managing operations, the Company will use internal cash to fund all investments and operations. The
Company anticipates that benchmark coal prices will remain reasonably stable in 2017 with the annual average
anticipated to be US65MT. Combined with the increasing production and sales volumes anticipated from Tabang,
this means the gross proit margin will be maintained and potentially increased and overall the Company’s will
Management Review and Analysis Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Corporate Social Responsibility
Laporan Tahunan 2016
PT Bayan Resources Tbk menghasilkan keuntungan pada tahun 2017, tidak
termasuk kemungkinan penurunan nilai lebih lanjut.
Tinjauan Pemasaran dan Penjualan
Trend Pasar
Pasar batubara ikut menikmati keberhasilan pengurangan laju pasar komoditas, dengan prospek positif yang
mengakhiri kinerja rendah selama lima tahun. Rendahnya pertumbuhan GDP secara global dibandingkan angka
ratarata jangka panjang masih menimbulkan ketidakpastian mengenai prospek pasar komoditas dalam jangka waktu
lebih panjang, terutama dengan masih lesunya harga minyak saat ini. Tren ekonomi jangka panjang merupakan
indikator sangat penting dari permintaan atas komoditas dan tren harga. Produk energi merupakan salah satu
pemicu pertumbuhan yang didorong konsumsi, dan angka GDP global yang sedikit membaik menandakan pulihnya
permintaan atas komoditas energi.
Awal tahun 2016 mengawali tahun terburuk dalam sejarah dunia komoditas, dengan harga yang turun
semakin rendah akibat jatuhnya harga minyak, penurunan suku bunga di Jepang dan Eropa, penguatan Dolar AS,
kembalinya ekspektasi resesi di AS, dan melemahnya ekonomi China. Namun kinerja ekonomi China yang
didukung antusiasme dan kemampuan relasi mampu mematahkan ekspektasi umum. Skeptisisme terhadap
keberlangsungan permintaan komoditas di China berubah akibat kebijakan ekonomi yang mendukung investasi,
sehingga menyebabkan peningkatan laba industri dan mendongkrak pasar real estate. Permintaan tinggi atas
baja menyebabkan harga batubara naik tajam, namun pemicu utamanya adalah kebijakan pembatasan pasokan
di China yang membatasi operasional tambang batubara menjadi 276 hari setahun. Kebijakan tersebut mendorong
harga batubara hingga melampaui 100 setelah masa sulit bertahun-tahun. Kondisi ekonomi yang mendukung
di wilayah-wilayah lain menimbulkan dampak kolektif yang positif pada pasar. Pelonggaran kebijakan 276 hari sampai
bulan Maret 2017 untuk mengontrol luktuasi harga dan memberikan stabilitas menyebabkan kondisi pasar
menjadi lebih seimbang. Suku bunga yang lebih tinggi dan kemungkinan stimulasi ekonomi keuangan di ekonomi
berbagai negara diharapkan dapat mendukung harga komoditas dan produk energi, termasuk batubara thermal.
2016 – Tahun Kebangkitan
Pasar batubara mengalami gejolak di tahun 2016 saat Indeks Globalcoal Newcastle basis 6.000 NAR yang
diperdagangkan pada harga AS47,37 pada tanggal 22 Januari menjadi AS109,69 pada tanggal 11 November.
Keputusan untuk membatasi pasokan yang dilakukan pemerintah China berhasil memulihkan industri dengan
Indeks Globalcoal Newcastle yang mencapai angka ratarata AS66,10 pada tahun 2016, atau 11,65 lebih
tinggi berdasarkan perbandingan year on year. generate a proit in 2017, excluding any potential further
impairment charge.
Marketing and Sales Review
Market Trends
The coal market shared the success of performance reversal of commodity market with a positive outlook
shedding the ive years long underperformance. The underperformance of global GDP growth in comparison to
long-term average still emit waves of uncertainty on the slightly longer term performance of the commodity market
with oil prices still staying sluggish. Long-term economic trends are extremely important indicators of the commodity
demand and its price trend. The energy products are one of the main enablers of consumption led growth and slight
revival of global GDP indicates a revival of energy demand.
Start of year 2016 was directing the commodity world to its worst year of performance with prices hitting fresh
lows on the backdrop of collapsing oil prices, negative interest rates in Japan and Europe, stronger US Dollar
and revived expectation of recession in USA and
weaker Chinese economy. However, China’s economic performance, supported by their willingness and ability
to relate, beat consensus expectations. The skepticism over the sustainable Chinese commodities demand takes
a new dimension with supportive economic policies for investments leading to improvement in industrial proits
and support for real estate market. The healthy steel demand contributed to the spike of coal prices but the main
driver was China’s supply curtailment policy of restricting coal mines to operate only 276 days of the year. The
policy drove the coal price above 100 after many years of struggle. The supportive economic conditions in other
regions had a compounding effect on markets to provide fresh resurge. The relaxation of 276 days directive until
March 2017 to control the price luctuation and inject stability is driving the market towards a more balanced
position. The higher interest rate era and likelihood of iscal economic stimulation in various economies is expected to
support commodity.
2016 – A Year Of Buoyancy
Coal market swayed heavily in 2016 as Globalcoal Newcastle Index basis 6,000 NAR traded from
US47.37 22 January to US 109.69 11 November. The year started with extremely bearish sentiments for
coal futures. The supply curtailment decision by the Chinese Government revived the industry with Globalcoal
Newcastle Index averaged US66.10 in 2016, which is 11.65 higher on a y-o-y comparison.
Management Review and Analysis Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Corporate Social Responsibility
2016 Annual Report
PT Bayan Resources Tbk
Jan Feb
Mar Apr
May Jun
Jul Aug
Sep Oct
Nov Dec
120.000
2016 Globalcoal Newcastle Index
100.000 80.000
60.000 40.000
20.000 0.000
Tahun 2016 membuktikan pengaruh China atas pasar batubara dunia. Pasar jatuh hingga tingkat terendah pada
Kuartal 1 2016 akibat peredaman permintaan batubara impor di China. Permintaan semakin melemah dengan
depresiasi Yuan terhadap Dolar AS. Pembelian batubara impor oleh China pada Kuartal 1 2016 menjadi sangat
terbatas pada bulan Januari sebelum Tahun Baru Imlek. Kuartal kedua menunjukkan tanda-tanda awal pulihnya
impor batubara ke China. Hal ini terutama didorong oleh kebijakan China untuk memulihkanmempercepat
keseimbangan inansial terhadap situasi kelebihan pasokan dalam industri batubara dengan menerapkan
langkah-langkah pengendalian produksi dan penurunan pasokan dalam negeri yang efektif. Namun dampak
penurunan produksi batubara dalam negeri tidak terlalu terasa dengan adanya pembangkitan listrik tenaga air
yang tinggi.
Akhir kuartal pertama juga ditandai berakhirnya El Nino di Indonesia, dengan curah hujan yang melebihi ratarata
pada kuartal 2 2016. Pasar mencatat harga batubara yang rendah bersamaan dengan timbulnya musim hujan yang
menyebabkan penurunan pasokan batubara di Indonesia. Satu-satunya faktor pendukung adalah harga batubara
dalam negeri, dan banyak pemasok besar membatasi ekspor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di
Indonesia. Pasar bereaksi pada meningkatnya permintaan saat pemerintah China mengumumkan pengurangan hari
operasional tambang batubara domestik dari 330 ke 276 hari per tahun. Gerakan ini menurunkan output batubara
tahunan sebesar 600 juta ton yang mendorong permintaan batubara luar negeri karena menyusutnya pasokan
batubara dalam negeri. Eksporter terbesar yaitu Indonesia mengalami hambatan akibat curah hujan lebat selama
paruh kedua 2016, yang menyebabkan keterbatasan pasokan. Meskipun pertumbuhan ekonomi global hanya
sedikit, harga batubara terus meningkat dengan adanya pembatasan produksi di China.
Harga Globalcoal Newcastle terus menanjak hingga mencapai AS103,44 pada bulan November 2016. Harga
batubara domestik China meningkat nyaris dua kali lipat dalam periode yang sama. Peningkatan harga batubara
besar-besaran ini tidak selaras dengan langkahlangkah yang diambil Komisi Pembangunan Nasional dan
Reformasi China NDRC untuk meningkatkan stabilitas harga batubara dalam negeri. Pada pertengahan
The year demonstrated the inluence of China over worlds coal market. The market dipped to the lowest level in Q1
2016 as Chinese demand for imported coal was subdued and demand is further dampened by the depreciation of
Yuan against US dollar. The imported coal purchases by Chinese buyers in Q1 2016 was limited to a small window
in January prior to Chinese Lunar New Year. The second quarter indicated early signs of China looking at importing
coal again. The major driver was China’s policy to restore accelerate inancial health to an oversupplied coal industry
by introducing production control measures and effective domestic supply reduction. However, at the backdrop of
strong hydro electricity generation, the impact of domestic coal production drop was not visible.
End of irst quarter also witnessed the end of El Nino in Indonesia with arrival of more than above average rainfall
in Q2 2016. The market of record low prices together with the onset of monsoon saw a drop in coal supplies from
Indonesia as well. The only support was the domestic market price and many major suppliers curtailed exports to
cater to Indonesian domestic demand. The market reacted to the demand pressure when the Chinese Government
introduced the reduction of operating days for domestic coal mines from 330 to 276 days per year. This move
indicatively reduced annual coal output by 600 million tonnes which pushed up seaborne coal demand due to
the domestic coal supply reduction. The largest exporter – Indonesia – hampered with heavy rainfall across the
second half of 2016 inlicted further supply constraints. Despite only marginal growth in the global economy, coal
prices continue to increase riding on China’s production restrictions.
Globalcoal Newcastle prices continue to climb up to US103.44 in November 2016. Chinas domestic coal
price had nearly doubled at the same period. This massive increase in coal price was not in line with the China’s
National Development and Reform Commission NDRC measures to promote domestic coal price stability. In
mid-November, China’s NDRC implemented relaxation measures to policy related to coal production curtailments
Management Review and Analysis Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Corporate Social Responsibility
Laporan Tahunan 2016
PT Bayan Resources Tbk November, NDRC melakukan langkah-langkah untuk
melonggarkan kebijakan terkait pembatasan produksi batubara dan mengizinkan perusahaan-perusahaan
tambang menambang 330 hari dalam setahun hingga bulan Maret 2017 untuk menstabilkan pasar. Sesuai dugaan,
pasar bereaksi drastis sementara penurunan mendadak permintaan China atas batubara impor menurunkan
kenaikan pesat harga batubara dan menyebabkan indeks Newcastle berkurang AS20 menjadi AS80 pada akhir
tahun.
Tahun 2016 ditandai dua langkah penting pengendalian produksi batubara di Asia, yaitu China dan Indonesia.
Meskipun pelaksanaan dan penerapan langkah-langkah tersebut ketat, namun hasilnya membawa angin segar
bagi industri yang mengalami kelesuan. Langkah tersebut meningkatkan impor batubara thermal ke China hingga
sekitar 40 juta ton dan mengurangi ekspor Indonesia sebesar 15 juta ton. Perubahan-perubahan ini, disertai
pertumbuhan permintaan batubara dalam ekonomi Asia Tenggara yang tengah berkembang, memperbaiki
penurunan permintaan batubara di India dan Uni Eropa, sehingga menyebabkan permintaan batubara luar
negeri tahun 2016 secara keseluruhan menyamai angka tahun 2015. Pertumbuhan permintaan Asia Tenggara
terus didongkrak dengan pembangunan kapasitas pembangkitan listrik tenaga batubara baru.
Pemulihan harga dari titik rendah pada awal 2016 membantu pulihnya margin kas positif bagi mayoritas
produsen batubara thermal luar negeri, namun volatilitas harga dan akses modal akan tetap membatasi pertumbuhan
pasokan. Indonesia harus tetap membatasi produksi secara ketat untuk mengurangi biaya dan meningkatkan
eisiensi produksi. Kemungkinan aktifnya produksi batubara berkualitas rendah dapat mempengaruhi kenaikan harga.
Data produksi mengarah pada kesimpulan adanya penurunan volume pasokan batubara ekspor berenergi
tinggi secara umum, terutama dari Indonesia dan Afsel seiring dengan menyusutnya cadangan batubara tingkat
tinggi. Akibatnya, pasokan batubara berenergi tinggi masih tetap terbatas, mendukung segmentasi pasar dan
diferensiasi harga.
Pasar mengharapkan langkah-langkah positif dari China dan pembatasan pasokan di negara-negara produsen
batubara penting untuk menjaga kestabilan harga batubara. Kami mengharapkan harga batubara tahun 2017
akan diperdagangkan antara 70 dan 80 per metrik ton.
Penjualan – Arah dan Prioritas
Urbanisasi dan industrialisasi negara berkembang tetap merupakan faktor yang memicu tren positif bagi sektor
pertambangan batubara. Batubara masih merupakan satu-satunya bahan bakar berkelanjutan dan ekonomis
yang dapat memenuhi permintaan energi di masa depan untuk negara-negara berkembang.
Dari konsesi Tabang dan Pakar, Bayan memiliki hampir 1 miliar ton perkiraan cadangan batubara berkandungan
belerang dan abu ultra-rendah. Kategori batubara ini telah dipasarkan Perseroan sebagai Bayan Ultra Coal BUC.
BUC memiliki kandungan abu rendah sekitar 3 as received, kandungan belerang rendah kurang dari
allowing Chinese miners to mine for 330 days a year till March 2017 to bring market stability. As expected, the
market reacted sharply as sudden drop of Chinese demand for imported coal reversed the price rally as Newcastle
index shed US20 to reach low US80 by year end.
2016 saw two major coal production control measures in Asia – in China and Indonesia. Though the behavior and
implementation of such measures are distinct, the outcome was a massive relief to a substantially underperforming
industry. Such measures have increased thermal coal imports to China by about 40 million tons and reduced
Indonesian exports by 15 million tons. These swings together with demand growth in the emerging economies
of South East Asia, offset demand reductions in India and the EU, to hold overall 2016 seaborne demand in line with
2015. South East Asian demand growth continues to be
supported by the construction of new coal ired generation capacity.
The price recovery from the lows at the beginning of 2016 has facilitated the return to positive cash margins for the
majority of seaborne thermal coal producers, yet price volatility and access to capital should continue to limit
supply growth. It is important that Indonesia maintain the production discipline with continued efforts to reduce costs
and improve production eficiency. The likeliness of some idled low quality capacity production returning may impact
the price recovery. The production data continue to lead us to a conclusion that there is a general decline in supply
volumes of higher energy coal export products, particularly from Indonesia and South Africa, as high grade reserves
are depleted. Consequently, high energy coals remain in tighter supply, supporting market segmentation and price
differentiation.
The market is reeling on expectation of positive measures from China and supply restrictions across major producing
nations to keep coal prices stable. We expect coal price in 2017 shall be range bound trading between 70 and 80
pmt.
Sales – Direction and Priorities
The urbanization and industrialization of emerging economies remains a positive trend for the coal mining
sector. Coal remains the only sustainable and economic fuel that can meet future energy demands in emerging
markets.
From both Tabang and Pakar concessions, Bayan have close to 1 billion tonnes of estimated coal reserves with
ultra-low sulfur and ultra-low ash properties. For this category of coal, the company have been marketing it as
Bayan Ultra Coal BUC.
BUC has low ash about 3 as received, low sulphur less than 0.1 as received, low nitrogen 0.8 as received,
Management Review and Analysis Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Corporate Social Responsibility
2016 Annual Report
PT Bayan Resources Tbk 0,1 as received, kandungan nitrogen rendah 0,8 as
received, kandungan natrium rendah 0,8 as received, kandungan kalium rendah sekitar 0,5 as received dan
IDT AFT tinggi sekitar 1250 Derajat Celcius. BUC adalah standar batubara ramah lingkungan.
Emisi NOx BUC relatif rendah karena kandungan zat terbang yang tinggi dan kandungan nitrogennya yang
rendah. Kandungan rendah belerang BUC mengurangi emisi SO2. Biaya terkait pengendalian emisi dapat
diturunkan signiikan karena pembangkit tenaga listrik tidak perlu memasang peralatan baru yang mahal seperti sistem
desulfurisasi gas cerobong asap lue atau menggunakan
metode mahal seperti scrubber. Kandungan abu rendah secara substansial mengurangi kesulitan penanganan
abu. Penanganan abu merupakan masalah lingkungan terbesar yang dihadapi setiap pembangkit listrik dewasa
ini. Dengan BUC, manajemen Bayan berada pada posisi strategis untuk menghadapi kondisi tak menentu saat
ini dan mengambil keuntungan dari prospek permintaan batubara jangka menengah hingga panjang.
NegaraCountry 2014
2015 2016
Tonase Tonnage
Persentase Percentage
Tonase Tonnage
Persentase Percentage
Tonase Tonnage
Persentase Percentage
Bangladesh -
0.00 63,700
0.71 -
0.00 China
1,209,930 10.04
616,000 6.91
1,846,536 14.26
Hong Kong -
0.00 -
0.00 130,125
1.00 India
2,749,154 22.82
4,217,936 47.29
4,606,814 35.56
Indonesia 198,387
1.65 137,495
1.54 1,228,715
9.49 Italy
1,321,721 10.97
65,591 0.74
- Japan
949,152 7.88
644,213 7.22
662,846 5.12
Korea 237,352
1.97 366,078
4.10 871,101
6.72 Malaysia
940,498 7.81
1,071,171 12.01
1,478,556 11.41
Pakistan 167,265
1.39 -
0.00 -
0.00 Philippines
1,300,148 10.79
668,426 7.49
604,825 4.67
Singapore 237,107
1.97 440,039
4.93 516,012
3.98 Spain
38,500 0.32
- 0.00
- 0.00
Sri Lanka 56,351
0.47 -
0.00 -
0.00 Taiwan
2,583,706 21.45
506,207 5.68
778,096 6.01
Thailand -
0.00 109,521
1.23 99,712
0.77 Vietnam
56,909 0.47
12,180 0.14
130,194 1.01
Total Penjualan MT Total Sales
12,046,181 100
8,918,556 100
12,953,533 100
Harga Jual Rata-rata Average
Selling Price ASP 66.10
48.54 40.87