94
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian dapat dijelaskan sebagi berikut: 1.
Peningkatan Hasil Belajar Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila nilai yang diperoleh
siswa dari pra tindakan ke siklus I dan II mengalami peningkatan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil nilai tes siswa dari pra tindakan ke
siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Hisyam Zaini, dkk. Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 2 bahwa
dengan belajar aktif, biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Hasil belajar siswa yang meningkat dapat dilihat dari presentase ketuntasan belajar siswa mulai dari pra tindakan hingga siklus I dan II.
Pada tes pra tindakan, siswa yang tuntas sebanyak 6 atau sebesar 19,35 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 25 siswa atau sebesar 80,64
dengan nilai rata-rata baru mencapai 65,25. Hasil tes pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa atau sebesar 54,83 dan yang belum tuntas
sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,16 dengan nilai rata-rata 74,5. Hasil tes pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa atau sebesar
87,09 dan yang belum tuntas sebanyak 4 siswa atau sebesar 12,90 dengan nilai rata-rata 82,03.
95 Adapun faktor yang menyebabkan peningkatan hasil belajar antara
lain karena pembelajaran dengan menggunakan card sort menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Hisyam Zaini, dkk. Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 2 bahwa dengan belajar aktif, biasanya siswa akan merasakan
suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Disamping itu card sort yang menarik dapat membuat
siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya. Selain itu terdapat kendala-kendala yang terjadi saat pembelajaran,
yaitu: adanya siswa yang tidak mau menerima atau bergabung dengan anggota kelompok, ada siswa yang ramai sendiri saat berkelompok dan
mengganggu kelompok lain sehingga kelas menjadi gaduh. 2.
Aktivitas Siswa Aspek Afektif dan Psikomotor dalam Pembelajaran Meningkat
Aktivitas siswa diamati oleh pengamat pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan berpatokan pada lembar pengamatan
yang telah dibuat. Pada lembar pengamatan siswa terdapat 6 aspek yang didalamnya terdapat 24 item yang diamati yang meliputi aspek afektif dan
psikomotor. Aktivitas siswa dikatakan meningkat apabila hasil pengamatan dalam tiap siklus mengalami peningkatan.
Dari pengamatan yang telah dilaksanakan memperoleh hasil bahwa partisipasi siswa meningkat setelah diterapkan strategi pembelajaran aktif
card sort. Sebelum dilakukan tindakan, berdasarkan hasil pengamatan
96 awal diperoleh bahwa selama proses pembelajaran siswa cenderung pasif
atau belum terlalu aktif karena dalam proses pembelajaran guru lebih mendominasi jadi belum ada interaksi antara guru dan siswa. Siswa yang
aktif bertanya hanya sedikit dan hanya siswa itu-itu saja, selain itu ada siswa yang masih belum serius dalam mengikuti pelajaran.
Pada siklus I hasil pengamatan aktivitas siswa afektif dan psikomotor masih belum menunjukkan adanya aktivitas siswa secara
maksimal. Aspek aktivitas siswa afektif dan psikomotor ada yang mendapat kategori kurang, sedang, dan baik. Hal tesebut dibuktikan
dengan jumlah skor aktivitas siswa afektif dan psikomotor sebanyak 71 atau sebesar 73,95. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa
afektif dan psikomotor belum sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian. Pada siklus II, sebagian besar aspek aktivitas siswa afektif dan
psikomotor mengalami peningkatan. Hampir semua aspek mengalami peningkatan pada siklus II dan mendapat kategori baik dan sangat baik.
Hal tesebut dibuktikan dengan jumlah skor aktivitas siswa afektif dan psikomotor sebanyak 88 atau sebesar 91,66. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas siswa afektif dan psikomotor sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian.
Adapun faktor yang menyebabkan masing-masing aspek meningkat adalah: siswa sudah terbiasa bekerja secara kelompok, adanya tugas yang
wajib dikerjakan oleh kelompok, dan adanya pencatatan nama siswa pada
97 tabel peringatan bagi siswa yang ramai, serta motivasi yang diberikan oleh
guru. Selain itu terdapat kendala yang dialami saat belajar kelompok yaitu
ada siswa yang tidak mau menerima siswa lain dalam satu kelompok dan adanya siswa yang ramai dan mengganggu siswa di kelompok lain.
3. Masih ada siswa yang belum tuntas
Ada 4 siswa yang belum tuntas. Dari pra tindakan ke siklus I hingga siklus II hasil tes anak yang bernama NNF, SPA, NPA, dan RAP selalu di
bawah KKM. Siswa tersebut akan melaksanakan remidi yang diberikan oleh guru. Namun dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran aktif card
sort terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1 sebagaimana hipotesis tindakan dalam penelitian ini.
Harapan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II sudah tercapai, hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, guru, dan pengamat, pembelajaran siklus II dapat berjalan dengan baik sesuai harapan. Pada
siklus II, beberapa siswa yang suka ribut, suka mengganggu teman, pasif, dan tidak bersemangat mengikuti pembelajaran sudah tidak tampak.
Selama proses pembelajaran siswa merasa antusias mengikuti pembelajaran dan aktif dalam kegiatan berdiskusi dalam kelompok.
Sehingga setelah pelaksanaan siklus II ini tidak perlu ada siklus selanjutnya. Hipotesis yang diajukan peneliti yang berbunyi “Penerapan
strategi pembelajaran aktif card sort dapat meningkatkan proses dan hasil
98 belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1 Kecamatan Gamping,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta” dalam penelitian ini telah terjawab atau terbukti. Hasil penelitian juga sejalan dengan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anindita Rahma Azizah. Penelitian
yang dilakukan
oleh Anindita
Rahma Azizah
menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Sendangsari dengan menggunakan metode active
learning tipe card sort. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Anindita Rahma Azizah adalah sama-sama menggunakan
pembelajaran aktif tipe card sort dalam pembelajaran IPS. Sedangkan, perbedaan penelitian terletak pada subjek, tempat, dan waktu penelitian.
Perbedaan lebih mendalam terletak pada terminologi pembelajaran. Anindita Rahma Azizah menggunakan metode active learning tipe card
sort, sedangkan peneliti dalam penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan proses dan hasil belajar dapat dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe card sort.
C. Keterbatasan Penelitian