PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI SUSTAINED SILENT READING (SSR) DI KELAS V SD NEGERI SERANG PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO.

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI SUSTAINED SILENT READING (SSR) DI KELAS V

SD NEGERI SERANG PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Nofingatun Munawaroh NIM 13108241166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI SUSTAINED SILENT READING (SSR) DI KELAS V

SD NEGERI SERANG PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO

Oleh

Nofingatun Munawaroh NIM 13108241166

ABSTRAK

Penelitian ini disusun dengan tujuan: (1) meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR), dan (2) meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) pada siswa kelas V SD Negeri Serang.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif antara peneliti dan guru dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 yaitu bulan Maret-April. Subjek penelitian siswa kelas V SD Negeri Serang yang terdiri dari 22 siswa. Objek penelitian adalah keterampilan membaca pemahaman. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes, dan dokumentasi. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan mencari nilai rata-rata. Data kualitatif dianalisis deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan data hasil observasi dan dokumentasi.

Proses pembelajaran membaca pemahaman melalui sustained silent reading

meliputi: (1) membaca teks bacaan dengan sustained silent reading, (2) mengamati cara membaca dengan sustained silent reading,(3) tanya jawab tentang isi bacaan, (4) berdiskusi dan mempresentasikan hasil lembar kerja siswa, (5)

reward. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan sustained silent reading dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan proses dan keterampilan membaca pemahaman. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada pratindakan 46,36%, siklus I 59,54%, dan siklus II 75%. Selain itu, nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman meningkat dari pratindakan sebesar 60,72 (kategori cukup), nilai rata-rata pada siklus I sebesar 66,69 (kategori baik), dan nila rata-rata-rata-rata pada siklus II 76,84 (kategori baik).


(3)

iii

IMPROVING READING COMPREHENSION SKILL THROUGH SUSTAINED SILENT READING (SSR) AT FIFTH GRADE SERANG

STATE ELEMENTARY SCHOOL PENGASIH KULON PROGO DISTRICT

By

Nofingatun Munawaroh NIM 13108241166

ABSTRACT

Theresearch aims: (1) to improve reading comprehension learning process through Sustained Silent Reading (SSR), and (2) to improve students reading comprehension skill through Sustained Silent Readin\g (SSR) at the fifth grade ofSerang State Elementary School.

This researchwas a collaborative Classroom Action Research (CAR) between the researcher and the teacher. That used Kemmis and Mc Taggart Model. The researchconducted in March-April, the second semester of year 2016/2017. The subject of the research was22 students of fifth grade students in Serang State Elementary School. The object of the research was reading comprehension skill. The technique used for collecting data were observation, test, and documentation. The quantitative dataanalysis used descriptive statistic by calculated the mean score. The qualitative data analysis used descriptive of qualitative by described observation and documentation data results.

Reading comprehension learning process through Sustained Silent Reading (SSR) consist of: (1) reading literature text by Sustained Silent Reading (SSR), (2) observing the reading method by Sustained Silent Reading (SSR), (3) questioning and answering the literature content, (4) discussing and presenting the students‟ worksheet results, (5) reward. The finding of the research shown that using Sustained Silent Reading (SSR) in the reading comprehension learning process is able to improve reading comprehension skill and process. The result proven by increased of students activity in the learning process 46,36 % before treatment, cycle I 59,54%, and cycle II 75 %. Besides, the mean score of reading comprehension skill increased from 60,72 before treatment, mean of cycle I is 66,69, and mean of cycle II is 76,84.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

PERSEMBAHAN Tugas akhir skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Orang tua dan kakak-kakak yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, bangsa, dan agama.


(8)

viii MOTTO

Bismillahirrahmanirrahim

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan

Kami tinggikan bagimu sebutan namamu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu barharap.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) di Kelas V SD Negeri Serang Pengasih Kabupaten Kulon Progo”.Tugas Akhir Skripsi ini disusun atas bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat sebagai berikut.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan izin penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Dosen Pembimbing Skripsi, Ibu Murtiningsih,M.Pd. yang selalu sabar dalam membimbing sehingga Tugas Akhir Skripsi ini terselesaikan.

5. Validator instrumen penelitian Tugas Akhir Skripsi, H. Sujati, M.Pd. yang telah memberikan saran dan masukan perbaikan sehingga penelitian dapat terlaksana sesuai tujuan.

6. Kepala Sekolah SD Negeri Serang yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman ... 9

1. Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman ... 9

2. Tujuan Keterampilan Membaca Pemahaman ... 12

3. Proses Keterampilan Membaca Pemahaman ... 14

4. Prinsip-prinsip Keterampilan Membaca Pemahaman ... 15

5. Strategi pengajaran Keterampilan Membaca Pemahaman ... 16

6. Jenis Keterampilan Membaca Pemahaman ... 17

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman ... 20

B. Hakikat Sustained Silent Reading (SSR) ... 21

1. Kedudukan Sustained Silent Reading(SSR) dalam Whole Language ... 21

2. Sistained Silent Reading (SSR) ... 24

3. Karakteristik Sustained Silent Reading (SSR) ... 26

4. Tahapan Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) ... 27

C. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 28

1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 28

2. Karakteristik Siswa Kelas V SD ... 32

D. Evaluasi Keterampilan Membaca Pemahaman ... 34


(12)

xii

2. Tes Kompetensi Membaca Pemahaman ... 36

3. Evaluasi Aspek Kognitif Keterampilan Membaca Pemahaman ... 38

E. Penelitian yang Relevan ... 40

F. Kerangka Pikir ... 41

G. Hipotesis ... 44

H. Definisi Operasional Variabel ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian ... 46

C. Setting Penelitian ... 47

D. Desain Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 59

H. Indikator Keberhasilan ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I... 63

2. Deskripsi Hasil Peneitian Siklus II ... 78

B. Pembahasan Penelitian ... 94

1. Peningkatan Proses Pembelajaran ... 94

2. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman ... 96

C. Keterbatasan Penelitian ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Profil Kelas Pratindakan... 46

Tabel 2. Rencana Pelaksanaan PTK ... 50

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Guru ... 54

Tabel 4. Kisi-kisi Observasi Siswa... 55

Tabel 5. Persentase Hasil Observasi Proses Pembelajaran ... 56

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Pratindakan ... 57

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus I... 57

Tabel 8. Hasil Pelaksanaan Validasi Instrumen Expert Judgement ... 58

Tabel 9. Rentang Nilai Siswa ... 59

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri Serang ... 74

Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus I kelas V SD Negeri Serang ... 75

Tabel 12. Peningkatan Hasil Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus I Siswa kelas V SD Negeri Serang ... 76

Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II SiswaKelas V SD Negeri Serang ... 87

Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Serang ... 88

Tabel 15. Peningkatan Hasil Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Serang ... 89

Tabel 16. Perbandingan Skor Hasil Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Serang ... 91

Tabel 17. Nilai Rata-rata Keterampilan Membaca Pemahaman Setiap Siklus Siswa Kelas V SD Negeri Serang ... 92


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 43

Gambar 2. Desain Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart ... 48

Gambar 3. Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru ... 71

Gambar 4. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi ... 72

Gambar 5. Diagram Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus I ... 76

Gambar 6. Siswa Melakukan Diskusi Kelompok ... 83

Gambar 7. Siswa Membaca Teks Bacaan dengan Sustained Silent Reading ... 84

Gambar 8. Siswa Menyampaikan Hasil Membaca Pemahaman ... 85


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa ... 109

Lampiran 2. Nilai Empat Aspek Bahasa ... 110

Lampiran 3. Instrumen Post Test Siklus II ... 111

Lampiran 4. Data Hasil Tes ... 112

Lampiran 5. Hasil Deskripsi Observasi Siswa ... 118

Lampiran 6. Hasil Deskripsi Observasi Guru ... 123

Lampiran 7. Persentase Hasil Observasi Siswa ... 128

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 131

Lampiran 9. Materi Pembelajaran ... 146

Lampiran 10. Teks Bacaan ... 147

Lampiran 11. Soal Tes ... 155

Lampiran 12. Contoh Hasil Pekerjaan Tes Siswa ... 190

Lampiran 13. Surat Keterangan Validasi Instrumen ... 197


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu kemampuan yang wajib dimiliki dan dilakukan oleh semua manusia. Manusia tidak pernah lepas dari kegiatan membaca. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar informasi yang dibutuhkan manusia disampaikan dalam bahasa tulis. Kemampuan membaca dapat dipelajari oleh manusia dalam hal ini siswa di lingkungan sekolah yaitu saat kegiatan pembelajaran. Membaca dilakukan dengan didahului adanya minat membaca dari dalam diri siswa.

Minat membaca berhubungan dengan kemauan siswa untuk membaca suatu bacaan atau informasi. Minat membaca merupakan keinginan, kemauan, dan niat yang berasal dari diri siswa kemudian diwujudkan berupa tindakan berkaitan yaitu kegiatan membaca. Hal tersebut didukung pendapat dari Farida Rahim (2011: 28), yang mengungkapkan bahwa minat membaca merupakan keinginan yang disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Berdasarkan hal tersebut, minat membaca adalah hal yang mendasari keterampilan membaca sehingga keterampilan membaca siswa dapat diciptakan, dikembangkan, dan ditingkatkan. Siswa dengan minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri supaya dapat mengembangkan keterampilan membaca.

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (Anton Yogi Setiawan, 2014: 2), keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan


(17)

2

mempelajarinya di sekolah. Berkaitan hal tersebut berarti keterampilan membaca pada siswa dapat diciptakan, ditumbuhkan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dapat dinilai dari proses kognitif siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang dipelajari dalam hal ini salah satunya bermanfaat untuk memahami isi bacaan atau biasa disebut dengan keterampilan membaca pemahaman. Keterampilan membaca pemahaman merupakan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami isi bacaan. Keterampilan membaca pemahaman dilakukan untuk memperoleh atau mencari tahu tentang informasi, pengetahuan, hiburan, sumber belajar, dan sebagainya. Berkaitan hal diatas, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Serang terlihat bahwa kemauan serta keterampilan membaca pemahaman siswa masih sangat rendah. Hal tersebut terlihat saat siswa diminta membaca teks bacaan, siswa tidak langsung membaca serta membutuhkan waktu yang cukup lama saat membaca. Masih ada siswa yang membaca dengan suara yang cukup keras sehingga menggangu konsentrasi siswa lain. Selain itu, saat kegiatan tanya jawab berlangsung mayoritas siswa masih terlihat bingung dalam menjawab pertanyaan tentang ide pokok bacaan dan arti kata-kata dalam bacaan. Rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa juga dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata tes soal objektif dengan tema kesehatan yaitu 60,72. Nilai rata-rata-rata-rata membaca tersebut lebih rendah dibandingkan keterampilan lain seperti menulis yang mencapai 75,59; menyimak 66,09; dan berbicara 72,63. Hal tersebut dikarenakan


(18)

3

selama pembelajaran berlangsung masih ada siswa yang kurang memperhatikan, menggangu dan berbicara sendiri dengan siswa lain.

Berdasarkan hasil observasi di kelas dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Serang tentang permasalahan tersebut, perlu adanya upaya untuk mengatasi beberapa masalah tersebut. Upaya untuk memahami isi bacaan dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Keterampilan membaca pemahaman dapat dilakukan salah satunya dengan membuat suasana serta teknik membaca yang mendukung. Cara atau teknik tersebut dapat dilakukan melalui membaca diam dengan suasana tenang sehingga siswa lebih berkonsentrasi memahami isi atau informasi bacaan. Hal tersebut didukung oleh Rubin (Farida Rahim, 2011: 130) yang berpendapat bahwa salah satu program untuk meningkatkan keterampilan membaca dengan menumbuhkan kesenangan atau minat membaca adalah melalui Drop Everything and Read

(DEAR) atau juga dikenal juga dengan istilah program membaca Sustained Silent Reading (SSR).

Berdasarkan pendapat tersebut berarti keterampilan membaca pemahaman dapat ditingkatkan diawali dengan meningkatkan kesenangan serta minat siswa untuk membaca sehingga siswa lebih tertarik untuk memahami isi bacaan. Pendapat tersebut sejalan dengan Rotlein dan Meinbach (Farida Rahim, 2011: 131) yang menjelaskan bahwa program SSR merupakan program yang sangat sederhana. SSR merupakan salah satu program yang dimaksudkan untuk membiasakan siswa membaca berkelanjutan sampai kegiatan membaca menjadi kebutuhan bagi siswa untuk memahami isi atau pesan dari bacaan yang telah


(19)

4

dibaca. Kegiatan membaca dapat menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari siswa untuk melakukan pemahaman. Kebutuhan dalam membaca akan mempengaruhi minat siswa dimana nantinya dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam memahami bacaan.

Penggunaan Sustained Silent Reading (SSR) berperan dalam meningkatkan keterampilan membaca, karena dengan SSR siswa dapat lebih berkonsentrasi dan memahami bacaan. Keterampilan membaca pemahaman dapat ditingkatkan menggunakan SSR dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang berlangsung di kelas V SD Negeri Serang terlihat bahwa pembelajaran masih cenderung guru yang lebih aktif menjelaskan sehingga siswa terlalu banyak mendengarkan. Siswa masih ragu-ragu dalam menyampaikan pendapat dan terdapat beberapa siswa belum mau membaca. Berdasakan hasil nilai, masih ada siswa yang kemampuan membaca serta pemahamannya tertinggal dan rendah dibandingkan teman-temannya. Saat diberi tugas oleh guru untuk membaca bacaan serta mengerjakan soal, sebagian siswa masih menggerakan bibir dan bersuara membuat suasana siswa dalam mengerjakan kurang kondusif. Siswa juga hanya membaca bacaan secara sekilas sehingga dimungkinkan pemahaman terhadap bacaan kurang yang buktikan dengan lamanya waktu dalam mengerjakan.

Pembelajaran yang biasa dilakukan adalah menggunakan metode ceramah sehingga siswa terlalu banyak mendengarkan. Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca dengan waktu yang sedikit. Siswa dalam mengerjakan tugas


(20)

5

membaca dan mengerjakan dikelas dilakukan dengan kerja kelompok sehingga tidak semua siswa membaca dan memahaminya kemudian mengandalkan teman satu kelompoknya untuk mengerjakan. Permasalahan diperkuat dengan pelaksanaan waktu membaca siswa dilakukan bersamaan dengan guru memberikan soal dan menjelaskan sehingga siswa kurang konsentrasi dalam membaca.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa adalah dengan membaca diam atau Sustained Silent Reading (SSR). Pelaksanaan SSR membuat siswa lebih berkonsentrasi dalam membaca serta memahami bacaan. Selain itu, SSR hanya mempergunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan sehingga penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan dan memperoleh serta memahami ide-ide dengan usaha sendiri.

Berdasarkan uraian dan data hasil observasi yang telah dijabarkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitiansebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa menggunakan SSR. Peneliti ingin melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) di Kelas V SD Negeri Serang Pengasih Kabupaten Kulon Progo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah peneliti kemukakan diatas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.


(21)

6 1. Rendahnya kemauan siswa dalam membaca.

2. Rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa.

3. Kurangnya konsentrasi siswa saat mengerjakan tugas dari guru karena gangguan siswa lain seperti diajak berbicara sendiri dan membaca dengan suara cukup keras.

4. Kurangnya variasi model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

5. Kurangnya kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan pendapat. 6. Kurangnya peran guru dalam pembelajaran membaca.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi pada masalah seperti berikut.

1. Kurangnya prosespembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V di SD Negeri Serang.

2. Meningkatkan proses pembelajaran membaca dan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) pada siswa kelas V SD Negeri Serang.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.


(22)

7

1. Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman melalui

Sustained Silent Reading (SSR) pada siswa kelas V SD Negeri Serang?

2. Bagaimana meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui

Sustained Silent Reading (SSR) pada siswa kelas V SD Negeri Serang?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan seperti berikut.

1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman melalui

Sustained Silent Reading(SSR) pada siswa kelas V SD Negeri Serang.

2. Untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) pada siswa kelas V SD Negeri Serang.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk:

1) menerapkan Sustained Silent Reading (SSR) dengan baik pada proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran,

2) sebagai bahan acuan guru dalam langkah-langkah pembelajaran supaya dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.


(23)

8

Berdasarkan pelaksanaan penelitian ini, diharapkan sekolah dapat:

1) menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca misalnya dengan menyediakan bahan bacaan atau buku yang sesuai dan menarik perhatian siswa,

2) mengadakan program diluar kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.

3. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1) meningkatkan keterampilan membaca siswa yang selanjutnya diterapkan dalam pembelajaraan dan kegiatan sehari-hari,

2) memberikan pengalaman serta pengetahuan siswa karena dengan membaca siswa dapat mengetahui banyak hal tenang bahan bacaan yang telah dibaca, 3) meningkatkan keterampilan siswa dalam memahami bacaan.


(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A.Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman 1. Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman

Suwaryo Wiryodijoyo (1989: 3) mengungkapkan bahwa untuk memelihara dan memberikan arti bagi hidupnya, manusia memerlukan berbagai keterampilan. Keterampilan yang perlu dikembangkan tersebut diawali dengan keterampilan berbicara, setelah dapat berbicara dengan lancar kemudian dikembangkan lagi menjadi keterampilan membaca. Menurut Pramila Ahuja dan G. C. Ahuja (2010: 61) kemampuan membaca dengan baik adalah salah satu keterampilan paling berharga yang dapat dicapai oleh manusia. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2013: 254) berpendapat bahwa keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan membaca sangat diperlukan dan menjadi keterampilan yang wajib dimiliki setiap siswa.

Membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki manusia. Saat ini, sebagian besar informasi disampaikan secara tertulis sehingga keterampilan membaca perlu dipelajari manusia terutama oleh siswa. Menurut Henry Guntur Tarigan (2015: 7) membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dalman (2013: 5) mengemukakan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Sedangkan, Yunus Abidin (2012: 147) mengemukakan bahwa membaca


(25)

10

secara sederhana dikatakan sebagai proses membunyikan lambang bahasa tertulis. Selain itu, menurut Tampubolon (2015: 5) membaca merupakan komunikasi tulisan dimana lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf, dalam hal ini huruf alfabet latin. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses yang dilakukan pembaca untuk menemukan dan memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan yang disampaikan penulis dalam bentuk bahasa tulis atau kata-kata.

Membaca memerlukan keterampilan untuk menemukan dan memahami isi atau informasi dalam bacaan. Berkaitan hal tersebut, membaca mempunyai beberapa tahapan. Menurut Dalman (2013: 85-87) terdapat dua tahapan membaca yaitu membaca permulaan atau membaca mekanik dan membaca pemahaman atau membaca lanjut. Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Sedangkan, membaca pemahaman atau membaca lanjut merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi dimana pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan.

Kasihani K. E. Suyanto (2010: 65) berpendapat bahwa membaca pemahaman (reading comprehension) merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari teks atau bahan bacaan yang dibaca. Membaca pemahaman juga merupakan rekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca sehingga dalam proses membaca terjadi interaksi bahasa dan pikiran. Sejalan pendapat tersebut, menurut Rubin (1982: 106) membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks serta mencakup dua


(26)

11

kemampuan utama yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Pendapat tersebut memandang bahwa dalam membaca pemahaman terjadi konsentrasi dua arah dalam pikiran pembaca yaitu aktif merespon dengan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis.

Membaca pemahaman menurut Dalman (2013: 87) merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Lebih lanjut Dalman mendefinisikan membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami) dimana pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Pendapat tersebut didukung oleh Harjasujana (Samsu Somadayo,2011: 13) yang mendefinisikan membaca pemahaman sebagai suatu proses yang aktif dan bukan merupakan proses yang pasif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya. Membaca dengan aktif disini dilakukan dengan menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik.

Ahmad Rofi‟udin dan Darmiyati Zuchdi (2001: 179) menyatakan bahwa yang dimaksud membaca pemahaman adalah membaca yang mensyaratkan siswa untuk dapat memahami isi bacaan, materi hubungan antarhal, hubungan sebab akibat, perbedaan dan persamaan antarhal dalam wacana. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan.

Yoakam (Pramila Ahuja dan G. C. Ahuja, 2010: 50) mengungkapkan bahwa membaca pemahaman merupakan memahami materi bacaan melibatkan asosiasi (kaitan) yang benar antara makna dan lambang (simbol) kata, penilaian konteks


(27)

12

makna yang diduga ada, pemilihan makna yang benar, organisasi gagasan ketika materi bacaan di baca, penyimpanan gagasan, dan pemakaiannya dalam berbagai aktivitas sekarang atau mendatang. Hal tersebut didukung pendapat Guszak (Pramila Ahuja dan G. C. Ahuja, 2010: 51) yang menjelaskan membaca pemahaman adalah proses membaca yang dilakukan dengan memahami isi bacaan melalui melokalisasikan informasi, mengingat, mengorganisasi, meramalkan hasil, mengembangkan gagasan, dan mengevaluasi dengan kritis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan serangkaian proses membaca yang dilakukan untuk memahami isi bacaan dan terjadi interaksi antara bahasa serta pikiran. Pemahaman dalam memahami isi bacaan dalam proses membaca pemahaman meliputi menemukan pesan, informasi, fakta, gagasan, dan ide pokok bacaan. Membaca pemahaman dilakukan tidak hanya dalam pengucapan isi bacaan secara verbal, namun juga penguasaan makna, aktif merespon dan kemampuan berpikir tentang isi bacaan.

2. Tujuan Keterampilan Membaca Pemahaman

Keterampilan membaca pemahaman memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah untuk mendapatkan pemahaman serta penguasaan terhadap informasi, ide, gagasan dalam bacaan. Samsu Somadayo (2011: 10) mengemukakan bahwa tujuan membaca pemahaman adalah pemerolehan pemahaman. Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaan/teks secara menyeluruh. Seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik adalah apabila memiliki kemampuan sebagai berikut.


(28)

13

a. Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan penulis. b. Kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat.

c. Kemampuan membuat simpulan.

Kemampuan diatas secara tidak langsung telah menyebutkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai saat memiliki keterampilan membaca pemahaman seperti berikut.

“Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2013: 289), tujuan umum dari keterampilan membaca, yaitu: 1) mengenali naskah tulisan suatu bahasa. 2) memaknai dan menggunakan kosakata asing.3) memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dan implisit. 3) memahami makna konseptual. 4) memahami nilai komunikatif dari suatu kalimat. 5) memahami hubungan dalam kalimat, antarkalimat, antarparagraf. 6) menginterpretasi bacaan. 7) mengidentifikasi informasi penting dalam wacana. 8) membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang.9) menentukan hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman. 10) skimming. 11) scanning.”

Anderson (Samsu Somadayo, 2011: 12) berpendapat bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut diantaranya sebagai berikut.

a. Membaca untuk memperoleh rincian dan fakta-fakta. b. Membaca untuk memperoleh ide pokok.

c. Membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks. d. Membaca untuk mendapatkan kesimpulan.

e. Membaca untuk mendapatkan klasifikasi.

f. Membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan.

Menurut Henry Guntur Tarigan (Samsu Somadayo, 2011: 12) tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-partanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Selanjutnya Tarigan


(29)

14

juga menyatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, serta memahami makna bacaan. Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut disimpulkan, bahwa keterampilan membaca pemahaman memiliki tidak hanya satu tujuan, namun fokus tujuannya adalah untuk memahami isi bacaan.

3. Proses Keterampilan Membaca Pemahaman

Dalman (2013: 87) mengungkapkan bahwa pada dasarnya membaca pemahaman merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Pembaca tidak lagi dituntut bagaimana melafalkan huruf dengan benar dan merangkaikan setiap bunyi bahasa menjadi bentuk kata, frasa, dan kalimat. Tetapi, proses yang dilakukan dalam membaca pemahaman adalah memahami isi bacaan yang dibaca. Menurut Burns (Samsu Somadayo, 2011: 14) membaca pemahaman merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Sedangkan, menurut Burns proses membaca pemahaman terdiri atas sembilan aspek sebagai berikut.

a. Sensori atau mengamati simbol-simbol tulisan. b. Perseptual atau menginterpretasi apa yang diamati.

c. Sequential atau mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata yang tertulis. d. Eksperiential atau menghubungkan kata-kata dan maknanya dengan

pengetahuan yang dipunyai.

e. Thiking atau membuat referensi dan evaluasi materi yang dibaca.

f. Learning atau mengingat apa yang dipelajari sebelumnya, dan memasuki gagasan serta fakta-fakta baru.


(30)

15 g. Asociation atau membangun asosiasi.

h. Afective atau menyikapi secara personal tugas membaca.

i. Constructive atau mengumpulkan serta menata semua tanggapan sehingga dapat memahami semua materi yang dibaca.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan keterampilan membaca pemahaman terdapat beberapa proses yang sebaiknya dilakukan secara runtut supaya mendapatkan hasil yang baik serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam keterampilan membaca pemahaman.

4. Prinsip-prinsip Keterampilan Membaca Pemahaman

Prinsip dalam keterampilan membaca pemahaman pada dasarnya adalah melakukan kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan atau memperoleh informasi melalui cara yang sesuai sehingga pembaca terbiasa untuk melakukannya. Brown (Samsu Somadayo, 2011: 16) menyatakan bahwa prinsip utama pembaca yang baik ialah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Pembaca yang baik menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun makna. Sedangkan, Anderson (Samsu Somadayo, 2011: 17) pembaca yang baik mengintegrasikan informasi dengan terampil dalam teks dengan pengetahuan sebelumnya tentang topik. Sehingga, prinsip yang dilakukan dalam keterampilan membaca pemahaman adalah dimana pembaca secara aktif melakukan kegiatan membaca dengan memahami bacaan menggunakan strategi pemahaman serta keterampilan dalam memahami informasi dan memaknai bacaan.


(31)

16

5. Strategi Pengajaran Keterampilan Membaca Pemahaman

Pengajaran keterampilan membaca pemahaman dilakukan dengan menggunakan strategi. Strategi tersebut dapat dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu strategi pembelajaran yang dilakukan di kelas. Andri Wicaksono dan Ahmad Subhan Roza (2015:128) mengemukakan strategi yang dapat diterapkan pada teknik pembelajaran di kelas sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi tujuan dalam membaca

Setiap mengajarkan keterampilan membaca, pastikan siswa mengetahui tujuan mereka dalam membaca sesuatu. Selain itu diperlukan menciptakan bagaimana cara membaca yang efektif dan efisien yaitu harus mengidentifikasi dengan jelas apa tujuan membaca sesuatu. Dengan demikian akan diketahui apa yang dicari dari kegiatan membaca.

b. Gunakan aturan grafemis dan pola untuk proses decoding

Kegiatan ini dapat di gunakan teknik membaca diam (silent reading) untuk pemahaman cepat.

c. Skimming

Skimming merupakan kegiatan membaca yang dilakukan oleh pembaca dengan keceepatan tinggi untuk mendapatkan ide pokok dari suatu bacaan.

d. Scanning

Scanning merupakan teknik pembelajaran membaca dengan kecepatan tinggi untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta khususyang tersurat dalam bacaan.

Keterampilan membaca pemahaman memerlukan strategi dalam mengajarkan supaya tujuannya dapat tercapai serta dapat dilakukan dengan baik.


(32)

17

Yunus Abidin (2012: 171) berpendapat bahwa membaca pemahaman ditugaskan kepada siswa dengan menggunakan berbagai strategi yang digunakan untuk memahami cerita. Jadi, dalam membangun pemahaman ada beberapa strategi yang dilakukan misalnya membaca ulang teks, menggarisbawahi teks, mengabaikan kata sulit, memaknai kalimat, dan mengoreksi kesalahan sendiri dengan bantuan. Strategi tersebut dapat dilakukan di lingkungan belajar siswa, salah satunya sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, strategi pengajaran keterampilan membaca pemahaman dilakukan dengan terlebih dahulu memilih strategi pembelajaran yang sesuai. Selanjutnya, siswa diminta untuk membaca teks, menggarisbawahi teks, mengabaikan kata sulit yang nantinya dapat ditanyakan setelah kegiatan membaca selesai, dan mengireksi kesalahan yang dilakukan dengan bantuan teman atau guru.

6. Jenis Keterampilan Membaca Pemahaman

Andri Wicaksono dan Ahmad Subhan Roza (2015: 128) berpendapat bahwa keterampilan membaca pemahaman mempunyai beberapa jenis misalnya pemahaman bacaan permulaan yang dimulai dengan hanya mengetahui arti dari bacaan kemudian menemukan atau mengetahui makna dari bacaan, setelah mengetahui makna kemudian mengembangkan bacaan yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Sedangkan, keterampilan membaca pemahaman menurut Samsu Somadayo (2011: 19-26) terdiri atas, sebagai berikut.


(33)

18 a. Pemahaman literal

Pemahaman literal adalah pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks bacaan. Pemahaman dapat diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat, dan paragraf. Dalam pemahaman literal, tidak terjadi pendalaman pemahaman terhadap isi informasi bacaan. Menurut Dalman (2013: 92) membaca literal adalah membaca teks bacaan dengan maksud memahami makna yang tersurat atau memahami makna yang terdapat di dalam teks itu sendiri. Jadi, membaca literal dapat diartikan sebagai kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui makna atau isi yang sudah tertulis secara langsung dalam bacaan sehingga pembaca tidak harus memahami isi bacaan secara lebih mendalam.

Menurut Burn, Roe, dan Ross (Dalman, 2013: 94) untuk membangun pemahaman literal, siswa diberi panduan pertanyaan arahan sebagai berikut. 1) Siapa, untuk menyatakan orang/binatang atau tokoh di dalam bacaan. 2) Apa, untuk menanyakan barang dan peristiwa.

3) Dimana, untuk menanyakan tempat. 4) Kapan, untuk menanyakan waktu.

5) Bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu peristiwa alasan tertentu. 6) Mengapa, untuk menanyakan suatu sebagaimana disebutkan di dalam bacaan. b. Pemahaman interpretasi/interpretatif

Pemahaman interpretasi merupakan pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam bacaan, sehingga pemahaman lebih mendalam jika dibandingkan dengan pemahaman literal. Siswa diharapkan mampu


(34)

19

menginterpretasikan atau menafsirkan maksud pengarang, apakah karangan itu fakta atau fiksi,sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kias, serta dampak-dampak cerita. Dalam membaca interpretasi, pembaca lebih aktif dalam menemukan makna dan informasi dari bacaan yang kemudian dapat menyimpulkan informasi dari bacaan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

c. Pemahaman klinis/kritis

Pemahaman klinis merupakan membaca dengan lebih memahami daripada pemahaman interpretasi. Pemahaman klinis memahai bacaan kemudian pembaca memberikan respon terhadap bacaan yang telah dibaca dengan memberikan komentar, mempertimbangkan, dan menganalisis bacaan secara lebih mendalam serta mengaitkannya dalam keadaan yang sedang terjadi dengan mempertimbangkan manfaat, kesesuaian pada kehidupan sehari-hari dan lain-lain. Pemahaman klinis memerlukan pengetahuan serta pengalaman yang lebih luas supaya dapat memahami bacaan. Albert (Henry Guntur Tarigan, 2015: 92 berpendapat bahwa membaca kritis (critical reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman kritis merupakan kegiatan membaca dengan mencari dan memahami isi bacaan serta memberi tanggapan/menanggapi. d. Pemahaman kreatif

Menurut Burdansyah (Dalman, 2013:127-128) membaca pemahaman kreatif adalah membaca yang tidak berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca, dan


(35)

20

masih ada proses tindak lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan kualitas hidup yang paling bermakna dalam kegiatan membaca. Pemahaman kreatif merupakan kemampuan membaca tertinggi yang dimiliki seseorang. Pemahaman kreatif merupakan kegiatan dimana setelah kegiatan membaca serta memahami bacaan, pembaca kemudian dapat menerapkan hasil pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari yang bermanfaat.

Berdasarkan beberapa jenis membaca pemahaman di atas, penelitian ini di batasi pada pemahaman literal dan pemahaman interpretasi/interpretatif. Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan membaca pemahaman yang dilakukan adalah memahami makna yang terdapat di dalam teks bacaan yang berupa arti kata, kalimat, dan paragraf. Selain itu, membaca pemahaman juga dilakukan untuk menemukan makna dan informasi dalam bacaan yang kemudian menyimpulkan informasi tersebut.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Pearson dan Johnson (Darmiyati Zuchdi, 2007: 23-24) menyatakan faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya), motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca). Selain itu, terdapat faktor di luar pembaca yaitu unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Unsur-unsur bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasaan teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pertolongan yang tersedia


(36)

21

berupa bab dan subbab, susunan tulisan, dsb). Kualitas lingkungan membaca meliputi faktor-faktor yaitu persiapan sebelum, pada saat atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan, dorongan, dsb). Semua faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.

B.Hakikat Sustained Silent Reading (SSR)

1. Kedudukan Sustained Silent Reading (SSR) dalam Whole Language

Sustained Silent Reading (SSR) atau kegiatan membaca diam merupakan salah satu bagian atau komponen dari pendekatan Whole Language. Whole language merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007: 130) melalui pendekatan Whole Language kemampuan keterampilan berbicara, mendengar, menulis, dan membaca dapat dikembangkan secara operasional dan menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut berarti SSR yang dalam kegiatannya dilakukan membaca secara diam tanpa bersuara akan dapat mengembangkan keterampilan dalam membaca. Sustained Silent Reading (SSR) merupakan salah satu komponen dalam pendekatan Whole Language dimana masih terdapat beberapa komponen lain yang juga mendukung SSR. Pendekatan Whole Language merupakan kegiatan membaca dimana siswa terlebih dahulu menguasai huruf, kata, kalimat, dan paragraf. Sehingga kegiatan membaca dilakukan secara bertahap.

Yahya Othman, Roselan Baki, dan Naffi Mat (2009: 9) mengungkapkan bahwa pendekatan Whole Language mengajarkan aspek bahasa yang sebenarnya, kemudian barulah aspek-aspek kecil atau mendasarnya. Berarti dalam membaca


(37)

22

memerlukan proses yang runtut sehingga pemahaman tersebut dapat tercapai serta bisa diukur dan dinilai. Hal tersebut juga didukung pendapat Andri Wicaksono dan Ahmad Subhan Roza (2015: 90) bahwa Whole Language merupakan pembelajaran bahasa secara utuh (menyeluruh). Jadi, dalam membaca menggunakan pendekatan Whole Language dilaksanakan dengan menyeluruh dan dilakukan secara kronologis serta logis.

Komponen Whole Language menurut Teuku Alamsyah (2007: 14-17), sebagai berikut.

a. Reading aloud

Reading Aloud merupakan kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan informasi yang dibacakan serta menikmatinya.

b. Journal writing

Jurnal writing atau menulis jurnal merupakan komponen yang dapat dengan mudah diterapkan. Jurnal digunakan untuk mengungkapkan perasaan, menceritakan kejadian atau peristiwa, menceritakan hasil belajar, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.

c. Sustained silent reading (SSR)

Sustained Silent Reading (SSR) merupakan kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibawanya. Siswa dibiarkan untuk memilih


(38)

23

bacaannya sendiri sesuai dengan minat dan apa yang disukainya. Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan dan memahami isi bacaan yang mereka baca. Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.

d. Shared reading

Shared Reading merupakan kegiatan membaca yang dilakukan bersama antara guru dengan siswa menggunakan buku yang dibaca masing-masing.

e. Guided reading

Guided Reading dilakukan dengan guru berperan sebagai model dalam membaca. Tugas guru adalah membimbing dan mengamati sisiwa dalam membaca.

f. Guided writing

Guided Writing merupakan kegiatan menulis terbimbing dimana guru menjadi fasilitator dan pembimbing siswa dalam kegiatanmenulis.

g. Independent reading

Independent Reading (membaca bebas) merupakan kegiatan membaca yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibaca.

h. Independent writing

Independent Writing merupakan kegiatan menulis bebas yang bertujuan untuk membiasakan dan meningkatkan berpikir kritis dalam hal menulis.


(39)

24

Berdasarkan delapan komponen Whole Language, komponen yang digunakan dalam peneltian ini adalah Sustained Silent Reading (SSR). SSR merupakan kegiatan membaca dalam hati atau membaca diam. Pada komponen SSR terlihat bahwa siswadiberi kesempatan untuk melakukan kegiatan membaca secara mandiri dengan tujuan untuk memahami isi bacaan yang diberikan

2. Sustained Silent Reading (SSR)

Menurut H. G. Tarigan (2015: 30)Sustained Silent Reading (SSR) merupakan kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa dengan tujuan mamahami isi bacaan. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya supaya dapat dengan mudah memahami isi bacaan serta siswa juga senang dalam membaca. Pendapat tersebut di dukung oleh Rothlein dan Mainbach (Farida Rahim, 2005: 121) yang mengemukakan bahwa kegiatan membaca dalam hati yang dikenal dengan istilah Sustained Silent Reading (SSR) atau Uninterupted Sustained Time (USRT) adalah salah satu komponen dari sekian banyak program membaca. Dengan kata lain, program membaca SSR bukanlah satu-satunya program untuk kegiatan membaca dalam hati.

Masidah (2012: 2) berpendapat bahwa membaca dalam hati (Sustained Silent Reading) merupakan suatu keterampilan membaca yang dilakukan untuk menangkap pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam bacaan. Menurut Farida Rahim (2005: 121) membaca dalam hati atau Sustained Silent Reading (SSR) memberi kesempatan pada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Selan itu, membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada


(40)

25

guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca siswa. Guru terlebih dahulu mencontohkan sikap dalam melakukan SSR atau membaca diam yang baik sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaannya.

Harris Sipay (Farida Rahim, 2005: 121-122) mengemukakan bahwa telah terjadi perubahan dalam pengajaran membaca dalam hati. Salah satu perubahannya ialah kecenderungan berpikir, bahwa terdapat beberapa jenis membaca dan pembelajaran yang dirancang untuk meningkatakan membaca tersebut. Pembelajaran menggunakan SSR dirancang untuk memberikan latihan menemukan ide pokok suatu bacaan, sedangkan yang lainnya dirancang untuk meningkatkan kemampuan menemukan jawaban dari suatu pertanyaan bacaan yang spesifik. Disamping itu, SSR dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa mengingat urutan peristiwa.

Rothlein dan Mainbach (Farida Rahim, 2005: 131) menjelaskan bahwa program SSR merupakan kegiatan yang sangat sederhana. Pembelajaran dilakukan dengan siswa dan guru memilih bacaan, kemudian dibaca dalam hati tanpa interupsi untuk beberapa menit. Menurut Farida Rahim (2005: 130-131) program SSR mengharuskan guru mengikuti aturan-aturan tertentu, seperti berikut.

a. Setiap siswa harus membaca.

b. Guru juga harus membaca ketika siswa membaca.

c. Siswa tidak perlu membuat laporan apapun tentang apa yang telah mereka baca.


(41)

26

e. Siswa memilih bahan bacaan yang mereka sukai.

Rothlein dan Meinbach (Farida Rahim, 2005: 131) mengungkapkan program SSR harus dijadwalkan pada waktu yang sama setiap hari. Dengan program SSR, siswa diharapkan membaca sebagai suatu kegiatan yang tetap dilakukan setiap hari. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan.Selanjutnya, Kasihani K.E. Suyanto (2007: 65) berpendapat bahwa Sustained Silent Reading merupakan teknik membaca yang perlu diterapkan di kelas yang lebih tinggi, yaitu kelas 5 dan 6.

3. Karakteristik Sustained Silent Reading (SSR)

Dalman (2013: 67) berpendapat bahwa membaca dalam hati atau Sustained Silent Reading mempunyai karakteristik sebagai berikut.

a. Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun. b. Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.

c. Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring. d. Membaca tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk. e. Mengerti dan memahami bahan bacaan.

f. Dituntut kecepatan mata dalam membaca. g. Membaca dengan pemahaman yang baik.

h. Menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.


(42)

27

4. Tahapan Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR)

Menurut Fitria Nurhidayati (2014: 46) pembelajaran membaca pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) dilakukan dengan memberi kesempatan siswa untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibaca. Biarkan siswa untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga siswa dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.

Kasihani K.E. Suyanto ( 2007: 65) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan

Sustained Silent Reading (SSR) diawali dengan guru melakukan observasi ketika siswa melakukan silent reading (membaca diam). Guru mengingatkan siswa supaya tidak menggerakan bibir atau mengeluarkan suara ketika melakukan silent reading. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap isi bacaan, setelah waktu yang diberikan habis misalnya 5-10 menit, guru dapat memberikan pertanyaan tentang isi bacaan. Siswa dapat menjawab secara lisan atau diminta menunjukkan dan membaca kalimat yang tertulis sebagai jawaban.

Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan Sustained Silent Reading (SSR) menurut teori Kasihani K.E. Suyanto.Langkah-langkah pembelajaran keterampilan membaca pemahaman melalui SSR dilakukan sebagai berikut.


(43)

28

a. Guru dan peneliti merencanakan pelaksanaan SSR dengan mengamati pelaksanaan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa.

b. Siswa diberi arahan atau penjelasan tentang pelaksanaan SSR.

c. Siswa memilih bacaan yang sudah ditentukan tema atau siswa diberi teks bacaan yang telah disediakan oleh guru.

d. Siswa membaca dalam hati teks bacaan yang diperoleh baik secara individu maupun secara berkelompok, namun siswa tetap membaca teks bacaan masing-masing.

e. Guru ikut melakukan kegiatan membaca saat siswa sedang membaca dan tidak memberikan perintah atau kegiatan apapun yang dapat menggangu siswa. f. Siswa menjawab pertanyaan secara lisan yang diberikan oleh guru tentang isi

bacaan.

g. Siswa dan guru berdiskusi untuk menyimpulkan isi bacaan.

h. Siswa menyampaikan hasil pemahaman terhadap teks bacaan yang telah dibaca.

C.Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar 1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Zulkifli L (2005: 52) siswa sekolah dasar adalah siswa yang berusia sekitar 6-12 tahun yang sedang menjalani tahap perkembangan masa kanak-kanak dan memasuki masa remaja awal. Setelah siswa memasuki usia enam atau tujuh tahun, perkembangan jasmani dan rohaninya mulai sempurna


(44)

29

sehingga sudah siap untuk masuk ke sekolah dasar. Siswa yang berumur enam atau tujuh tahun dianggap matang untuk belajar di sekolah, seperti berikut.

a. Kondisi jasmani cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas di sekolah. b. Ada keinginan belajar.

c. Fantasi tidak lagi leluasa dan liar.

d. Perkembangan perasaan sosial telah memadai.

Syamsu Yusuf L. N. (2009: 24) mengatakan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar.

Zulkifli (2005: 53) menjelaskan siswa sekolah dasar diharapkan dapat menguasai tiga kemampuan supaya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik yaitu matang menulis, membaca, dan berhitung. Kemampuan membaca dan menulis termasuk keterampilan yang harus dipelajari dengan sengaja. Siswa dalam belajar membaca memerlukan beberapa persyaratan, seperti berikut.

a. Siswa mampu manangkap perkataan orang lain. b. Siswa mampu mengeluarkan isi hatinya.

c. Fantasi tidak lagi leluasa dan liar.

d. Perkembangan perasaan sosial telah memadai.

Menurut Zulkifli L. (2005: 54-62) terdapat 7 perkembangan pada siswa sekolah dasar diantaranya sebagai berikut.


(45)

30 a. Perkembangan pengamatan

Mengamati adalah kegiatan yang menggunakan lima alat indera yaitu melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, mencium dengan hidung, meraba dengan ujung-ujung jari, dan mengecap dengan lidah.

b. Perkembangan fantasi

Sejak siswa berumur lima atau enam tahun, perhatiannya mulai ditujukan ke dunia luar, ke alam kenyataan. Fantasi yang ditujukan ke kenyataan tidak membuat fantasi tersebut menjadi lenyap, fantasi itu masih terus hidup. Fantasi yang senantiasa hidup itu akan mencari lapangan penyaluran lain misalnya hiburan seperti membaca buku-buku, mendengarkan cerita, membuat sesuatu, dan sebagainya.

c. Perkembangan gambar anak sekolah

Menurut Kerschensteiner (Zulkifli L., 2005: 57) dengan cara mengumpulkan beribu-ribu gambar hasil karya siswa ternyata bahwa kemajuan menggambar itu melalui beberapa taraf yaitu menggores, skema, bentuk dan garis, silhuet (bayang-bayang), dan perspektif.

d. Perkembangan berpikir

Berpikir dilakukan melalui perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan, sampai akhirnya mengambil keputusan.

e. Perkembangan perasaan

Siswa sekolah dasar cepat merasa puas, siswa sekolah dasar selalu gembira, jarang bahkan tidak pernah menyesali perbuatannya. Siswa belum mampu turut merasakan kesusahan yang dirasakan orang lain.


(46)

31 f. Perkembangan rasa sosial

Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan siswa lain merupakan suatu usaha untuk membangkitkan rasa sosial atau usaha memperoleh nilai-nilai sosial. Sehubungan dengan usaha kearah itu, sekolah hendaknya secara eksplisit ikut menanamkan paham rasa sosial yang demokratis.

g. Perkembangan kemauan

Masa sekolah adalah masa yang sangat baik untuk pembentukan kemauan. Siswa suka dan rela tunduk kepada pimpinan yang kuat dan tegas. Siswa sudah pandai memberi kritik walaupun masih bersifat sederhana.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2013: 115) mengemukakan ciri-ciri siswa sekolah dasar menjadi dua bagian yaitu siswa kelas rendah dan siswa kelas tinggi. Adapun ciri-ciri siswa kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3) sebagai berikut.

a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b. Suka memuji diri sendiri.

c. Jika tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.

d. Suka membandingkan dirinya dengan siswa lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.

e. Suka meremehkan orang lain.

Sedangkan, ciri-ciri siswa kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6) sebagai berikut. a. Perhatiannya yang tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.


(47)

32

d. Siswa memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

e. Siswa suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada masing-masing kelas. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh perkembangan fisik, emosi, perasaan, moral, sosial, pikiran, minat, keterampilan, pengamatan, dan lain-lain. Hal tersebut dapat dilihat melalui perilaku siswa serta prestasi hasil belajar siswa. Adanya karakteristik siswa yang berbeda-beda pada mengharuskan guru untuk menyesuaikan kagiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan karakter siswa. 2. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Masa kelas V SD termasuk dalam masa kelas tinggi. Siswa kelas V SD mempunyai usia 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Syamsu Yusuf LN., (2009: 25) siswa pada masa ini mempunyai sifat khas atau karakteristik, seperti berikut.

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus).


(48)

33

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun, siswa membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya siswa menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

e. Pada masa ini, siswa memandang nilai (angka raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f. Siswa pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Permainan yangdilakukan siswa tidak lagi terikat kepada peraturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

Menurut Dalman (2013: 72) keterampilan yang dituntut siswa kelas V sekolah untuk membaca dalam hati atau Sustained Silent Reading (SSR) supaya tujuan keterampilan membaca pemahaman dapat tercapai sebagai berikut.

a. Membaca dalam hati jauh lebih cepat daripada membaca bersuara. b. Membaca dengan pemahaman yang baik.

c. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari tangan.

d. Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati, senang membaca dalam hati. Siswa kelas V Sekolah dasar sudah memiliki kemampuan atau perkembangan sebagai bekal meningkatkan kemampuan mereka. Menurut William Stern (Zulkifli L., 2005: 55) siswa usia 9-10 tahun mulai mengenal hubungan antara waktu, tempat, dan sebab-akibat. Selain itu, pada usia lebih dari


(49)

34

10 tahun siswa sudah mulai mampu menganalisis pengamatannya sehingga siswa mengenal sifat-sifat benda, manusia, dan hewan.

Perkembangan fantasi siswa pada siswa kelas V SD juga sudah memiliki perubahan. Zulkifli L., (2005: 56) mengungkapkan perkembangan fantasi siswa kelas V SD memasuki masa Robinson Crusoe (8-12 tahun) dimana pada masa ini siswa mengalami realisme naif (diterima tanpa kritik). Kemudian siswa memasuki masa realisme kritis, yaitu masa siswa tidak menyukai lagi dongeng yang fantastis, dongeng yang tidak masuk akal, siswa lebih menyukai cerita yang benar-banar terjadi, cerita yang masuk akal seperti cerita perjalanan, cerita roman, dan sebagainya.

Berdasarkan karakteristik tersebut menunjukkan bahwa siswa usia kelas V SD sudah mengalami perubahan dan perkembangan. Siswa usia kelas V lebih menyukai hal-hal yang lebih nyata dan tidak lagi menyukai cerita khayal atau dongeng. Pembelajaran membaca siswa usia kelas V juga sudah memilih-milih bahan bacaan dan mampu memahami isi bacaan tidak hanya sekedar membaca. Adanya perubahan dan perkembangan serta perbedaan karakteristik tiap siswa, diharapkan guru dapat menyampaikan pembelajaran dengan menyesuaikan karakteristk dan kondisi tersebut.

D.Evaluasi Keterampilan Membaca Pemahaman 1. Pengertian Evaluasi

Djemari Mardapi (Eko Putro Widoyoko, 2009: 1-4) berpendapat bahwa evaluasi merupakan penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan


(50)

35

pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut H. M. Sukardi (2010: 2) evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar-mengajar. Jadi, evaluasi merupakan penyedia informasi dalam melakukan pengambilan keputusan penilaian siswa dalam proses belajar mengajar. Pengukuran hasil belajar dapat melibatkan pengukuran secara kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif misalnya tes dan skor, dan dapat pula mengukur dengan data kualitatif yang menghasilkan deskripsi tentang subjek atau objek yang diukur, misalnya rendah; medium; dan tinggi.

Menurut H. M. Sukardi (2010: 11) evaluasi mempunyai dua bentuk yaitu tes dan nontes. Tes biasanya dilakukan dengan tes tertulis serta mempunyai dua jenis yaitu tes objektif dan tes esai. Tes tertulis digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif pengetahuan serta menganalisis dan mensintesiskan informasi tentang siswa. Sedangkan, evaluasi nontes digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa.

Evaluasi pada penelitian ini menggunakan tes tertulis dengan jenis tes objektif pilihan ganda. Tes objektif digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengungkap, menghafal kembali, dan mengenal materi yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2013: 130) bahwa tes objektif pilihan ganda tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam kompetensi jenjang sederhana seperti ingatan, pemahaman, dan penerapan. Berdasarkan hal tersebut, tes objektif pilihan ganda dapat digunakan untuk mengevaluasi berkaitan dengan ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3) yang dimiliki siswa.


(51)

36 2. Tes Kompetensi Membaca Pemahaman

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2013: 368) kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan. Tes kompetensi membaca pemahaman perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Burhan Nurgiyantoro, 2013: 369-385). a. Penekanan tes kompetensi membaca pemahaman

Membaca mempunyai beberapa tujuan diantaranya membaca pemahaman, membaca nyaring, membaca indah, dan lain-lain. Namun, membaca pemahaman dianggap paling penting dan harus mendapat perhatian khusus. Membaca dengan pemahaman yang baik diperlukan dan menjadi prasyarat untuk dapat membaca dan memahami berbagai literatur mata pelajaran yang lain. Berdasarkan hal tersebut berarti tes kompetensi membaca pemahaman diperlukan penekanan dan dilakukan dengan baik serta mempertimbangkan kelayakan bahan yang digunakan.

b. Bahan tes kompetensi membaca pemahaman

Tes membaca pemahaman dimaksudkan untuk mengukur kompetensi peserta didik memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, teks bacaan yang diujikan diharapkan mengandung informasi untuk dipahami. Pemilihan wacana tes membaca pemahaman perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.


(52)

37 1) Tingkat kesulitan wacana

Tingkat kesulitan wacana ditentukan oleh kekompleksan kosakata dan struktur serta kadar keabstrakan informasi yang dikandung. Semakin sulit dan kompleks kedua aspek tersebut akan semakin sulit pemahaman wacana yang bersangkutan. Prosedur memperkirakan tingkat kesulitan wacana dapat diketahui melalui hasil wacana yang diteskan yaitu jika rata-rata jawaban betul betul siswa minimal 75% maka wacana dinyatakan mudah. Sebaliknya, jika rata-rata betul kurang dari 20% maka wacana dinyatakan sulit bagi siswa. Wacana yang baik untuk digunakan sebagai tes kompetensi membaca pemahaman adalah wacana dengan kesulitan sedang atau sesuai kemampuan siswa.

2) Isi wacana

Bacaan atau wacana yang baik digunakan untuk bahan tes adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian siswa. Wacana juga harus menghindari hal-hal yang bersifat kontra dan kontroversial. Misalnya bacaan yang bersifat menentang (kontra) pemerintah, pertentangan antargolongan, kontra kehidupan beragama dan bermasyarakat secara pancasila, nilai-nilai yang diyakini betul keberadaannnya, atau secara umum bacaan yang tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. 3) Panjang pendek wacana

Wacana yang diteskan untuk membaca pemahaman sebaiknya tidak terlalu panjang. Secara psikologis, siswa lebih senang pada wacana yang pendek, karena tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk membacanya dan wacana pendek terlihat lebih mudah.


(53)

38

Wacana pendek yang dimaksud berdasarkan hal diatas adalah berupa satu atau dua alinea, atau kira-kira sebanyak 50 sampai 100 kata. Wacana pendek juga dapat hanya terdiri dari satu atau dua kalimat maupun satu pernyataan.

4) Jenis wacana

Wacana yang digunakan sebagai bahan tes kompetensi membaca pemahaman dapat berjenis prosa, dialog, teks kesastraan, tabel, diagram, iklan, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan wacana dengan jenis prosa, dialog, dan teks kesastraan (kutipan cerpen, cerita anak, maupun teks drama).

c. Pembuatan tes kompetensi membaca pemahaman

Tes kompetensi membaca pemahaman dapat dilakukan melalui dua cara yaitu tes tradisional dan tes otentik. Tes tradisional menuntut peserta didik untuk mengidentifikasi, memilih, dan merespon jawaban yang telah disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda. Sedangkan, tes otentik merupakan tes pemahaman pesan tertulis sekaligus menuntut siswa untuk mengonstruksi jawaban sendiri, baik secara lisan, tertulis, maupun keduanya.

Penelitian ini menggunakan tes objektif pilihan ganda atau tes tradisional. Tes objektif digunakan untuk mengevaluasi dengan mengidentifikasi, memilih, dan merespon jawaban yang telah disediakan sesuai isi bacaan serta berkaitan dengan aspek kognitif keterampilan membaca pemahaman.

3. Evaluasi Aspek Kognitif Keterampilan Membaca Pemahaman

Penilaian hasil belajar keterampilan membaca pemahaman dilakukan dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda. Penilaian hasil belajar tersebut dilakukan dengan tes pengetahuan atau kognitif. Tes pengetahuan diukur melalui


(54)

39

penilaian aspek kognitif. Menurut Lorin W. Anderson dan David R. Krathwol (2015: 99-119) penilaian kognitif meliputi enam tingkatan yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Penelitian ini menggunakan aspek kognitif ingatan, pemahaman, dan penerapan yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Ingatan (C1)

Ingatan atau mengingat dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan untuk memahami materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan. Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Ingatan atau mengingat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut.

1) Mengenali/mengidentifikasimerupakan menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut.

2) Mengingat kembali/mengambil merupakan mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

b. Pemahaman (C2)

Pemahaman merupakan mengkontruksi atau membangun makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Pemahaman dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut.

1) Menafsirkan yaitu mengubah satu bentuk gambaran.

2) Mencontohkan yaitu menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip.

3) Mengklasifikasikan yaitu menentukan sesuatu dalam satu kategori. 4) Merangkum yaitumengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok.


(55)

40

5) Menyimpulkan yaitu membuat kesimpulan logis dari informasi yang diterima. 6) Membandingkan yaitu menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan

semacamnya.

7) Menjelaskan yaitu membuat model sebab akibat dalam sebuah sistem. c. Penerapan (C3)

Penerapan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Penerapan dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut.

1) Mengeksekusi/melaksanakan yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier.

2) Mengimplementasikan yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier.

Berdasarkan hal tersebut, penilaian hasil belajar dalam aspek pengetahuan atau kognitif setidaknya harus mencakup 3 aspek tersebut yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Sehingga tiga aspek tersebut harus termuat dalam tes yang digunakan.

E.Penelitian yang Relavan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah “Penerapan Pendekatan

Whole Language dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN 2 Kalibeji Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Rovey Widianto (2013). Hasil penelitian ini adalah dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia membaca pemahaman dengan menerapkan Whole Language telah membawa suasana baru di kelas. Siswa tidak hanya mendengarkan ceramah guru, namun


(56)

41

aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran meningkat, sehingga hasil belajar siswa meningkat, dan keterampilan membaca pemahaman siswa semakin baik.

Penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena salah satu komponen

Whole Language adalah Sustained Silent Reading (SSR), sehingga apabila penerapan Whole Language dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dapat meningkatkan proses pembelajaran serta keterampilan membaca pemahaman, maka Sustained Silent Reading (SSR) juga dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa sesuai dengan penelitian dilakukan peneliti.

Penelitian Rovey Widianto tersebut relevan dengan penelitian ini dikarenakan mempunyai persamaan yaitu peningkatan keterampilan membaca pemahaman pada siswa. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Rovey Widianto dilakukan dengan menerapkan Whole Language sedangkan pada penelitian ini menerapkan

Sustained Silent Reading (SSR).

F. Kerangka Pikir

Keterampilan membaca pemahaman yang dimiliki siswa di SD Negeri Serang masih kurang. Hal tersebut salah satunya dikarenakan kurangnya kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan membaca pemahaman siswa. Kegiatan pembelajaran untuk memahami bacaan juga berjalan kurang efektif karena


(57)

42

didominasai penjelasan atau ceramah dari guru sehingga metode dan teknik yang digunakan kurang efisien.

Kegiatan membaca dengan Sustained Silent Reading (SSR) efektif dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam melakukan kegiatan membaca secara mandiri untuk memahami bacaan tanpa bantuan guru sehingga tugas guru hanya membimbing dan mengarahkan. SSR dilakukan siswa yang dibimbing dan diarahkan oleh guru dalam belajar membaca pemahaman yang baik dan benar. Siswa diberi atau diminta memilih bacaan yang menarik supaya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam membaca serta siswa tidak seperti dipaksa untuk membaca karena bacaan yang dipilih atau diberikan adalah yang disukai. Selain memilih sendiri bacaan, siswa juga diberi bacaan yang sesuai dengan usia siswa. SSR menyebabkan keterampilan membaca pemahaman siswa akan lebih bermakna, siswa menjadi senang dan nyaman dalam membaca. Selain itu juga akan menumbuhkan kreatifitas siswa dalam membaca terutama dalam keterampilan membaca pemahaman siswa. Pembelajaran keterampilan membaca yang berlangsung di kelas V SD Negeri Serang dapat digambarkan pada bagain di bawah ini.


(58)

43

Bagan tersebut menjelaskan bahwa masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran pemahaman membaca siswa serta hasil belajar membaca pemahaman yang masih cukup rendah, sehingga dilakukan tindakan

Sustained Silent Reading (SSR) sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Berdasarkan kegiatan tersebut diharapkan hasil keterampilan membaca pemahaman siswa akan naik. Hasil pelaksaanaan

Sustained Silent Reading (SSR) dapat diketahui melalui tes pengetahuan menggunakan instrumen tes objektif pilihan ganda.

Tindakan

 Pembelajaran keterampilan membaca pemahaman

dilakukan dengan

Sustained Silent Reading (SSR) atau membaca diam.. Kondisi Akhir

 Proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman menggunakan

Sustained silent Reading (SSR) atau membaca diam.

 Keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kondisi Awal

 Proses pembelajaran di dominasi kegiatan ceramah guru.

 Masih terdapat siswa yang membaca dengan bersuara sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain dalam membaca.

 Hasil keterampilan membaca pemahaman siswa masih rendah dibandingkan keterampilan lain.


(59)

44 G.Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan penelitian ini yaitu Sustained Silent Reading (SSR) diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Serang.

H.Definisi Operasional Variabel

1. Keterampilan membaca pemahaman mahir dalam membangun pemahaman, mencari informasi, memaknai bahasa tulis. Keterampilan membaca pemahaman dilakukan untuk mendapatkan pemahaman serta pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan atau sekedar sebagai penambah pengetahuan baru. Keterampilan membaca pemahaman dilakukan untuk mencari informasi, ide, gagasan, hubungan, menyimpulkan, dan lain-laindalam suatu bacaan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan maupun dikembangkan lebih lanjut.

2. Sustained Silent Reading (SSR) merupakan kegiatan membaca yang dilakukan di dalam hati atau membaca diam. Kegiatan tersebut dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan yang telah dibaca. Kegiatan SSR dilakukan dengan guru berposisi sebagai pembimbing yang mengarahkan dan memberi contoh siswa dalam membaca sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa meningkat. SSR merupakan salah satu komponen dalam

Whole Language yan digunakan dalam peningkatan keterampilan membaca pemahaman.


(60)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

“Kunandar (2008: 46) mendefinisikan pengertian PTK dalam konteks pendidikan adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang:

1. Praktik-praktik kependidikan

2. Pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut 3. Situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.”

Berdasarkan hal tersebut PTK berarti dilakukan pada bidang pendidikan dimana situasi pendidikan yang sedang atau telah terjadi diperbaiki dengan berbagai hal dengan harapan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan, menurut Pardjono, dkk. (2007: 12) penelitian tindakan kelas atau classroom action research adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Selain itu, Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 9) berpendapat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat, Jadi, PTK merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan guru yang bertujuan meningkatkan hasil pembelajaran dengan menerapkan hal-hal tertentu yang dianggap sesuai.

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas difokuskan pada tindakan tertentu yang direncanakan peneliti kemudian dicoba diterapkan pada suatu kelas yang


(61)

46

kemudian dievaluasi untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari tindakan yang diterapkan dalam pembelajaran. Tindakan dalam PTK merupakan alternatif untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas.

Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Partisipatory

(Collaborative), karena penelitian dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak. Kunandar (2008: 61) menjelaskan bahwa PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain seperti teman sejawat. Jenis penelitian tindakan kelas ini akan berpartisipasi atau berkolaborasi antara peneliti dan guru. Peneliti dan guru akan bekerja sama dalam melakukan penelitian melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas dimana siswa menjadi objek penelitian. Peneliti dan guru terlibat secara langsung pada proses penelitian. Proses penelitian yang dilakukan dimulai dari menemukan masalah, perencanaan kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan, memantau kegiatan pembelajaran, mencatat informasi penting dalam kegiatan, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun dalam bentuk laporan jadi.

B.Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan tempat penelitian akan dilakukan di SD Negeri Serang, Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo yang berjumlah 22 siswadengan perincian 7 siswa laki-laki dan 15 siswa Perempuan.

Tabel 1. Profil Kelas Pratindakan

Kelas Jumlah Siswa Kelas Keseluruhan Nilai Rata-rata Keterampilan

Membaca Laki-laki Perempuan


(62)

47 C.Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di dalam kelas V SD Negeri Serang. SD tersebut beralamat di Pedukuhan Serang, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan Maret-April 2017. 3. Deskripsi Tempat Penelitian

SD Negeri Serang berada di Pedukuhan Serang, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SD Negeri Serang terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota atau pemerintahan yaitu sekitar 3-4 km. Meskipun sekolah masih berada di daerah pedesaan, akses atau jalan menuju sekolah tersebut cukup mudah. Namun, kondisi jalan kurang baik karena banyak lubang akibat aspal yang rusak serta berada tepat di pinggir jalan yang cukup ramai. Bangunan dan fasilitas sekolah sudah cukup baik dan masih dalam tahap perkembangan.

Setting dalam penelitian kelas ini dilaksanakan didalam kelas maupun di luar kelas yaitu perpustakaan. Kegiatan dilakukan saat siswa sudah masuk sekolah dan dilakukan saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung di SD Negeri Serang. Kelas V dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan data yang diperoleh melalui kegiatan observasi yang berupa pengamatan awal serta wawancara guru, bahwa keterampilan membaca siswa masih sangat rendah terutama dalam memahami bacaan. Hal tersebut diperkuat dengan hasilnilai


(63)

rata-48

rata kelas yang baru mencapai 60,72. Nilai rata-rata tersebut lebih rendah dibandingkan keterampilan lain seperti menulis yang mencapai 75,59; menyimak 66,09; dan berbicara 72,63. Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran serta menambah kegiatan membaca menggunakan Sustained Silent Reading (SSR).

D.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Pardjono (2007: 23) komponen tindakan dan observasi pada model Kemmis dan Mc Taggart menjadi satu komponen karena kedua kegiatan ini dilakukan secara simultan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Desain Penelitian Kemmis dan Mc Taggart Keterangan: Siklus I:

1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi Siklus II:

1. Revisi Rencana 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi


(64)

49

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, sebagai berikut.

1. Perancanaan

Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK. Perencanaan merupakan tindakan yang dibangun dan akan dilaksanakan, sehingga harus mampu melihat jauh ke depan. Perencanaan meliputi perencanaan umum dan perencanaan tindakan atau Action Plan. Perencanaan umum meliputi penentuan tempat penelitian, kolaborator, metode dan strategi mengajar, instrumen monitoring, alat-alat perekam data, dan lain-lain. Rencana tindakan (Action Plan) adalah prosedur, strategi yang akan dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan tindakan atau perlakuan terhadap siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan pelaksanaan tindakan dalam konteks proses belajar mengajar yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan bisa dilakukan oleh peneliti ataupun kolaborator. Setiap tindakan minimal ada dua peneliti, yaitu yang melakukan pembelajaran dan kolaborator yang akan memantau terjadinya perubahan akibat suatu tindakan.

3. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi yaitu prosedur perekaman data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang. Pengamatan berfungsi sebagai proses pendokumentasian dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk tahap refleksi. Pengamatan harus dilakukan secara cermat dan dirancang sebelumya dengan baik.


(1)

197

Lampiran 13. Surat Keterangan Validasi Instrumen 1. Surat Pengantar Validasi Instrumen


(2)

198


(3)

199


(4)

200 Lampiran 14. Perizinan


(5)

201 2. Surat Izin dari BPMPT Kulon Progo


(6)

202