Faktor Pendorong Perubahan Sosial

51 perubahan sosial akan berjalan cepat atau lambat. Berikut ini faktor-faktor yang mendorong proses perubahan sosial Soekanto, 1995:361-364: 1 Kontak dengan kebudayan lain Interaksi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat menyebabkan kontak terhadap kebudayaan lain. Hal ini karena sifat hubungan saling mempengaruhi satu sama lain atau merupakan hubungan yang timbal balik. Dalam persebaran budaya, proses perubahan sosial terjadi dengan apa yang dinamakan difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Melalui proses difusi, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Selanjutnya hasil penemuan baru yang telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat dapat disebarkan dan diteruskan pada masyarakat luas untuk memperolah manfaatnya. Proses difusi mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia. 2 Sistem pendidikan formal yang maju Pendidikan memberikan penanaman nilai-nilai tertentu pada manusia, terutama dalam membuka pikiran dan wawasan serta menerima hal-hal baru. Melalui pendidikan formal pula diajarkan bagaimana cara berfikir secara rasional dan ilmiah. Pendidikan mengajarkan individu untuk dapat berpikir secara obyektif, sehingga individu tersebut mampu untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak. Apabila kebudayaannya belum dapat memenuhi kebutuhannya, maka seseorang akan mencari cara sampai kebutuhannya terpenuhi. Namun apabila kebutuhan satu telah terpenuhi bisa jadi akan berakibat pada perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu waktu menuntut terpenuhinya kebutuhan baru yang lainnya dan akan dicarikan solusinya kembali dan begitu seterusnya tidak akan pernah selesai, tetapi akan selalu berproses. 52 3 Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju Apabila sikap menghargai melembaga dalam masyarakat, maka akan menjadi pendorong setiap individu yang kreatif untuk berusaha menemukan karya-karya baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya saja pemberian hadiah atau penghargaan Upakarti bagi seseorang yang menemukan hasil budaya yang dirasakan manfaatnya bagi lingkungan sekitar. Penghargaan berupa hadiah juga diberikan guna memberikan semangat untuk berprestasi. Misalnya ketika Susi Susanti mengharumkan nama bangsa Indonesia yang dapat menjuarai pertandingan All England yang pertama kali diberikan hadiah dan penghargaan dari pemerintah. 4 Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang, yang bukan merupakan delik Segala perbuatan yang tidak melanggar undang-undang yang berlaku atau perbuatan yang dapat dihukum perlu diberi kebebasan. Dengan begitu, maka seseorang diberi keleluasaan dalam bertindak atau bertingkah laku. Kondisi ini memang memungkinkan jika terjadi dalam masyarakat heterogen atau masyarakat kota. Hal ini karena masyarakat kota memiliki ciri antara lain komunikasi antar warga tidak lancar, meski berdekatan tapi secara psikologis berjauhan; umumnya bersifat individualis dan tolerensi sosial rendah; dan kontrol sosial rendah. Untuk masyarakat desa yang cenderung homogen sulit untuk memberikan toleran terhadap pelaku penyimpangan. 5 Sistem terbuka lapisan atau stratifikasi masyarakat Adanya sikap terbuka dalam stratifikasi akan mendorong seseorang untuk melakukan gerak sosial vertikal yang luas, sehingga hal ini memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk maju atas dasar kemampuan yang dimiliki. Sikap terbuka ini memungkinkan individu mengidentifikasikan diri mereka kepada orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Misalnya mengikuti mode pakaian yang mentereng, mengikuti kegiatan sosial yang diadakan seperti arisan, organisasi berdasarkan hobi. Tujuannya adalah agar diterima sebagai bagian dari kelompok tersebut. Pada dasarnya manusia memiliki sifat status-anxiety yaitu sifat yang tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimiliki. Sifat status-anxiety memungkinkan 53 seseorang untuk menaikkan status sosial. Dengan naiknya status seseorang maka akan diikuti dengan perubahan gaya hidup sesuai dengan status yang disandangnya. 6 Penduduk yang heterogen Penduduk yang heterogen sangat mudah sekali terjadi perubahan sosial. Hal ini karena masing-masing anggota masyarakat berusaha menampilkan budayanya yang telah dibawa sejak lama. Dengan adanya heterogenitas, terdapat beragam budaya yang bisa dipilih oleh anggota masyarakat. Karena setiap orang juga berusaha mempengaruhi orang lain. Sedang budaya yang bertahan adalah yang lebih banyak memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat. Disamping itu setiap anggota masyarakat secara diam-diam bersaing antara teman, antar tetangga dalam memiliki atau mencapai sesuatu yang dihargai misal kedudukan, benda-benda berharga. Kondisi persaingan dan aneka ragam budaya dari masyarakat ini memberikan peluang besar untuk terjadinya perubahan sosial. 7 Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu Masyarakat yang mengalami ketidakpuasan dalam bidang –bidang tertentu dapat menjadi media dalam melakukan perubahan sosial. Mereka menunjukkan ketidakpuasannya dengan melakukan demonstrasi bahkan yang lebih jauh bisa berbentuk revolusi. Misalnya pada tahun 1999, rakyat Indonesia tidak puas dengan kondisi negara yang sudah kurang lebih 30 tahun dipimpin orang yang sama. Puncak ketidakpuasan adalah dengan melakukan demontrasi besar-besaran di hampir semua wilayah negara ini menuntut adanya reformasi kepemimpinan yang diharapkan akan mengubah kehidupan bernegara menuju kehidupan yang lebih baik. Maka setelah ada reformasi terjadi perubahan sosial di beberapa bidang kehidupan di masyarakat Indonesia, terlepas apakah perubahan itu baik atau buruk bagi masyarakat banyak. Contoh perubahan sosial yang ada antara lain ditetapkannya periode jabatan seorang presiden maksimal dua kali masa jabatan, pemilihan presiden secar langsung, dan adanya sekelompok orang yang mengalami ketidakpuasan di lingkungannya mudah melakukan unjuk rasa atau demonstrasi untuk menyalurkan aspirasinya yang terkadang berujung pada tindakan anarkis. 54

7. Faktor Penghambat Perubahan Sosial

Faktor-faktor yang menghambat atau menghalangi perubahan sosial Soekanto, 1995:365:

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Kehidupan terasing menyebab suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan bahwa semua anggota masyarakat terkungkung pola-pola pemikirannya oleh tradisi.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

Kondisi ini biasanya terjadi pada masyarakat yang hidup terasing dan tertutup atau mungkin juga karena lama dijajah oleh masyarakat yang lain.

c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah, menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif.

d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat

Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan pasti akan ada sekelompok orang yang menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Dalam hal yang terakhir, ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasikan diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

e. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup

Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah bangsa-bangsa Barat. Mereka sangat mencurigai sesuatu yang berasal dari, karena tidak pernah bisa melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan. Kebetulan unsur-unsur baru kebanyakan berasal dari Barat, 55 maka prasangka kian besar lantaran kawatir bahwa melalui unsur-unsur tersebut penjajahan bisa masuk lagi.

f. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis

Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut. Jadi usaha tersebut akan diartikan sebagai usaha yang melawan ideologi masyarakat yang sudah terintegrasi dalam masyarakat.

g. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah. Misalnya, memotong padi dengan menggunakan mesin akan terasa akibatnya bagi tenaga kerja terutama wanita yang mata pencaharian tambahannya adalah memotong padi dengan cara lama. Hal ini merupakan suatu halangan terhadap introduksi alat pemotong baru yang sebenarnya lebih efektif dan efisien.

8. Dampak Perubahan Sosial

Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat membawa dampak atau pengaruh bagi masyarakat itu sendiri. Berikut ini perubahan sosial dala m masyarakat yang berdampak bagi kehidupan manusia, antara lain Ahmadi, 1985:120 :

A. Bertambahnya Jumlah Tuntutan dan Kebutuhan

Adanya perubahan sosial di masyarakat, meski itu kecil akan membawa dampak pada bertambahnya tuntutan dan kebutuhan yang baru guna menyeimbangkan perubahan yang telah terjadi maupun yang sedang berlangsung. Misalnya apa yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Pada tahun 1980-an sebagian masyarakat menyekolahkan anak cukup di sekolah formal itu saja, tidak ada tambahan pelajaran apapun di luar jam sekolah, kecuali kegiatan ekstrakurikuler meski kebanyakan hanya Palang Merah