Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas II sekolah dasar.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA BERDASARKAN

TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Sisilia Bety Ratnasari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas II di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap macam dan unsur bangun datar sederhana. Potensi yang ada adalah konsep bangun datar sederhana dapat membantu mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan ruang-visual siswa. Masalah yang ada pada siswa adalah 48% belum paham macam-macam segitiga, 30% belum paham macam-macam segiempat, 43% belum paham sisi lingkaran, dan 39% belum paham sudut lingkaran karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Maka peneliti mengembangkan prototipe dengan tujuan untuk menjelaskan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas produk yang dikembangkan.

Penelitian dan pengembangan (R & D) ini menggunakan 6 langkah menurut Sugiyono meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk yang dihasilkan berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana untuk kelas II SD berdasarkan lima fase van Hiele yaitu: (1) fase informasi, (2) fase orientasi langsung, (3) fase penjelasan, (4) fase orientasi langsung, dan (5) fase integrasi. Prototipe telah divalidasi dengan skor rata-rata 3,75 dengan kategori sangat baik, sehingga layak diujicobakan.

Uji coba terbatas dilakukan di SD Negeri Sendangadi 2 pada tanggal 16 Desember 2015. Peneliti hanya mengujicobakan pembelajaran tentang macam-macam segi empat berdasarkan lima fase van Hiele. Dari fase integrasi, peneliti mendapatkan data bahwa siswa memahami macam-macam segi empat (persegi dan persegi panjang). Data tersebut ditunjukkan dari fase integrasi yaitu 28% siswa mendapat nilai 60, 50% siswa mendapat nilai 70, 14% siswa mendapat nilai 80 dan 7% siswa mendapat nilai 93.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, bangun datar sederhana, van


(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING GEOMETRY INSTRUMENT PROTOTYPE ABOUT BASIC GEOMETRIC SHAPES BASED VAN HIELE

THEORY FOR 2ND GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Sisilia Bety Ratnasari Sanata Dharma University

2016

This research started from the potential and problems related to a lack of understanding second grade students of SD Negeri Sendangadi 2 about various and basic geometric shapes elements. The potential is basic geometric shapes concept can help students to develop logical-mathematical intelligence and visual-space. The problems are 48% of students do not understand the various triangular, 30% of student do not understand the various quadrilateral, 43% of students do not understand the circle, and 39% of students do not understand the angle circle because of learning model which used by teacher is less variation. Researcher then develop the prototype with the aim to explain the development process and describe the quality of the products developed.

This research and development (R & D) used 6 steps by Sugiyono, which named: (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) the revision of the design, and (6) testing the product. The product is instrument prototype of geometry learning based on the five phases of van Hiele which named: (1) information phase, (2) direct orientation phase, (3) explication phase, (4) free orientation phase, and (5) integration phase. The prototype has been validated with the average score of 3.75, the result mean excellent category then deserves tested.

Limited trial implementable at SD Negeri Sendangadi 2 on 16 December 2016. Researcher just implement a learning instrument the various of quadrilateral based on five phases of van Hiele. From the last phase mean the integration phase, researcher get data that students understand the various of quadrilateral (square and rectangular). The data is showed on the integration phase, 28% of students get scored 60, 50% of students get scored 70, 14% of students get scored 80 and 7% of students get scored 93.


(3)

(4)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT

PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR

SEDERHANA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sisilia Bety Ratnasari NIM: 121134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT

PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR

SEDERHANA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sisilia Bety Ratnasari NIM: 121134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(6)

(7)

(8)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku.

Kakakku tersayang yang selalu memberiku semangat.

Para sahabat yang bersedia berjuang bersama dan saling memberikan semangat.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma.


(9)

v

MOTTO

Urusan kita dalam kehidupan bukanlah mendahului orang lain, tetapi maju mendahului diri sendiri.

(Stuart B. Johnson)

Janganlah menjadi diri anda sendiri. Jadilah lebih besar daripada diri anda yang kemarin.


(10)

(11)

(12)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA BERDASARKAN

TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Sisilia Bety Ratnasari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas II di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap macam dan unsur bangun datar sederhana. Potensi yang ada adalah konsep bangun datar sederhana dapat membantu mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan ruang-visual siswa. Masalah yang ada pada siswa adalah 48% belum paham macam-macam segitiga, 30% belum paham macam-macam segiempat, 43% belum paham sisi lingkaran, dan 39% belum paham sudut lingkaran karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Maka peneliti mengembangkan prototipe dengan tujuan untuk menjelaskan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas produk yang dikembangkan.

Penelitian dan pengembangan (R & D) ini menggunakan 6 langkah menurut Sugiyono meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk yang dihasilkan berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana untuk kelas II SD berdasarkan lima fase van Hiele yaitu: (1) fase informasi, (2) fase orientasi langsung, (3) fase penjelasan, (4) fase orientasi langsung, dan (5) fase integrasi. Prototipe telah divalidasi dengan skor rata-rata 3,75dengan kategori sangat baik, sehingga layak diujicobakan.

Uji coba terbatas dilakukan di SD Negeri Sendangadi 2 pada tanggal 16 Desember 2015. Peneliti hanya mengujicobakan pembelajaran tentang macam-macam segi empat berdasarkan lima fase van Hiele. Dari fase integrasi, peneliti mendapatkan data bahwa siswa memahami macam-macam segi empat (persegi dan persegi panjang). Data tersebut ditunjukkan dari fase integrasi yaitu 28% siswa mendapat nilai 60, 50% siswa mendapat nilai 70, 14% siswa mendapat nilai 80 dan 7% siswa mendapat nilai 93.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, bangun datar sederhana, van


(13)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING GEOMETRY INSTRUMENT PROTOTYPE ABOUT BASIC GEOMETRIC SHAPES BASED VAN HIELE THEORY FOR 2ND GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

Sisilia Bety Ratnasari Sanata Dharma University

2016

This research started from the potential and problems related to a lack of understanding second grade students of SD Negeri Sendangadi 2 about various and basic geometric shapes elements. The potential is basic geometric shapes concept can help students to develop logical-mathematical intelligence and visual-space. The problems are 48% of students do not understand the various triangular, 30% of student do not understand the various quadrilateral, 43% of students do not understand the circle, and 39% of students do not understand the angle circle because of learning model which used by teacher is less variation. Researcher then develop the prototype with the aim to explain the development process and describe the quality of the products developed.

This research and development (R & D) used 6 steps by Sugiyono, which named: (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) the revision of the design, and (6) testing the product. The product is instrument prototype of geometry learning based on the five phases of van Hiele which named: (1) information phase, (2) direct orientation phase, (3) explication phase, (4) free orientation phase, and (5) integration phase. The prototype has been validated with the average score of 3.75, the result mean excellent category then deserves tested.

Limited trial implementable at SD Negeri Sendangadi 2 on 16 December 2016. Researcher just implement a learning instrument the various of quadrilateral based on five phases of van Hiele. From the last phase mean the integration phase, researcher get data that students understand the various of quadrilateral (square and rectangular). The data is showed on the integration phase, 28% of students get scored 60, 50% of students get scored 70, 14% of students get scored 80 and 7% of students get scored 93.


(14)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi

Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan kritik, saran, semangat, dan dorongan yang positif dalam menyelesaikan skripsi. 4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd selaku dosen pembimbing 2 yang

telah memberi pengarahan dan nasehat dalam membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Para validator yang telah berkenan membantu dalam proses validasi instrumen dan produk.

6. Sumayarti, S.Pd.,S.D selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sendangadi 2 yang memberikan ijin dalam melakukan penelitian di SD Negeri Sendangadi 2.


(15)

(16)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Spesifikasi Produk ... 6

1.6 Definisi Operasional ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

2.1 Kajian Teori ... 13

2.1.1 Pembelajaran Matematika ... 13

2.1.2 Teori van Hiele ... 19

2.1.3 Pembelajaran Kontekstual ... 24

2.1.4 Teori Inteligensi Ganda Howard Gardner ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 27

2.2.1 Penelitian tentang Pembelajaran Berdasarkan Teori van Hiele . 27 2.2.2 Peta Konsep Penelitian yang Relevan ... 30

2.3 Kerangka Berpikir ... 31

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Setting Penelitian ... 34

3.3 Rancangan Penelitian ... 35

3.4 Prosedur Pengembangan ... 37

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.7 Tenik Analisis Data ... 50


(17)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.2 Pembahasan ... 78

BAB V PENUTUP ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 84

5.3 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(18)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian untuk Guru ... 41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian untuk Siswa ... 41

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Guru untuk Dosen Ahli ... 42

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Siswa untuk Dosen Ahli ... 43

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Validasi Produk untuk Dosen Ahli ... 44

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Lembar Validasi Produk untuk Guru ... 45

Tabel 3.8 Instrumen Tes Fase Informasi ... 47

Tabel 3.9 Instrumen Tes Fase Orientasi Langsung ... 47

Tabel 3.10 Instrumen Tes Fase Penjelasan ... 48

Tabel 3.11 Instrumen Tes Fase Orientasi Bebas ... 48

Tabel 3.12 Instrumen Tes Fase Integrasi ... 49

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Produk ... 51

Tabel 4.1 Rekapan Hasil Observasi Pembelajaran ... 54

Tabel 4.2 Rekapan Hasil Angket oleh Guru ... 56

Tabel 4.3 Persentase Ketidaktercapaian Angket Pra-Penelitian Siswa... 57

Tabel 4.4 Persentase Ketidaktercapaian Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian Siswa ... 58

Tabel 4.5 Rekapan Hasil Validasi Produk oleh Dosen Ahli ... 62

Tabel 4.6 Rekapan Hasil Validasi Produk oleh Guru ... 63

Tabel 4.7 Rata-rata Skor Validasi ... 66


(19)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Peta Konsep Penelitian yang Relevan ... 30 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan


(20)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Segitiga Sama Sisi ... 16

Gambar 2.2 Segitiga Sama Kaki ... 16

Gambar 2.3 Segitiga Sembarang (sisi) ... 17

Gambar 2.4 Segitiga Siku-siku ... 17

Gambar 2.5 Segitiga Sembarang (sudut) ... 17

Gambar 2.6 Persegi ... 18

Gambar 2.7 Persegi Panjang ... 18

Gambar 2.8 Lingkaran ... 19

Gambar 4.1 Siswa melakukan tanya jawab mengenai isi lagu ... 68

Gambar 4.2 Siswa menemukan perbedaan bentuk benda dengan mengamati kertas HVS dan ubin lantai ... 68

Gambar 4.3 Siswa melakukan observasi dan mencatat hasilnya ... 69

Gambar 4.4 Siswa mempresentasikan hasil observasinya ... 71

Gambar 4.5 Siswa menyusun puzzle persegi dan persegi panjang ... 72

Gambar 4.6 Siswa menggambar rumah impian dan salah satu hasil gambaran siswa ... 73

Gambar 4.7 Siswa mengerjakan soal evaluasi ... 74

Gambar 4.8 Siswa merangkum materi pembelajaran ... 75


(21)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1. HASIL ANALISIS KEBUTUHAN OBSERVASI ... 89

1.1Lembar Observasi ... 89

1.2Hasil Analisis Kebutuhan Observasi I ... 90

1.3Hasil Analisis Kebutuhan Observasi II ... 91

LAMPIRAN 2. HASIL ANGKET PRA-PENELITIAN ... 92

2.1Lembar Angket Pra-Penelitian untuk Guru ... 92

2.2Hasil Angket Pra-Penelitian oleh Guru ... 94

2.3Lembar Angket Pra-Penelitian untuk Siswa ... 98

2.4Hasil Angket Pra-Penelitian oleh Siswa ... 100

2.5Rekapan Skor Hasil Angket Pra-Penelitian Siswa ... 102

LAMPIRAN 3. HASIL VALIDASI ANGKET PRA-PENELITIAN ... 103

3.1Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Guru untuk Dosen ... 103

3.2Hasil Validasi Angket Pra-Penelitian Guru oleh Dosen ... 105

3.3Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Siswa untuk Dosen ... 107

3.4Hasil Validasi Angket Pra-Penelitian Siswa oleh Dosen ... 109

LAMPIRAN 4. HASIL VALIDASI PRODUK ... 111

4.1Lembar Validasi Produk untuk Dosen ... 111

4.2Hasil Validasi Produk oleh Dosen ... 113

4.3Lembar Validasi Produk untuk Guru ... 115

4.4Hasil Validasi Produk oleh Guru ... 118

LAMPIRAN 5. HASIL PEKERJAAN SISWA PADA SETIAP FASE ... 121

5.1Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Informasi ... 121

5.2Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Orientasi Langsung ... 125

5.3Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Penjelasan ... 126

5.4Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Orientasi Bebas ... 127

5.5Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Integrasi ... 131

5.6Rekap Nilai Soal Evaluasi ... 134

5.7Hasil Rubrik Penilaian ... 135

LAMPIRAN 6. PERANGKAT PEMBELAJARAN YANG DIUJI- COBAKAN ... 136

6.1Silabus ... 136

6.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 139

6.3Rubrik Penilaian ... 149

6.4Lembar Kerja Siswa ... 154

LAMPIRAN 7. FOTO PRAKTEK UJI COBA PRODUK ... 166


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I ini terdiri dari enam bagian. Enam bagian tersebut yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Beth dan Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika juga bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan matematis-logis. Kecerdasan matematis-logis merupakan kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola, pemikiran logis dan ilmiah (Lwin,dkk, 2008: 43). Materi yang dipelajari dalam matematika salah satunya adalah geometri. Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang (Haryono, 2014: 139). Siswa perlu belajar geometri agar mereka dapat menggunakan matematika secara lebih luas dalam kehidupannya dan sebagai dasar untuk belajar matematika lanjutan (Runtukahu, 2013: 149). Tujuan mempelajari geometri diantaranya adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen matematik (Budiarto, 2000: 439). Bangun


(23)

datar merupakan salah satu bagian dari kajian geometri. Batasan materi bangun datar yang diajarkan pada kelas bawah hanya sebatas pengenalan berbagai bentuk bangun datar. Materi bangun datar yang diajarkan pada kelas II khususnya meliputi pengenalan macam-macam bentuk bangun datar sederhana (segitiga, segiempat, dan lingkaran) dan pengenalan unsur-unsur (sisi dan sudut) segitiga, segiempat, dan lingkaran. Berdasarkan buku pelajaran matematika kelas II, siswa kelas II harus memahami tentang macam-macam bentuk bangun datar sederhana (segitiga, segiempat, dan lingkaran) dan siswa mengetahui unsur-unsur (sisi dan sudut) segitiga, segiempat, dan lingkaran. Apabila siswa memahami konsep tentang bangun datar sederhana maka akan dapat mengembangkan kecerdasan ruang-visual siswa. Kecerdasan ruang-visual merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi (Armstrong, 2002: 20).

Pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program Pengamatan Lingkungan (Probaling), peneliti berkesempatan untuk melakukan pengamatan pembelajaran matematika di kelas II tentang materi bangun datar sederhana. Berdasarkan pengamatan selama Probaling, peneliti mengamati kecenderungan guru mengajar tentang materi bangun datar sederhana dengan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Guru kurang memaksimalkan penggunaan media dalam menjelaskan materi dan siswa kurang diberi kesempatan untuk mengeksplorasi media tersebut. Guru juga tidak menerapkan model pembelajaran tertentu dalam mengajarkan materi, guru hanya menerapkan pembelajaran yang konvensional dan saat pembelajaran yang tampak seperti menerapkan model pembelajaran kontekstual, penerapannya tersebut pun kurang maksimal. Masalah


(24)

tampak pada beberapa siswa yang masih bingung dalam membedakan macam-macam bentuk segitiga dan namanya saat mempelajari materi segitiga. Siswa juga masih kesulitan membedakan dan memahami sudut dan sisi persegi dan persegi panjang saat mempelajari materi segi empat. Kesulitan siswa dan cara mengajar guru tersebut tentunya dapat menimbulkan miskonsepsi pada pemahaman macam-macam bentuk bangun datar dan unsur-unsur bangun datar.

Peneliti bersama teman-teman penelitian kolaboratif membagi angket kepada 11 guru kelas yang terdiri dari guru 1 guru kelas I, 2 guru kelas II, 2 guru kelas III, 2 guru kelas IV, dan 4 guru kelas V. Pembagian angket tersebut bertujuan untuk menetahui metode, model, dan media yang digunakan saat mengajarkan materi geometri sekaligus menanyakan tentang kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi geometri. Data yang diperoleh dari 11 guru kelas tersebut secara keseluruhan dominan menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, dan presentasi dalam mengajarkan materi geometri. Model pembelajaran yang dominan diterapkan yaitu model pembelajaran kontekstual atau CTL.

Peneliti menggarisbawahi pernyataan guru kelas II yang mengatakan jika siswa memiliki kesulitan dalam siswa masih kesulitan membedakan macam-macam bentuk segitiga maupun segiempat, siswa juga belum bisa membentuk/menggambarkan bangun datar secara simetris, dan masih ada beberapa siswa yang kesulitan membedakan sisi dan sudut bangun datar. Peneliti kemudian memberikan angket kepada siswa untuk memperkuat data tersebut. Angket diberikan kepada siswa kelas III di SD Negeri Sendangadi 2 pada semester ganjil karena siswa tersebut sudah mempelajari tentang materi bangun


(25)

datar sederhana di kelas II pada semester genap. Data yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut: dari jumlah keseluruhan 23 siswa, 48% siswa belum paham tentang macam-macam segitiga, 30% siswa belum paham tentang macam-macam segiempat, 43% siswa belum paham tentang sisi lingkaran, dan 39% siswa belum paham tentang sudut lingkaran. Kesulitan belajar tersebut hendaknya harus segera diatasi agar masalah yang menunjukkan bahwa siswa belum memahami konsep geometri dengan benar dapat diminimalisir dengan menggunakan model pembelajaran geometri yang sesuai.

Berdasarkan data-data tersebut, peneliti tertarik untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas II sekolah dasar. Peneliti menerapkan teori van Hiele karena van Hiele adalah seorang ahli matematika yang khusus mencetuskan teori tentang tahapan berpikir geometri siswa dalam mempelajari geometri. Teori pembelajaran van Hiele terdiri dari lima tingkatan/ level cara pemahaman ide-ide ruang, yakni level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2 (deduksi informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (ketepatan). Seseorang bisa memahami konsep geometri berdasarkan level-level tertentu apabila pemahaman berdasarkan level-level tertentu tersebut dikemas dalam pembelajaran dengan menginterasikan lima fase van Hiele meliputi: 1) fase informasi, 2) fase orientasi langsung, 3) fase penjelasan, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase integrasi. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”.


(26)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?.

1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri model van

Hiele dalam membantu siswa kelas II memahami konsep bangun datar

sederhana?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.2.3 Untuk menjelaskan proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri bangun datar sederhana berdasarkan teori van

Hiele untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

1.2.4 Untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri model van Hiele dalam membantu siswa kelas II memahami konsep bangun datar sederhana.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1.4.1 Bagi Siswa

1.4.1.1Membantu memahami materi tentang bangun datar sederhana dengan mudah melalui penerapan teori van Hiele dalam pembelajaran.

1.4.1.2Mendapat pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran yang inovatif.


(27)

1.4.2 Bagi Guru

1.4.2.1Menambah pengetahuan baru dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari konsep bangun datar sederhana menggunakan teori

van Hiele.

1.4.2.2Menambah wawasan baru dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif menggunakan teori van Hiele.

1.4.2.3Mengetahui dan memahami tingkatan berpikir geometri siswa dalam teori

van Hiele.

1.4.3 Bagi Sekolah

1.4.3.1Menambah sumber referensi dan informasi tentang teori van Hiele yang diterapkan dalam prototipe perangkat pembelajaran.

1.4.4 Bagi Peneliti

1.4.4.1Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman baru dalam melakukan penelitian Research and Development (R&D) dengan menerapkan teori van Hiele.

1.5 Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan ini mengambil materi bangun datar sederhana untuk kelas II Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran van

Hiele. Penelitian ini akan mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran

yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1.5.1 Bagian 1: bahan ajar menggunakan model pembelajaran van Hiele

Bahan ajar ini dikembangkan sesuai dengan 5 fase van Hiele, yaitu: 1) fase informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas, dan 5) integrasi. Materi pada bahan ajar disusun pada setiap pembelajaran. Bahan ajar terdiri dari 3


(28)

pembelajaran, yakni pembelajaran 1 dengan materi segitiga, pembelajaran 2 dengan materi segi empat, dan pembelajaran 3 dengan materi lingkaran. Bahan ajar memuat langkah-langkah pembelajaran dan dilengkapi dengan foto atau gambar media yang digunakan dalam pembelajaran. Bahan ajar juga memuat kekhasan tahapan berpikir geometri siswa berdasarkan teori van Hiele yakni pada level visualisasi.

1.5.2 Bagian 2: Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1.5.1.1Silabus

Silabus disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas bawah yang menggunakan pendekatan tematik. Silabus ini disusun menggunakan tabel yang memiliki komponen: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus yang dibuat memuat rincian kegiatan inti pembelajaran selama tiga pembelajaran. Kegiatan inti pada setiap pembelajaran dalam silabus ini menunjukkan fase-fase dalam model pembelajaran

van Hiele pada mata pelajaran matematika yang dikaitkan dengan mata pelajaran

SBK dan IPA. Format silabus KTSP dapat dilihat pada lampiran 6.1. 1.5.2.1.1Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).


(29)

1.5.2.1.2Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.

1.5.2.1.3Materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi pokok yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1.5.2.1.4Kegiatan Pembelajaran

Langkah kegiatan pada silabus menggunakan pendekatan tematik pada 2 mata pelajaran lain yaitu SBK dan IPA yang dikaitkan dengan pokok bahasan bangun datar sederhana pada mata pelajaran Matematika dan memadukan fase-fase pembelajaran berdasarkan teori van Hiele. Kegiatan pembelajaran pada silabus ini menguraikan langkah-langkah inti dalam pembelajaran pada setiap pembelajaran.

1.5.2.1.5Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Penilaian dalam kegiatan pembelajaran ini menyesuaikan dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran.

1.5.2.1.6Alokasi Waktu

Alokasi waktu ini diberikan untuk setiap kompetensi yang akan dicapai. Satu jam pelajaran (1 JP) berdurasi 35 menit. Setiap muatan pelajaran berdurasi 2 JP.


(30)

1.5.2.1.7Sumber belajar

Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar ini berupa media cetak atau elektronik dan lingkungan alam serta sosial.

1.5.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Prototipe perangkat pembelajaran yang dikembangkan memuat 3 RPP tentang materi bangun datar sederhana untuk kelas II. RPP disusun dengan menerapkan 5 fase model pembelajaran van Hiele yang terdiri dari: 1) fase informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas, dan 5) integrasi dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran. RPP terdiri dari 3 pembelajaran. RPP pembelajaran 1 dengan materi macam-macam segitiga yang dikaitkan dengan mata pelajaran SBK. RPP pembelajaran 2 dengan materi segi empat (persegi dan persegi panjang) yang dikaitkan dengan mata pelajaran SBK. RPP pembelajaran 3 dengan materi unsur lingkaran yang dikaitkan dengan mata pelajaran IPA. RPP yang dikembangakan memiliki komponen identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, model/ pendekatan/ metode pembelajaran, media/ alat/ sumber belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Format RPP dapat dilihat pada lampiran 6.2.

1.5.2.2.1Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.


(31)

1.5.2.2.2Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. Materi yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran adalah pelajaran matematika materi macam-macam bangun datar segitiga, segiempat, dan unsur lingkaran serta dikaitkan dengan pelajaran SBK materi seni rupa, dan pelajaran IPA materi kegunaan panas dan cahaya matahari.

1.5.1.2.3Model, pendekatan, dan metode pembelajaran

Model, pendekatan, dan metode pembelajaran pembelajaran merupakan cara atau strategi yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran van

Hiele. Metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan tanya jawab,

ceramah, observasi, diskusi kelompok, kerja kelompok, presentasi, dan pemberian tugas.

1.5.1.2.4Media, alat, bahan dan sumber belajar

Media, alat, bahan dan sumber belajar merupakan komponen pendukung pembelajaran yang memudahkan siswa dalam mempelajari materi dan menanamkan konsep. Pembelajaran menggunakan media, alat, bahan dan sumber belajar yang ada di sekitar siswa, lingkungan kelas maupun sekolah. Media dalam pembelajaran bersifat kontekstual, sehingga menggunakan benda-benda konkret di sekitar siswa. Media yang disebutkan berkaitan dengan bangun datar segitiga (sama sisi, sama kaki,


(32)

siku-siku, dan sembarang), segi empat (persegi dan persegi panjang), dan lingkaran sehingga membantu siswa memahami konsep geometri.

1.5.1.2.5Langkah-langkah kegiatan pembelajaran

Kegiatan ini merupakan serangkaian langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan fase-fase model pembelajaran van Hiele yang terdiri dari: 1) fase informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas, dan 5) integrasi pada mata pelajaran matematika materi macam-macam bangun datar segitiga, segiempat, dan unsur lingkaran serta dikaitkan dengan pelajaran SBK materi seni rupa, dan pelajaran IPA materi kegunaan panas dan cahaya matahari. Kegiatan pada RPP meliputi kegiatan awal, akhir, dan penutup. RPP juga dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

1.5.1.2.6Penilaian

Rubrik penilaian memuat penilaian yang diperoleh dari penjabaran kompetensi dasar pada RPP yang berupa penilaian yang mengacu pada penilaian kognitif, keterampilan, dan sikap yang diperoleh selama proses pembelajaran yang berupa rubrik penilaian. Penilaian juga diperoleh dari pemberian soal evaluasi pada setiap akhir pembelajaran dalam setiap pertemuan untuk memperoleh komponen penilaian pemahaman siswa. Penilaian soal evaluasi berupa penghitungan skor dari hasil jawaban siswa dengan menggunakan rumus yang telah dicantumkan pada lembar rubrik penilaian.


(33)

1.5.2 Bagian 3: Lembar Kerja Siswa

Komponen pada LKS memuat identitas sekolah pada bagian atas, tujuan pmbelajaran yang terletak pada awal sebelum kegiatan pembelajaran. LKS ini memuat aktifitas siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran baik secara mandiri maupun kelompok. Setiap kegiatan siswa di LKS disesuaikan dengan kegiatan yang mengacu pada 5 fase van Hiele. LKS juga dilengkapi dengan gambar yang menarik supaya siswa terdorong untuk melakukan kegiatan pada LKS.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Prototipe adalahbentuk asli atau bentuk dasar suatu produk.

1.6.2 Matematika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan dasar-dasar penghitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek.

1.6.3 Pembelajaran geometri adalah bagian dari matematika yang mempelajari tentang bangun-bangun yang ada hubungannya antara titik, garis dan bidang.

1.6.4 Fase van Hiele adalah lima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran van Hiele yang terdiri dari: 1) informasi (information), 2) orientasi langsung (directed orientation), 3) penjelasan (explication), 4) orientasi bebas (free orientation), dan 5) integrasi (integration).

1.6.5 Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus dan lengkung.

1.6.6 Siswa kelas II adalah peserta didik yang berada pada umur sekitar 8-9 tahun.


(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini terdiri dari 4 bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Teori

Kajian teori akan membahas empat bagian. Bagian pertama pembelajaran matematika. Bagian kedua teori pembelajaran van Hiele. Bagian ketiga pembelajaran kontekstual. Bagian keempat teori intelegensi ganda Howard Gardner.

2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran (Susanto, 2013: 186). Beth dan Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28) menjelaskan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Pengertian matematika lain juga diungkapkan oleh Kline (dalam Runtukahu, 2014: 28) bahwa matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan masalah dalam kehidupannya.


(35)

2.1.1.2Tujuan Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika sangat diperlukan bagi siswa sejak di jenjang Sekolah Dasar. Permendiknas (dalam Wijaya, 2012: 7) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika yaitu supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika yakni menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sangat penting dan diperlukan bagi siswa. Materi yang dipelajari dalam matematika salah satunya adalah geometri. Geomeri merupakan bagian dari pembelajaran matematika. Materi geometri terdiri dari materi tentang bangun datar dan bangun ruang.

2.1.1.3Geometri

Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang (Haryono, 2014:139). Tujuan pengajaran geometri menurut Zeeman (dalam Mateya, 2008: 10) adalah: 1) untuk mengembangkan kesadaran spasial, intuisi geometris dan kemampuan untuk memvisualisasikan; 2) untuk memberikan


(36)

keluasan pengalaman geometris bangun 2 dan 3 dimensi; 3) untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan untuk menggunakan sifat dan teorema geometri; 4) untuk mengembangkan keterampilan menerapkan geometri melalui pemodelan dan pemecahan masalah dalam konteks dunia nyata; 5) untuk mendorong pengembangan dan penggunaan dugaan, penalaran deduktif dan bukti; 6) untuk mengembangkan ICT yang berguna (teknologi komunikasi informasi) khusus dalam konteks geometris; 7) untuk menimbulkan sikap positif terhadap matematika; 8) untuk mengembangkan kesadaran tentang warisan sejarah dan budaya geometri di masyarakat, dan aplikasi kontemporer geometri. Siswa perlu belajar geometri agar mereka dapat menggunakan matematika secara lebih luas dalam kehidupannya dan sebagai dasar untuk belajar matematika lanjutan (Runtukahu, 2014: 149).

Pengajaran geometri di Sekolah Dasar dimulai dari bangun-bangun datar (bangun dua dimensi) kemudian bangun-bangun ruang (bangun tiga dimensi) (Runtukahu, 2014: 150). Bangun datar yang dipelajari siswa SD antara lain adalah segitiga, segiempat, dan lingkaran. Materi bangun datar yang diajarkan kelas II SD meliputi pengenalan macam-macam bentuk bangun datar sederhana (segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran) dan pengenalan unsur-unsur (sisi dan sudut) segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran.

2.1.1.4Bangun Datar Sederhana

Bangun datar atau bangun dua dimensi adalah kurva tertutup sederhana yang terletak pada bidang (Runtukahu, 2014: 153). Jenis bangun datar diantaranya ialah persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran. Bangun datar yang dipelajari oleh siswa kelas bawah


(37)

ialah bangun datar sederhana yang terdiri dari segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran.

2.1.1.4.1Segitiga

Segitiga adalah bangun geometri yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut (Djuwita, 2015: 8). Besar jumlah sudut pada segitiga adalah 1800. Segitiga memiliki beberapa bentuk. Berdasarkan sisinya, segitiga dibedakan menjadi 3 yaitu:

1) Segitiga sama sisi, adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang dan

ketiga sudutnya sama besar (Djuwita, 2015: 10). Sifat-sifat segitiga sama sisi yaitu: 1) mempunyai tiga sisi yang sama panjang, 2) mempunyai tiga sudut sama besar yaitu 600, 3) mempunyai tiga simetri putar, 4) mempunyai tiga simetri lipat.

Gambar 2.1 Segitiga sama sisi

2) Segitiga sama kaki, adalah segitiga yang dua dari tiga sisinya sama

panjang dan memiliki dua sudut yang sama besar (Djuwita, 2015: 12). Sifat-sifat segitiga sama kaki yaitu: 1) mempunyai sepasang sisi yang sama panjang, 2) mempunyai sudut lancip yang sama besar dan saling berhadapan, 3) mempunyai satu simetri lipat dan simetri putar.


(38)

3) Segitiga sembarang (sisi), adalah segitiga yang sisinya tidak sama

panjang (Djuwita, 2015: 16). Sifat-sifat segitiga sembarang yaitu sisinya tidak sama panjang.

Gambar 2.3 Segitiga sembarang (sisi) Berdasarkan sudutnya, segitiga dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1) Segitiga siku-siku, adalah segitiga yang salah satu besar sudutnya sama

dengan 900 dan sisi di depan sudut 900 disebut sisi miring atau hipotenusa (Djuwita, 2015: 14). Sifat-sifat segitiga siku-siku yaitu: 1) salah satu sudutnya adalah sudut siku-siku sebesar 900, 2) mempunyai satu sisi miring, 3) tidak mempunyai simetri lipat dan simetri putar, 4) mempunyai dua sisi yang saling tegak lurus.

Gambar 2.4 Segitiga siku-siku

2) Segitiga sembarang (sudut), adalah segitiga yang sudutnya tidak sama

besar (Djuwita, 2015: 16). Sifat-sifat segitiga sembarang yaitu ketiga sudutnya tidak sama besar.

Gambar 2.5 Segitiga sembarang (sudut)

2.1.1.4.2Persegi

Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang sama panjang dan memiliki empat buah sudut siku-siku (Djuwita,


(39)

2015: 4). Sifat-sifat persegi yaitu: 1) mempunyai empat titik sudut, 2) mempunyai empat sudut siku-siku 900, 3) mempunyai dua diagonal yang sama panjang, 4) mempunyai empat simetri lipat, 5) mempunyai empat simetri putar. Contoh benda yang berbentuk persegi adalah ubin, saputangan, dll.

Gambar 2.6 Persegi

2.1.1.4.3Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya, dan memiliki empat buah sudut siku-siku (Djuwita, 2015: 6). Sifat-sifat persegi panjang yaitu: 1) sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, 2) sisi-sisi persegi panjang saling tegak lurus, 3) mempunyai empat sudut siku-siku 900, 4) mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik, 5) mempunyai dua simetri lipat, 6) mempunyai dua simetri putar. Contoh benda yang berbentuk persegi panjang adalah papan tulis, uang kertas, pintu rumah, dll.

Gambar 2.7 Persegi Panjang

2.1.1.4.4Lingkaran

Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana beraturan, membagi bidang menjadi bagian luar dan bagian dalam (Djuwita, 2015: 28). Sifat-sifat lingkaran yaitu: 1) mempunyai satu titik pusat, 2) jumlah derajat lingkaran sebesar 3600,


(40)

3) memiliki simetri lipat dan simetri putar yang jumlahnya tak terhingga. Contoh benda berbentuk lingkaran adalah uang koin, roda, dll.

Gambar 2.8 Lingkaran

Materi geometri tentang bangun datar sederhana yang merupakan salah satu materi yang penting untuk dipelajari dalam matematika hendaknya dipelajari dengan cara yang tepat. Pembelajaran geometri dalam pengajarannya dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan konsep pembelajaran geometri. Salah satu model pembelajaran yang secara khusus dapat diterapkan dalam pembelajaran geometri yaitu model pembelajaran berdasarkan teori van

Hiele. van Hiele merupakan tokoh matematika yang ahli dalam teori tentang

konsep pembelajaran geometri.

2.1.2 Teori Pembelajaran van Hiele 2.1.2.3Sejarah van Hiele

Teori van Hiele dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre van Hiele dan isterinya yaitu Dina van Hiele yang mengungkapkan tentang proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri (Mason, 2002: 4). van Hiele telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasi pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan oleh van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Penelitian tersebut mereka selesaikan bersama di


(41)

menyelesaikan disertasinya, Pierre van Hiele kemudian mengklarifikasi, mengubah, dan memajukan teorinya sehingga muncullah teori pembelajaran van

Hiele (Crowley, 1987: 1).

Teori van Hiele telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri di sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah contoh negara yang telah mengubah kurikulum geometri berdasar pada teori van Hiele. Uni Soviet melakukan perubahan kurikulum menjadi sesuai dengan teori van Hiele pada tahun 1960-an, sedangkan di Amerika Serikat pengaruh teori van Hiele mulai terasa sekitar permulaan tahun 1970-an. Sejak tahun 1980-an, terjadi peningkatan minat penelitian yang memusatkan pada teori van Hiele (Crowley, 1987: 1). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri.

2.1.2.4Tahapan Berpikir Geometri menurut van Hiele

Model pembelajaran van Hiele memiliki hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang cara kita berpikir dan jenis ide-ide geometri yang kita pikirkan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahapan berpikir geometri menurut van Hiele (Walle, 2007: 151-154) :

a) Level 0: Visualisasi

Siswa-siswa pada tingkatan awal ini mengenal dan menamakan bentuk-bentuk berdasarkan pada karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk-bentuk-bentuk tersebut. Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk-bentuk yang dapat diamati,


(42)

dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Tujuan umum tingkatan ini yaitu menelusuri bagaimana bentuk-bentuk serupa atau berbeda, serta menerapkan ide-ide ini untuk membuat berbagai kelompok dari bentuk-bentuk (baik secara fisik maupun mental).

b) Level 1: Analisis

Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual. Siswa pada tingkat analisis dapat menyatakan semua bentuk dalam golongan selain bentuk satuannya. Siswa juga mulai mengerti bahwa kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ ciri-cirinya. Hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.

c) Level 2: Deduksi Informal

Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk. Siswa pada tingkat 2 akan dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal, deduktif tentang bentuk dan sifat-sifatnya. Hasil pemikiran pada level 2 adalah hubungan diantara sifat-sifat objek geometri.

d) Level 3: Deduksi

Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan diantara sifat-sifat objek geometri. Siswa pada tingkat ini mampu bekerja dengan pernyataan-pernyataan abstrak tentang sifat-sifat geometri dan membuat kesimpulan lebih berdasarkan pada logika daripada naluri.

e) Level 4: Ketepatan

Objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri. Tingkat teratas dalam tingkatan van Hiele, objek-objek perhatian adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya penyimpulannya dalam sistem. Hasil


(43)

pemikiran dari tingkat 4 berupa perbandingan dan perbedaan diantara berbagai sistem-sistem geometri dasar.

Siswa kelas II termasuk ke dalam level 0 yaitu visualisasi. Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk-bentuk yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Sehingga kegiatan pembelajaran mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi benda-benda disekitar siswa yang dapat diamati dan dirasakan sendiri oleh siswa.

2.1.1.2Lima Fase Model Pembelajaran van Hiele

van Hiele menegaskan bahwa kemajuan melalui tingkat lebih tergantung

pada usia atau pematangan metode, instruksi organisasi, konten dan bahan yang digunakan merupakan area penting yang menjadi perhatian pedagogis. Mengatasi masalah ini, van Hiele mengungkapkan lima fase urutan pembelajaran yaitu penyelidikan, orientasi langsung, penjelasan, orientasi bebas, dan integrasi (Crowley, 1987: 5), berikut adalah penjelasannya:

a) Fase 1: Penyelidikan/ Informasi

Fase awal ini, guru dan siswa terlibat dalam percakapan dan aktivitas tentang obyek belajar pada tingkat ini. Pengamatan dilakukan, pertanyaan dimunculkan, dan tingkat spesifik kosakata diperkenalkan. Tujuan dari kegiatan ini adalah guru belajar memahami pengetahuan yang siswa miliki tentang topik yang dibahas dan siswa belajar tentang arah penyelidikan lebih lanjut yang akan diambil.

b) Fase 2: Orientasi Langsung

Siswa mengeksplorasi topik pembelajaran melalui bahan-bahan yang telah diurutkan oleh guru secara cermat seperti pelipatan, pengukuran, atau


(44)

pengkonstruksian. Kegiatan ini secara bertahap harus mengungkapkan kepada siswa struktur karakteristik pada fase ini. Oleh karena itu, banyak materi akan menjadi tugas singkat yang dirancang untuk memperoleh respon tertentu.

c) Fase 3: Penjelasan

Pada fase ini, untuk membangun pengalaman siswa sebelumnya, siswa saling mengekspresikan dan bertukar pandangan yang muncul tentang topik yang telah diamati dengan kata-kata mereka sendiri. Guru membantu siswa dalam menggunakan kosa kata yang benar dan akurat dan guru memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan. Selain untuk membantu siswa dalam menggunakan bahasa yang akurat dan tepat, peran guru menjadi lebih minim. Hal ini terjadi selama fase ini sehingga sistem hubungan pada tingkat ini mulai menjadi jelas.

d) Fase 4: Orientasi Bebas

Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang mereka pelajari untuk memecahkan soal dan memeriksa tugas yang lebih terbuka (open-ended). Siswa dengan mengorientasikan diri di bidang investigasi, banyak hubungan antara obyek penelitian menjadi eksplisit bagi siswa.

e) Fase 5: Integrasi

Siswa meringkas/ membuat ringkasan dan mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan gambaran dari suatu jaringan baru objek-objek dan relasi-relasi. Pada akhir fase kelima, siswa telah mencapai tingkat baru pemikiran. Domain baru pemikiran menggantikan yang lama, dan siswa siap untuk mengulang tahapan pembelajaran di tingkat berikutnya.


(45)

Secara kolektif, lima fase tersebut membuat masa, yang merupakan proses pembelajaran yang mengarahkan siswa dari satu tingkat ke tingkat berikutnya. Siswa harus dialihkan melalui setiap fase dalam rangka mengembangkan pemahaman konsep (Martin, 2007: 23).

Model pembelajaran van Hiele yang telah diuraikan di atas tidak terlepas dari pembelajaran yang kontekstual. Hal tersebut terbukti dari sumber belajar dan media yang digunakan dalam model pembelajaran van Hiele. Sumber belajar dan media yang digunakan diperoleh dari pengalaman siswa dan lingkungan sekitar siswa.

2.1.3 Pembelajaran Kontekstual

Pengertian dari pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2011: 189) adalah konsep belajar

yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengertian lain dari pembelajaran kontekstual menurut Johnson (dalam Sugiyanto, 2011: 14) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan hal-hal yan teoritis ke praktis (Taniredja, 2014: 50). Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pembelajaran


(46)

kontekstual adalah sebuah konsep belajar dalam pendidikan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari.

Penerapan model pembelajaran van Hiele dalam pembelajaran matematika materi geometri yang telah diuraikan, secara garis besar bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan atau inteligensi yang dimiliki setiap siswa. Salah satu teori yang membahas tentang macam-macam kecerdasan yang dimiliki setiap orang adalah Howard Gardner. Howard Gardner mengungkapkan ada sembilan kecerdasan atau inteligensi ganda yang dimiliki setiap orang.

2.1.4 Teori Intelegensi Ganda Howard Gardner 2.1.4.1 Pengertian Intelegensi

Kemampuan atau intelegensi merupakan kemahiran atau keterampilan yang ditunjukkan seseorang dalam memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemunya dalam kehidupan (Suparno, 2004: 21). Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yan mempunyai nilai budaya (Armstrong, 2002: 19). Menurut Gardner, inteligensi seseorang bukan hanya dapat diukur dengan tes tertulis, melainkan lebih cocok dengan cara begaimana orang tersebut memecahkan persoalan dalam hidup nyata. Inteligensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan intelegensi itu banyak jumlahnya.

2.1.4.2 Inteligensi Ganda

Teori intelegensi ganda (multiple intellegences) dikembangkan oleh Howard Gardner. Howard Gardner adalah seorang ahli psikologi perkembangan


(47)

dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University,

Amerika Serikat. Gardner mengusulkan dalam bukunya “Frames of Mind : The

Theory of Multiple Intelligences”, bahwa kecerdasan memiliki sembilan

komponen dan menamakan kesembilan komponen tersebut sebagai sembilan kecerdasan ganda (Lwin,dkk, 2008: 2). Sembilan kecerdasan ganda yang diungkapkan oleh Howard Gardner adalah: 1) inteligensi linguistik (linguistic

intelligence), 2) inteligensi matematis-logis (logical mathematical intelligence),

3) inteligensi ruang-visual (spatial intelligence), 4) inteligensi kinestetik-badani (bodily-kinesthetic intelligence), 5) inteligensi musikal (musical intelligence), 6) inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence), 7) inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence), 8) inteligensi lingkungan (naturalist

intelligence), dan 9) inteligensi eksistensial (existential intelligence). Penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan kecerdasan ruang-visual.

2.1.4.2.1 Kecerdasan matematis-logis (logical mathematical intelligence)

Kecerdasan matematis-logis merupakan kemampuan untuk menangani bilangan, perhitungan, pola, pemikiran logis dan ilmiah (Lwin,dkk, 2008: 43). Cara mengembangkan kecerdasan matematis-logis yang dimiliki siswa adalah siswa dapat dilatih membuat simbol, membuat kesimpulan dari konkret ke abstrak, membuat garis besar jalan pikiran, membuat grafik, mengurutkan bilangan, berhitung, membiasakan problem solving. Hal tersebut membantu siswa untuk mengembangkan penalaran dengan selalu melihat sebab-akibatnya (Suparno, 2004: 67). Pada penelitian ini siswa diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan matematis-logis dalam materi bangun datar sederhana dengan


(48)

menghitung jumlah sisi dan sudut macam-macam bangun datar sederhana (segitiga, segi empat, dan lingkaran).

2.1.4.2.2 Kecerdasan ruang-visual (spatial intelligence)

Kecerdasan ruang-visual merupakan kemampuan untuk

memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi (Armstrong, 2002: 20). Cara mengembangkan kecerdasan ruang-visual yang dimiliki siswa adalah siswa dapat dilatih membayangkan sesuatu bentuk/ benda di otaknya, berlatih dengan warna, menggambar, membuat peta, membangun suatu bangun petak-petak yang mengembangkan gambaran, mematung, bermain mencari jejak, mengamati gambar 3 dimensi sesuai dengan situasi kelas (Suparno, 2004: 70). Pada penelitian ini siswa diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan ruang-visual dalam materi bangun datar sederhana dengan mengenal dan memahami bentuk benda 2 dimensi yang merupakan bangun datar sederhana (segitiga, segi empat, dan lingkaran).

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian tentang Pembelajaran Berdasarkan teori van Hiele

Peneliti memaparkan 4 hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang pembelajaran menggunakan model van Hiele yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat penelitian tersebut.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Lonnie pada tahun 2002 dengan

judul “Assessing The Effect of an Instructional Intervention on The Geometric

Understanding of Learners in a South African Primary School”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pemahaman geometri siswa


(49)

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui penerapan teori van Hiele. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak positif yang nyata pada hasil kinerja kelompok eksperimen dan hasil tersebut ditunjukkan dalam persentase hasil nilai pre-test dan post-test.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Pareka pada tahun 2014 dengan

judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran van Hiele terhadap

Kemampuan Memahami pada Kosep Geometri Bangun Datar dalam Pelajaran Matematika Kelas V SD”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan memahami pada konsep geometri bangun datar. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Hasil penelitian menujukkan bahwa penggunaan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Kemampuan memahami kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Sasmita, dkk pada tahun 2012

dengan judul “Pengaruh Teori Belajar van Hiele dalam Pembelajaran Geometri

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V di Desa Sinabun”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan teori van Hiele dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di desa Sinabun. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan teori van Hiele lebih baik dari


(50)

pada hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang keempat dilakukan oleh Kusumawati pada tahun 2015 dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Lingkaran Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, untuk menghasilkan perangkat pembelajaran geometri dan untuk mengetahui hasil implementasi perangkat pembelajaran geometri materi lingkaran berdasarkan teori

van Hiele untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian pengembangan (R & D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi siswa yang diperoleh sebelum menggunakan teori van Hiele lebih rendah dibanding setelah siswa menggunakan teori van Hiele.

Keempat penelitian yang telah dipaparkan di atas digunakan peneliti untuk menambah referensi terhadap penelitian yang menggunakan model van Hiele dalam pembelajaran geometri di sekolah dasar. Semua penelitian relevan yang dipaparkan tersebut menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan dan pengaruh terhadap penelitian yang dilakukan. Semua penelitian yang dipaparkan sudah relevan dengan penerapan model pembelajaran van Hiele dalam pembelajaran geometri, namun penelitian-penelitian tersebut belum ada yang membahas tentang pengaruh atau penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan memahami konsep geometri bangun datar di kelas bawah. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk membuat penelitian baru untuk melengkapi, memperkaya, dan menambah wawasan tehadap penelitian-penelitian sebelumnya.


(51)

2.2.1 Peta Konsep Penelitian yang Relevan

Bagan 2.1 Peta Konsep Penelitian yang Relevan Lonnie (2002)

Teori van Hiele meningkatkan hasil kinerja siswa yang tampak pada nilai post-test kelompok eksperimen.

Pareka (2014)

Model pembelajaran van Hiele meningkatkan kemampuan memahami konsep bangun datar siswa kelas V.

Yang akan diteliti

Ratnasari, Sisilia Bety (2016)

“Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran

Geometri Materi Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”

Sasmita, dkk (2012) Hasil belajar siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran geometri menggunakan teori

van Hiele lebih baik daripada

siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

Kusumawati (2015) Teori van Hiele meningkatkan prestasi siswa V dalam memahami materi lingkaran.


(52)

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian Lonnie (2002) menginspirasi peneliti jika teori van Hiele meningkatkan hasil kinerja siswa yang tampak pada nilai post-test kelompok eksperimen. Penelitian Pareka (2014) menginspirasi peneliti jika model pembelajaran van Hiele meningkatkan kemampuan memahami konsep bangun datar siswa kelas V. Menurut penelitian Sasmita (2012), hasil belajar siswa pun bisa lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Selain itu, menurut penelitian Kusumawati (2015), prestasi siswa dalam mempelajari materi lingkaran dapat meningkat. Keempat penelitian tersebut menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran kelas II tentang bangun datar sederhana, khususnya mengenai macam dan unsur bangun datar segitiga, segi empat (persegi dan persegi panjang), dan lingkaran dengan menerapkan model pembelajaran van Hiele. Ada 3 perangkat pembelajaran yang peneliti kembangkan. Pembelajaran I tentang materi mengenal macam-macam segitiga, pembelajaran II tentang materi mengenal macam-macam segi empat, dan pembelajaran III tentang materi unsur-unsur lingkaran.

Prototipe perangkat pembelajaran tersebut peneliti susun untuk menjawab permasalahan siswa di SD Negeri Sendangadi 2. Permasalahan yang ada ialah siswa belum paham tentang macam-macam segitiga, macam-macam segiempat, dan unsur (sisi dan sudut) lingkaran. Prototipe perangkat pembelajaran tersebut peneliti kembangkan juga untuk menjawab kebutuhan guru yang memerlukan satu contoh model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami materi geometri tentang bangun datar sederhana.


(53)

Prototipe perangkat pembelajaran peneliti kembangkan dengan memperhatikan tingkat berpikir siswa kelas II yang termasuk ke dalam level 0 yaitu visualisasi. Tujuannya adalah mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi benda-benda berbentuk bangun datar sederhana di sekitar siswa dengan mengamati dan merasakan sendiri bentuk benda tersebut. hal tersebut menjadi acuan bagi peneliti dalam menyusun RPP menggunakan lima fase van Hiele yaitu: 1) fase informasi, 2) fase orientasi langsung, 3) fase penjelasan, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase integrasi.

2.4 Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimana proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

2.4.2 Bagaimana kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri model van

Hiele dalam membantu siswa kelas II memahami konsep bangun datar


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini terdiri dari enam bagian. Enam bagian tersebut akan membahas jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, instrumen penelitian teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan atau biasa disebut R&D (Research and Development). Penelitian pengembangan (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). Pengertian penelitian pengembangan lain juga diungkapkan oleh Sukmadinata (2011: 164), yaitu suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang proses atau langkah-langkahnya bertujuan untuk menghasilkan produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada.

Menurut Sugiyono (2011: 298) penelitian R&D memiliki 10 langkah yang terdiri dari: (1) analisis potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal.


(55)

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan menurut Sugiyono

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SD Negeri Sendangadi 2. Sekolah tersebut terletak di Tegalturi, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. SD Negeri Sendangadi merupakan sekolah inklusi yang memiliki beberapa siswa berkebutuhan khusus.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2015 sampai Februari 2016. Tahap pelaksanaan penelitian dideskripsikan pada jadwal penelitian.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II di SD Negeri Sendangadi 2. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas II. Adapun siswa di kelas ini berjumlah 14 siswa.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan data

Desain Produk

Validasi Desain

Uji coba pemakaian

Revisi Produk

Ujicoba Produk

Revisi Desain

Revisi Produk

Produksi Masal


(56)

3.2.4 Objek Penelitian

Objek penelitian berupa pengembangan produk prototipe perangkat pembelajaran geometri menggunakan model pembelajaran van Hiele pada mata pelajaran matematika materi bangun datar sederhana.

3.3 Rancangan Penelitian

Sugiyono (2011: 298) menguraikan 10 langkah penelitian R&D yang terdiri dari: (1) analisis potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi massal. 3.3.1 Potensi dan Masalah

Penelitian dapat dilakukan berdasarkan adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang diungkapkan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data yang empirik.

3.3.2 Pengumpulan data

Langkah selanjutnya setelah mengetahui potensi dan masalah yaitu mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang akan dicapai.

3.3.3 Desain Produk

Desain produk penelitian dan pengembangan berupa desain produk baru yang disesuaikan dengan kesulitan yang dialami siswa dan kebutuhan guru


(57)

dalam pembelajaran geometri yang telah diketahui sebelumnya. Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa silabus, RPP, bahan ajar, LKS dan penilaian. Penilaian yang didesain berupa rubrik penilaian proses pembelajaran dan penilaian soal evaluasi.

3.3.4 Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang. Setiap pakar atau tenaga ahli diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.

3.3.5 Revisi Desain

Langkah selanjutnya setelah desain produk divaidasi oleh pakar atau para ahli, maka kelemahannya akan dapat diketahui. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Orang yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang akan menghasilkan produk tersebut.

3.3.6 Uji Coba Produk

Desain yang telah direvisi kemudian diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi keefektifan dan keefisiensian metode mengajar yang baru dan metode mengajar yang lama.


(58)

3.3.7 Revisi Produk

Revisi produk dilakukan agar produk yang telah dibuat dapat benar-benar teruji baik untuk digunakan. Revisi perlu terus dilakukan jika produk masih memiliki kelemahan dan kekurangan.

3.3.8 Uji Coba Pemakaian

Produk dapat diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas apabila pengujian produk dan telah direvisi. Penerapan produk tersebut masih tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

3.3.9 Revisi Produk

Revisi produk perlu dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Revisi pada tahap ini merupakan revisi tahap akhir untuk menyempurnakan dan membuat produk baru lagi. 3.3.10 Produksi Massal

Pembuatan produk masal dillakukan apabila produk yang telah diujicobakan dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Pembuatan produk masal dapat diterapkan pada pembelajaran selanjutnya.

3.4 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti menerapkan prosedur penelitian pengembangan menurut Sugiyono, namun langkah prosedur yang diterapkan hanya sampai pada tahap uji coba produk. Peneliti melakukan langkah-langkah pengembangan dengan penjabaran sebagai berikut:


(59)

3.4.1 Potensi dan masalah

Peneliti mencari potensi dan masalah di SD Negeri Sendangadi 2 menggunakan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan mengobservasi pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana di kelas II.

3.4.2 Pengumpulan data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara menyebarkan angket pra-penelitian kepada 2 guru kelas II di SD Negeri Sendangadi 2 dan SD Negeri Gunungpring 3. Peneliti juga menyebarkan angket kepada siswa kelas III di SD Negeri Sendangadi 2 pada awal semester ganjil. Angket disebarkan kepada siswa kelas III pada awal semester ganjil karena siswa telah mengalami pembelajaran materi bangun datar sederhana saat di kelas II. Data yang diperoleh akan digunakan peneliti untuk mengetahui kesulitan siswa dan membantu menentukan kebutuhan guru dalam pembelajaran geometri agar dapat menjadi acuan untuk merancang produk prototipe berupa perangkat pembelajaran geometri berdasarkan teori van

Hiele.

3.4.3 Desain produk

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk kelas II SD. Prototipe terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama: a) tentang kekhasan tingkat berpikir dalam belajar geometri berdasarkan van Hiele, b) lima fase dalam pembelajaran van


(60)

berisi silabus dan 3 RPP tentang materi bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran. Bagian ketiga berisi LKS untuk pembelajaran 1 materi segitiga, pembelajaran 2 materi persegi dan persegi panjang, dan pembelajaran 3 materi lingkaran.

3.4.4 Validasi desain

Produk divalidasi oleh 1 dosen ahli matematika dan 1 guru kelas II. Validasi desain dilakukan dosen ahli dan guru dengan memberi skor pada lembar validasi yang memuat pernyataan tentang produk yang dibuat. 3.4.5 Revisi desain

Revisi dilakukan apabila mendapatkan kritik dan saran dari hasil validasi oleh dosen ahli dan guru kelas II. Kekurangan tersebut selanjutnya direvisi oleh peneliti sesuai dengan masukan dari 1 dosen ahli dan 1 guru kelas tersebut. Revisi desain produk tersebut bertujuan agar produk yang dibuat menjadi lebih berkualitas.

3.4.6 Uji coba produk

Peneliti melakukan uji coba produk terbatas di kelas II SD Negeri Sendangadi 2. Uji coba produk tersebut bertujuan untuk memperkuat keyakinan peneliti bahwa perangkat pembelajaran yang dibuat layak untuk digunakan di sekolah.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpulan data dalam suatu penelitian, sehingga skala pengukuran instrumen dapat menentukan satuan yang diperoleh, sekaligus jenis data atau tingkatan data (Siregar, 2010: 138). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,


(61)

angket pra-penelitian, lembar validasi angket pra-penelitian, lembar validasi produk, dan instrumen tes fase van Hiele.

3.5.1 Lembar Observasi

Peneliti melakukan observasi dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi sebagai pedoman dalam melakukan observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mencatat cara guru dalam mengajarkan materi bangun datar sederhana dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran 1.1. Adapun kisi-kisi lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi

No Aspek Pernyataan

1. Media yang digunakan Penggunaan media dalam pembelajaran

2. Metode yang diterapkan Penerapan metode pembelajaran tertentu untuk membantu siswa dalam memahami materi.

3. Model yang diterapkan Penerapan model pembelajaran tertentu untuk membantu siswa dalam memahami materi.

4. Kesulitan siswa Kesulitan yang sering muncul pada siswa.

3.5.2 Angket pra-penelitian

Angket pra-penelitian diberikan kepada guru dan siswa. Berikut ini adalah angket pra penelitian yang diberikan kepada guru dan siswa:

3.5.2.1Angket pra-penelitian untuk guru

Angket pra-penelitian untuk guru diberikan kepada 2 guru kelas II. Angket tersebut diberikan untuk mengetahui cara dan permasalahan guru dalam mengajarkan materi bangun datar sederhana. Angket pra-penelitian yang


(62)

digunakan peneliti dapat dilihat pada lampiran 2.1. Adapun kisi-kisi angket pra-penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian untuk Guru

Aspek No Item Pertanyaan

1. Cara guru mengajarkan bangun datar kepada anak: a. Segitiga b. Segiempat

c. Lingkaran 1-4

1. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan metode

2. pembelajaran tertentu untuk membantu anak dalam memahami macam-macam bentuk bangun datar? 3. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan model

pembelajaran tertentu untuk membantu anak dalam memahami macam-macam bentuk bangun datar? 4. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggunakan media

pembelajaran pada saat mengajarkan macam-macam bentuk bangun datar?

5. Kesulitan apa yang sering muncul pada siswa saat pembelajaran macam-macam bentuk bangun datar? 2. Cara guru

mengajarkan unsur-unsur bangun datar:

a. Segitiga b. Segiempat c. Lingkaran

5-8

6. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan metode pembelajaran tertentu untuk membantu anak dalam memahami unsur-unsur bangun datar?

7. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan model pembelajaran tertentu untuk membantu anak dalam memahami unsur-unsur bangun datar?

8. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggunakan media pembelajaran pada saat mengajarkan unsur-unsur bangun datar?

9. Kesulitan apa yang sering muncul pada siswa saat pembelajaran unsur-unsur bangun datar?

3.5.2.2Angket pra-penelitian untuk siswa

Angket pra-penelitian untuk siswa diberikan kepada siswa kelas II. Angket tersebut diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa akan materi bangun datar sederhana dan materi bangun datar sederhana yang sulit dipahami oleh siswa. Angket pra-penelitian untuk siswa yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran 2.3. Adapun isi-kisi angket pra-penelitian untuk siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian untuk Siswa

No Aspek Nomor

item Pernyataan

1. Manfaat mempelajari geometri bagi

anak : 1-2

1. Mengetahui macam-macam bentuk segitiga.


(63)

Macam-macam bentuk bangun datar: a. Segitiga

b. Segiempat 3-5

2. Mengetahui macam-macam bentuk segiempat.

c. Lingkaran 6 3. Mengetahui bentuk lingkaran.

2.

Unsur-unsur yang ada pada bangun datar:

a. Segitiga

7-8

4. Mengetahui unsur-unsur yang ada pada bangun datar segitiga.

b. Segiempat 9-11

5. Mengetahui unsur-unsur yang ada pada bangun datar segiempat.

c. Lingkaran 12-13

6. Mengetahui unsur-unsur yang ada pada bangun datar lingkaran.

3.5.3 Lembar validasi angket pra-penelitian

Lembar validasi angket pra-penelitian untuk guru dan siswa diberikan kepada dosen ahli matematika. Lembar validasi berisi komponen penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan atau kesesuaian instrumen yang akan digunakan.

3.5.3.1Lembar validasi angket pra-penelitian guru oleh dosen ahli

Angket pra-penelitian untuk guru kelas II divalidasi oleh 1 dosen ahli matematika dengan memberikan skor pada lembar validasi. Lembar validasi angket pra-penelitian guru untuk dosen ahli yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran 3.1. Adapun kisi-kisi lembar validasi angket pra-penelitian guru untuk dosenahli dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Guru untuk Dosen

Ahli

No Aspek Nomor

item Pernyataan

1. Bahasa

1

a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.


(1)

11. Panjang sisi AB pada persegi panjang di bawah ini adalah………..

Perhatikan gambar berikut ini!

12. Bangun datar di atas yang berbentuk persegi yaitu……… dan ……….

13. Bangun datar di atas yang berbentuk persegi panjang yaitu………. dan ……..

14. Bangun datar segiempat yang telah kita pelajari ada 2 macam

yaitu…………. dan ………..

15. Contoh benda yang berbentuk persegi panjang adalah….. A


(2)

Refleksiku!

1. Hari ini kita telah belajar tentang bangun datar persegi dan persegi panjang. Apa yang kamu dapatkan dari pembelajaran tersebut?

2. Di lingkungan sekitar kita ada banyak benda berbentuk persegi dan persegi panjang. Coba kamu sebutkan benda-benda yang berbentuk persegi dan persegi panjang!

3. Coba sebutkan manfaat belajar persegi dan persegi panjang dalam kehidupan sehari-hari!


(3)

Siswa menyanyikan lagu “Segi Empat” dan tanya jawab tentang isi lagu.

Siswa mengamati contoh benda segi empat yang ditunjukkan guru


(4)

Siswa melakukan presentasi

Siswa menyusun puzzle segi empat


(5)

Siswa mengerjakan soal evaluasi

Siswa merangkum materi pembelajaran


(6)

LAMPIRAN 8. CURRICULUM VITAE

Penulis bernama lengkap Sisilia Bety Ratnasari lahir di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 13 Maret 1994 merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri Bapak Sukijo Antonius dan Ibu Albertina Sumarni. Penulis sekarang bertempat tinggal di RT 02 RW 26 Dusun Setran Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Kanisius Jetis Depok Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman lulus pada tahun 2006, SMP Pangudi Luhur Moyudan Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman lulus pada tahun 2009, SMA Pangudi Luhur Sedayu Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul lulus pada tahun 2012, mulai tahun 2012 sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 PGSD Universitas Sanata Dharma.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENYAJIAN PEMBELAJARAN MATERI GEOMETRI PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) SD BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

0 5 16

ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE(Sebuah Studi Kasus).

0 1 27

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS TEORI VAN HIELE.

0 1 25

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS TEORI VAN HIELE.

0 1 31

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori van hiele untuk siswa kelas I sekolah dasar.

7 54 174

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori van hiele untuk siswa kelas III sekolah dasar.

0 1 194

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van hiele untuk siswa kelas V sekolah dasar.

6 25 224

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun ruang berdasarkan model van Hiele untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 1 207

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun ruang sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 0 158

Penerapan Fase-fase Pembelajaran Geometri Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Materi Bangun Datar Sederhana Siswa Kelas II SDN Dabasah 1 Bondowoso

0 0 5