Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara, perbuatan mendidik Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 263. Pendidikan menjadi faktor penting untuk membentuk manusia yang berkualitas dan berkompeten demi memajukan serta membangun sebuah negara. Pembentukan manusia yang berkualitas dan berkompeten dapat dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar. Pelajaran yang diperoleh di jenjang pendidikan Sekolah Dasar dapat memberikan pengalaman belajar untuk mengembangkan tingkah laku. Selain itu, pelajaran di jenjang SD dapat dijadikan pedoman dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswa akan mempelajari beberapa mata pelajaran di jenjang pendidikan Sekolah Dasar, salah satunya Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Ilmu Pengetahuan Alam IPA sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains. IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences Samatowa, 2011: 1. Physical sciences meliputi ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, dan seterusnya. IPA juga membahas tentang fenomena dan gejala alam yang didasarkan pada pengamatan dan percobaan yang dapat diuji kebenaran hasilnya. IPA memiliki hakikat, yaitu 1 pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, 2 perlunya IPA diajarkan di Sekolah Dasar Samatowa, 2011: 2-4. IPA menjadi mata pelajaran penting untuk diajarkan di Sekolah Dasar, karena mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat mengembangkan kepribadian anak. Jika IPA diajarkan guru dengan metode yang tepat, maka dapat 2 memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Permasalahan yang timbul berkaitan kemampuan IPA negara Indonesia dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Program for Internasional Student Assesment PISA pada tahun 2009 dan tahun 2012. Hasil penelitian pada tahun 2009 menyebutkan bahwa kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara dengan perolehan skor sebesar 383 OECD, 2010: 8. Hasil penelitian pada tahun 2012 menyebutkan bahwa kemampuan IPA negara Indonesia mengalami penurunan menjadi peringkat 64 dari 65 negara dengan perolehan skor sebesar 382 OECD, 2013: 232. Berdasarkan hasil penelitian di atas, negara Indonesia mengalami penurunan peringkat dari peringkat 57 menjadi peringkat 64 selama 3 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi negara Indonesia, terutama dalam bidang IPA masih rendah. Sehubungan dengan permasalahan, pemerintah sudah berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah program sertifikasi guru. Banyak peraturan pemerintah yang muncul seperti yang didefinisikan Chang, 2014: 2 sebagai berikut: a Dibutuhkan kompetensi guru dalam empat bidang pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional, b menggabungkan guru ke dalam standar guru nasional, c peran berbagai unit kementerian dan lembaga guna mendukung para guru untuk mencapai kompetensi, d proses sertifikasi guru dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk sertifikasi tersebut, dan e guru dapat menerima tunjangan khusus dan tunjangan profesional. Pemerintah sudah berupaya mengeluarkan dan melaksanakan berbagai kebijakan tetapi tidak menjadikan mutu pendidikan Indonesia semakin membaik. World Bank PBB menyebutkan bahwa mutu proses sertifikasi secara keseluruhan tidak berjalan sesuai dengan tujuan awalnya, yaitu penguasaan keterampilan khusus dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan tiap guru Chang, dkk, 2014: 184. Pemerintah sudah berusaha memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia dengan cara meningkatkan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan guru dapat termotivasi untuk memperbaiki kinerjanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada kenyataannya, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kurang 3 efektif untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dan justru meningkatkan anggaran pendidikan. Hal ini sangat disayangkan karena kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak diimbangi dengan kualitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan tidak dapat mencapai tujuan awal karena tidak diimbangi kinerja dan kesadaran guru untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran, terutama berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur dan suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran Suyono Hariyanto, 2011: 19. Metode pembelajaran dianggap sebagai sarana guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru yang profesional dapat mengevaluasi setiap pembelajaran yang dilaksanakan dengan melihat kekurangan, kelebihan, dan keefektifan metode pembelajaran yang digunakan. Guru mampu memperbaiki metode pembelajaran dan mampu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapatkan selama kegiatan belajar mengajar, guru dapat menemukan metode pembelajaran yang dianggap paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Proses kognitif dalam taksonomi Bloom dibagi menjadi enam kategori meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta Anderson Krathwohl, 2010: 99-133. Siswa dikatakan mampu memenuhi tujuan pembelajaran secara optimal, jika mereka mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya bahkan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu mengevaluasi dan mencipta. Mengevaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada Anderson Krathwohl, 2001: 66-88. Kegiatan mengevaluasi mengarah pada kegiatan pengujian, pembandingan dengan kriteria sesuai atau tidak, dan penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik, serta menuntut siswa untuk lebih tanggap terhadap kekeliruan-kekeliruan pada suatu hal. Mencipta didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian Anderson Krathwohl, 2001: 66-88. Kegiatan mencipta diawali dengan 4 memberikan suatu contoh permasalahan pada siswa, kemudian mereka berusaha memahami permasalahan tersebut dan memikirkan solusi pemecahannya. Langkah selanjutnya, yaitu siswa memikirkan, menentukan, dan menyusun rencana untuk menyelesaikan permasalahan, kemudian dilaksanakan dan diamati hasilnya, apakah mampu menyelesaikan permasalahan atau tidak. Kemampuan kognitif tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui penerapan metode pembelajaran yang efektif oleh guru. Beberapa hasil penelitian yang relevan mengatakan bahwa implementasi strategi pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA Anggraeni, Ristiati, Widiyanti, 2013. Penerapan metode inkuiri juga berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar siswa Ambarsari, Santosa, Maridi, 2013. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa penerapan outdoor learning berbasis inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa Santiningyas, Prasetyo, Priyono, 2012. Penerapan metode inkuiri untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal di atas, peneliti akan mengujicobakan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta. Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung Learning by doing Samatowa, 2011: 5. Metode inkuiri menjadi salah satu metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung. Pengalaman langsung yang diperoleh siswa melalui prosedur ilmiah dalam metode inkuiri. Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan Sanjaya, 2006: 194. Pendapat lain menyebutkan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa masuk ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok Kourilsky, dalam Hamalik, 2007: 220. Metode inkuiri mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan dalam memecahkan suatu permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran IPA membutuhkan metode yang menekankan prosedur ilmiah dan 5 eksperimen seperti langkah-langkah metode inkuiri. Langkah-langkah dalam metode inkuiri dapat diterapkan pada pembelajaran IPA karena IPA dianggap sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut Conant, 1997:14. Berdasarkan pendapat para ahli, metode inkuiri cocok untuk digunakan pada pembelajaran IPA. Standar kompetensi yang digunakan adalah “4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses”. Kompetensi dasar yang digunakan adalah “4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap”. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah perubahan sifat benda. Materi yang dibahas mulai dari sifat benda, faktor perubahan sifat benda pembakaran, pembusukan, pemanasan, perkaratan, dan pendinginan, serta perubahan sifat benda secara tetap dan sementara. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 20152016. Peneliti memilih SD Sokowaten Baru Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena SD ini memiliki tiga kelas paralel yaitu A, B, dan C, sehingga dapat digunakan untuk pelaksanaan penelitian jenis kuasi eksperimental. Penelitian ini membutuhkan lebih dari satu kelas, yaitu sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Alasan lainnya adalah SD Sokowaten Baru Yogyakarta memiliki banyak prestasi sehingga diharapkan siswa lebih mudah mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri. Prestasi yang diraih siswa baik di bidang akademik dan juga non akademik. Aspek- aspek kemampuan mengevaluasi dibatasi pada kemampuan memeriksa dan mengkritik Anderson Krathwohl, 2010: 125-128. Aspek-aspek kemampuan mencipta dibatasi pada kemampuan merumuskan dan mendesain Anderson Krathwohl, 2010: 128-133. Penelitian ini menggunakan kelas V sebagai populasi. Kelas VA diambil sebagai kelompok kontrol dan kelas VC sebagai kelas eksperimen. 6

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 213

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 197

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

0 0 195