Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
TIMSS membagi pencapaian para siswa peserta survei ke dalam empat tingkat: rendah low, sedang intermediate, tinggi high dan lanjut advanced, sesuai
dengan pemenuhan sejumlah standar untuk masing-masing tingkat. Dalam bidang matematika, presentasi tersebut berturut-turut adalah 43, 15, 2, dan 0.
5
Hal ini didasari oleh hasil wawancara dengan guru mata pelajaran dan pra penelitian yang dilakukan pada suatu sekolah islam yang dipilih oleh peneliti
untuk dijadikan tempat penelitian. Kelas yang dipilih adalah kelas VIII-1 sebanyak 34 siswa yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas VIII-2
sebanyak 32 siswa yang akan dijadikan kelas kontrol untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Untuk menguji kemampuan berpikir kreatif, peneliti
memberikan tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Tes yang diberikan ingin melihat macam-macam interpretasi siswa dalam memberikan contoh dari
kehidupan sehari-hari dan cara menganalisis suatu masalah dari gambar yang diberikan.
Sebanyak hampir 95 dari kedua kelas tersebut masih belum bisa memberikan jawaban dan menganalisis soal. Siswa cenderung mendeskripsikan
gambar secara visual, bukan menjelaskan dan mengaitkan jawaban dengan materi. Siswa seharusnya memilih dan memberikan alasan atas apa yang telah dipilih
dengan ide atau gagasan yang tepat terhadap materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide untuk menjawab dengan
tepat dan benar atas masalah yang diberikan cenderung rendah. Langkah selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran bersangkutan. Dari hasil wawacara yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar dan mengajar masih menggunakan metode
konvensional yakni metode ekspositori. Sementara, pembelajaran matematika dikelas masih menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan
berpikir kreatif. Hal ini dikarenakan guru masih memberikan soal rutin sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya.
Disamping itu, perangkat pembelajaran, seperti buku pegangan atau LKS siswa,
5
Bincang Edukasi, Sekali Lagi, Gawat Darurat Pendidikan, oleh Ahmad Muchlis, Dosen Matematika, FMIPA ITB, 2013, diakses dari www.bincangedukasi.com pada 10 April 2015.
hanya menekankan pada konsep dengan tidak membiarkan siswa mengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan
berpikir kreatif perlu dikembangkan khususnya di sekolah tersebut. Melihat kurangnya perhatian terhadap aspek berpikir kreatif dalam
pembelajaran matematika, maka perlu dilakukan suatu perbaikan dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peran pendidik dalam menggunakan dan memilih
metode, strategi atau teknik dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis sangat penting. Kita ketahui bahwa keberadaan model atau strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien dapat memotivasi dan mengarahkan pembelajaran matematika yang berorientasi pada peningkatan berpikir kreatif.
Salah satu strategi yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis adalah strategi heuristik yang berfokus pada tebak dan periksa.
Pada strategi pembelajaran heuristik ini siswa akan belajar bahwa dalam beberapa masalah, tebakan yang bagus adalah cara untuk memulai membuat rencana
pemecahan masalah. Kemudian salah satu pendekatan pembelajaran matematika adalah pendekatan kontekstual, yaitu konsep belajar yang membantu siswa untuk
melihat makna dari materi pelajaran yang dipelajari dengan cara mengaitkan materi pembelajaran tersebut dengan situasi kehidupan nyata dan mendorong
siswa untuk aktif dalam menemukan makna dari suatu pembelajaran serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti menemukan bahwa terdapat
metode yang dapat mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dengan cara menemukan pengetahuan yang dibantu dengan bimbingan guru. Dalam
membangun pengetahuan dan ide, siswa dilatih untuk melakukan aktivitas secara aktif seperti aktif terhadap teman, guru, dan bahan ajar yang digunakan.
Kemudian kemampuan berpikir sangat diperlukan dalam metode ini sehingga salah satu kemampuan berpikir, yaitu kemampuan berpikir kreatif matematis,
dapat terasah dan terlatih dengan baik. Guru harus mampu menghadirkan pembelajaran yang menitikberatkan pada
siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan, sehingga pembelajaran menjadi efektif
dan bermakna.
6
Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan berpikir kreatif adalah metode penemuan terbimbing guided
discovery. Metode penemuan terbimbing merupakan pengembangan dari metode penemuan murni yang dipopulerkan oleh Jerome Bruner 1966. Bruner
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling
baik.
7
Tetapi model ini tidak cocok digunakan kepada siswa tingkat menengah karena masih harus perlu bimbingan dari guru. Oleh karena itu, metode penemuan
dengan adanya bimbingan dari guru dinamakan penemuan terbimbing. Dalam hal ini, peran terpusat pada siswa sedangkan guru disini hanya mengarahkan dan
mendorong berpikir sendiri sehingga menemukan prinsip dan solusi umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa
dibimbing tergantung pada kemampuannya akan materi yang sedang dipelajari. Metode penemuan terbimbing akan menghadapkan siswa pada situasi dimana
siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan untuk mencari penemuan yang baru. Guru dapat memancing berpikir siswa dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
membangun konsep dalam pemecahan masalah dan menggunakan ide serta keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang
baru. Pada saat itulah mereka dapat mengeksplor ide-ide kreatif yang akan dibangun sehingga mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis.
Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan suatu persoalan, apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan
penyelesaiannya. Kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah
ada.
8
Sehingga, metode penemuan terbimbing mengarahkan siswa untuk aktif berpikir, mencari tahu, aktif dan mencari alternatif-alternatif termudah agar dapat
6
Heny Irawanti, “Pengaruh Pembelajaran Penemuan Terbimbing terhadap Kemampuan
Pemahaman Matematik Siswa ”, Makalah ini disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Program Pacasarjana STKIP Siliwangi, 2014, h. 211.
7
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2006, h. 79.
8
Tomi Tridaya Putra, Irwan, Dodi Vionanda, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1,
2012, h. 23.
menyelesaikan suatu masalah yang diberikan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika memakai metode penemuan terbimbing akan menjadi bermakna dan
pengetahuan yang didapat akan lebih lama diingat siswa serta diharapkan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dengan
baik. Berdasarkan uraian diatas, diharapkan metode penemuan terbimbing dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing
Guided Discovery terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”.