Organisasi sosial Keanekaragaman budaya di Indonesia.

105 Sub-sub unsur dari organisasi sosial meliputi antara lain: sistem kekerabatan, sistem komunitas, sistem pelapisan sosial, sistem kepemimpinan, sistem politik, sistem ekonomi dan lain-lain. Kekerabatan bisa terjadi karena hubungan darah dan karena perkawinan. Sistem kekerabatan pada budaya suku bangsa di Indonesia beranekaragam bentuknya, namun pada sebagian ada yang memiliki pola yang sama. Contohnya, pada sub unsur perkawinan, pada umumnya terdapat sub unsur perkenalan, peminangan, perayaan dan mas kawin. Proses tersebut bisa dalam wujud yang berbeda-beda baik cara maupun sarananya, namun tujuannya sama. Contohnya, pada sub unsur cara-cara memperoleh jodoh, terdapat berbagai macam cara, yaitu antara lain : a Meminang, banyak ditemui pada suku-suku bangsa di Indonesia b Menculik gadis, ada dua kemungkinan, yaitu dengan persetujuan orang tua, untuk menghindari ketentuan membayar mas kawin, misalnya pada suku bangsa di Bali disebut melegandang, dan kemungkinan lain yaitu tanpa persetujuan keluarganya. c Mengabdi, ini disebabkan karena pihak laki-laki tidak mampu membayar mas kawin, contohnya dengan mengangkat sebagai anak di Lampung, atau di Bali terkenal dengan istilah sentana. d Tukar menukar, yaitu pihak laki-laki menyediakan gadis pada saat melamar, tujuannya untuk dikawinkan pada kerabat perempuan, contohnya ada pada suku bangsa di Irian Jaya e Sororat, yaitu perkawinan lanjutan, dimana seorang duda mengawini saudara perempuan istri, di Jawa terkenal dengan sebutan ngarang wuluh f Levirat, yaitu kebalikan dari sororat

d. Sistem mata pencaharian hidup

Sistem mata pencaharian berbagai suku bangsa di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan mata pencahariannya, yaitu: 1 masyarakat pemburu dan peramu, 2 masyarakat peternak pastoral societes, 3 masyarakat peladang shifting cultivators societes, 4 masyarakat nelayan fishing communities, masyarakat petani-pedesaan peasant communities, 5 masyarakat perkotaan yang kompleks urban complex societies. 106 Di Indonesia masih terdapat penduduk yang hidup sebagai pemburuh dan peramu hasil hutan, antara lain penduduk di Lembah Baliem Irian Jaya dan di sekitar daerah danau di Paniai Irian Jaya, dan suku Anak Dalam atau orang Kubu di Sumatera. Mereka belum mengenal bercocok tanam, dan hidup berkelompok dalam jumlah yang tidak banyak. Bersama-sama dengan penduduk yang masih hidup sebagai peladang berpindah-pindah slash and burn agriculture seperti orang Togutil di Halmahera Tengah; mereka sering diklasifikasikan sebagai masyarakat “terasing”. Kategori ini, disamping mereka itu tinggal di suatu lokasi yang jauh dari jangkauan alat transportasi, juga didasarkan atas tingkat kesejahteraan dan kemajuan, terutama yang berkaitan dengan proses akulturasi dan sikap mereka terhadap inovasi. Selain itu ada juga orang Laut yang mengembara di sepanjang laut kepulauan Riau dan Bajo di kawasan pantai Sulawesi Utara, orang Badui di Banten Jawa Barat, orang Donggo di pedalaman pegunungan Sumbawa Timur, orang Amma Toa di Sulawesi Tengah Hari Poerwanto, 1997:122- 123. Suku-suku bangsa peramu sagu di Papua memiliki konsepsi yang tegas mengenai hutan-hutan sagu, yaitu bagian mana yang menjadi milik sendiri, milik kerabat ibu dan lain-lain, yang tidak demikian saja berani mereka langgar. Hewan buruan yang utama di Irian Jaya adalah babi dan buaya, namun jarang sekali penduduk Irian Jaya yang memiliki keahlian berburuh buaya, sehingga umumnya mereka hanya sebagai pengendali perahu atau pembantu pemburu. Sedangkan pemburu buaya pada umumnya berasal dari luar Irian Jaya, yaitu Ternate, Maluku Buton dan tempat-tempat lain di Sulawesi. Setelah Perang Dunia Ke-2, penduduk pantai Irian Jaya mulai mengenal bercocok tanam di ladang. Namun ini dilakukan secara sambilan, sebab hanya dilakukan terutama pada musim-musim kurang menguntungkan bagi nelayan untuk pergi melaut. Perahu yang digunakan para nelayan tradisional, umumnya berbentuk perahu lesung, yaitu batang pohon kayu yang ditinggikan sisinya dengan papan. Untuk menjaga keseimbangan perahu dilengkapi dengan cadik pada salah satu sisi atau semua sisinya. Kadang-kadang perahu juga dilengkapi