100 ditentukan. Terdapat 6 siswa yang belum mencapai keberhasilan yaitu mencapai
nilai ≥75. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan kognitif siswa yang ditunjukan dari hasil tes siswa yang jauh lebih rendah dari nilai siswa yang lain
dan siswa kurang mengikuti proses pembelajaran menggunakan Sustained Silent Reading SSR. Selain itu, rasa percaya diri siswa tersebut masih kurang yang
ditunjukan saat kegiatan pembelajaran jarang atau bahkan tidak pernah berpendapat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bloom dan Piaget Farida
Rahim, 2011: 20 bahwa pemahaman merupakan dimensi hierarkis kognitif. Namun, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat
dan percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil resiko. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan aspek afektif pada siswa yang belum mengalami peningkatan pada keterampilan membaca pemahaman yang dapat dilakukan pada proses
pembelajaran selanjutnya oleh guru.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian peningkatan keterampilan membaca pemahaman melalui Sustained Silent Reading SSR pada siswa kelas V SD Negeri Serang ini
dipandang masih terdapat beberapa keterbatasan yaitu: 1 masih terdapat siswa yang belum bisa melaksanakan Sustained Silent Reading SSR sesuai dengan
tahapan dan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan, 2 keterbatasan pengamat, dimana jumlah pengamat dengan subyek yang diamati berbanding
101 jauh, pengamat yang dilakukan oleh satu orang harus mengamati 22 subyek,
sehingga dimungkinkan data yang diperoleh kurang cermat dan kurang spesifik.
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD
Negeri Serang dapat meningkat melalui pelaksanaan Sustained Silent Reading SSR.
Peningkatan diketahui berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dimana siswa menjadi lebih terbiasa dalam membaca dan memahami isi
bacaan. Selain itu, siswa lebih aktif dalam berpendapat karena sudah mengetahui dan memahami isi bacaan. Sebagian besar siswa sudah bisa
mengikuti pelaksanaan Sustained Silent Reading SSR dengan sesuai, walaupun masih ada beberapa siswa yang belum bisa langsung melakukan hal
tersebut seperti masih mengeluarkan suara saat membaca dan menggunakan alat sebagai penunjuk saat membaca.
Peningkatan juga diketahui berdasarkan persentase aktivitas siswa pada proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman setelah menggunakan
SSR. Peningkatan aktivitas tersebut yaitu siklus II meningkat sebanyak 28,64 dari persentase 46,36 kategori rendah pada pratindakan menjadi 75
kategori sangat tinggi pada siklus II dan peningkatan sebanyak 15,46 dari persentase 59,54 kategori tinggi pada siklus I menjadi 75 kategori
sangat tinggi pada siklus II.