Interpretasi Data HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Selain itu, hasil pretest dan posttest menunjukkan bahwa kedua kelompok homogen, yang menyatakan bahwa hitung 2 χ tabel 2 χ dengan nilai tabel 2 χ pada taraf kepercayaan 95 sebesar 3,84. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata pretest dan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata posttest, pada taraf kepercayaan 95. Hasil uji kesamaan rata-rata pretest, dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai t hitung sebesar -0,96 dan nilai t tabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai t hitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –t tabel t hitung t tabel atau –2,00 -0,96 2,00. Dengan demikian H diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol. Hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest kelas eksperimen yang diimplementasikan model pembelajaran TANDUR lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor posttest kelompok kontrol yang diimplementasikan model pembelajaran konvensional ceramah. Diperoleh t hitung sebesar 9,51 dan t tabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung ada di daerah penerimaan Ha, yaitu t tabel t hitung atau 2,00 9,51. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui nilai rata-rata normal gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,49 dan kelas kontrol sebesar 0,28. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya, berdasarkan uji-t 95 diperoleh nilai t hitung sebesar 5,18 dan nilai t tabel sebesar 2,00. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR yang dilakukan oleh peneliti telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran di kelas. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran pada tiap pertemuan. Dengan kriteria keterlaksanaan untuk pertemuan pertama terkategori baik, sedangkan untuk pertemuan kedua terkategori sangat baik. Pelaksanaan pada tahap tumbuhkan adalah guru berusaha memotivasi dan menarik minat siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan adalah menunjukan suatu peristiwa yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan manfaatnya, dan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, menunjukan peristiwabenda yang telah dikenal siswa dan memberikan beberapa pertanyaan maka respon siswa secara serempak memberikan pendapat tentang hal tersebut, berupa pertanyaan- pertanyaan yang dapat menggali konsepsi awal siswa sehingga siswa menjadi tertarik pada pembelajaran. Usaha tersebut direspon oleh siswa dengan cara memperhatikan penjelasan gurusiswa, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan. Respon siswa yang paling besar adalah memperhatikan penjelasan gurusiswa dan mengemukakan pendapat. Hal ini menunjukan bahwa siswa tertarik dengan hal yang dikemukakan gurusiswa. Dari pendapat-pendapat yang disampaikan kemudian dibuktikan dengan cara melakukan percobaan. Pelaksanaan percobaan dilakukan pada tahap alami. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan beberapa percobaan. Pembagian kelompok ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk melakukan percobaan dan untuk mengeksplorasi alat. Dari hasil percobaan tersebut selanjutnya adalah membimbing siswa untuk menemukan bagaimana konsep dari getaran dan gelombang. Hal ini dilakukan pada tahap namai. Pada tahap namai siswa diarahkan untuk mengetahui bahwa setiap getaran dan gelombang memiliki cirinya masing-masing. Tahap selanjutnya adalah demonstrasi. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menunjukan kemampuannya dalam melakukan percobaan dan menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam LKS. Banyaknya siswa yang presentasi dibatasi pada beberapa orang yang merupakan wakil dari kelompok. Hal ini disebabkan terbatasnya waktu yang tersedia. Tahap selanjutnya adalah mengulangi materi yang telah dipelajari. Pengulangan materi dilakukan dengan menyimpulkan materi pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah rayakan. Tahap ini merupakan penghargaan bagi siswa terhadap keberanian-keberanian, dan kemauan untuk mengikuti pembelajaran. Selain memberikan pujian positif dapat juga memberikan pujian yang sifatnya menegur yang diberikan kepada siswa yang tidak serius mengikuti pembelajaran. Pada tahap rayakan aktivitas siswa yang diamati adalah rasa senang dan gembira. Indikator siswa merasa senang dan gembira adalah bertepuk tangan, senyum, mengungkapkan kata “yes”, “hore” dan sebagainya. Untuk pertemuan pertama kemampuan siswa belum optimal karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang disajikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena guru belum mengoptimalkan metode-metode pembelajaran di tiap fase. Misalnya, dalam fase demonstrasikan, diskusi kelompok belum optimal sehingga siswa masih lebih banyak belajar secara individu. Selain itu, keaktifan siswa masih kurang, misalnya dalam menjawab pertanyaan guru, menuliskan jawaban di papan tulis, mempresentasikan kemampuan mereka di hadapan teman-temannya. Siswa hanya memberikan reaksi jika guru yang menyuruh. Artinya, siswa belum antusias dengan pembelajaran yang disajikan oleh guru. Dalam pertemuan pertama ini, guru melakukan beberapa pengaturan dalam kelas, di antaranya : Tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga siswa sudah dikelompokkan sejak awal. Tempat duduk siswa disiapkan melingkar sehingga siswa dapat melakukan kegiatan secara berkelompok dengan nyaman. Guru telah mengadakan kontrak belajar dengan siswa sebelum melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR. Dalam kontrak belajar tersebut, guru melakukan kesepakatan dengan siswa bahwa jika ada siswa yang tidak melakukan pembelajaran dengan serius

Dokumen yang terkait

"PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR SEOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PESETA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS X-l SMA 2 MEI TANGERANG SELATAN",

6 103 116

Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar fisika pada konsep kalor (quasi eksperiment di SMP Aulia Bogor)

0 7 147

Pengaruh pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa (quasi eksperimen di SMP al-Fath Cirendeu)

0 22 234

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa : quasi eksperimen di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan

0 4 182

Pengaruh model pemeblajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa; studi quasi eksperimen di SMPN 48 Jakarta

0 3 192

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Kartun Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Viii Smp Al-Amanah, Setu Tangerang Selatan

2 23 191

Pengaruh Pembelajaran Outdoor Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas Viii Di Smp Nusantara Plus Tangerang Selatan

3 17 130

Pengaruh penggunaan model ARCS terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar: penelitian quasi eksperimen di SMA N 86 Jakarta

1 5 148

Pengaruh startegi peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar fisika siswa: studi quasi eksperimen di MTs Al-Mukhsin Cibinong

1 8 88

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204