8
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka
berpikir dan hipotesis peneitian.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang Mendukung
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Manusia hidup di dunia ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan untuk menuju tingkat kedewasaan diri. Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu
proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik jasmaniah maupun psikis rohaniah menuju kedewasaaan atau kematangan yang berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan Yusuf Sugandhi, 2011: 2. Pendapat lain menyebutkan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang
menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks Sunarto
Hartono, 2008: 43. Perkembangan diartikan proses perubahan kualitatif untuk menuju kematangan dan kedewasaan diri.
Anak yang berada pada kisaran umur tertentu dapat menunjukkan kemampuan intelektualnya masing-masing, terutama pada siswa Sekolah Dasar
yang berkisar antara 7-11 tahun. Umur siswa Sekolah Dasar yang berkisar antara 7-11 tahun melatarbelakangi peneliti untuk menjadikan teori perkembangan
kognitif Jean Piaget 1896-1980 sebagai landasan teori. Selain itu, penelitian ini juga didasarkan pada teori perkembangan Lev Vygotsky 1896-1934, karena
interaksi sosial menurut Vygotsky menjadi faktor penting dalam keberhasilan anak mengembangkan kemampuan kognitif dan afektifnya.
Piaget menyatakan bahwa perkembangan merupakan proses spontan dimana organisme memainkan peran aktif. Piaget mengemukakan beberapa konsep
yang mendukung teorinya, yaitu 1 skema adalah representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan, 2 asimilasi adalah tergabungnya informasi baru
9
ke dalam pengetahuan yang sudah ada skema, 3 akomodasi adalah penyesuaian skema untuk menyesuaikan informasi dan pengalaman baru, 4 organisasi adalah
pengelompokkan perilaku terisolasi ke tatanan sistem kognitif yang lebih tinggi dengan fungsi yang lebih baik, 5 equilibrium adalah mekanisme yang menjelaskan
bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahap pemikirian ke berikutnya. Piaget menyebutkan bahwa perkembangan intelektual seorang individu,
terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut. 1.
Tahap sensori-motor 0-2 tahun ditandai dengan tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah,
mendengar, membau, dan lain-lain. 2.
Tahap pra-operasional 2-7 tahun ditandai dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau
menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama objek. 3.
Operasional Konkret 7-11 tahun ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa yang kelihatan nyata konkret.
4. Operasi Formal lebih dari 11 tahun ditandai dengan remaja yang sudah
dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal piaget dan Inhelder, 1969; Piaget, 1981.
Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan manusia. Salah satu psikolog bernama Lev Vygotsky 1896-1934 memberikan penekanan
utama pada pengaruh interaksi sosial dan kultural dalam perkembangan yang disebut teori sosiokultural. Keyakinan Vygotsky mengenai pentingnya pengaruh
sosial terhadap perkembangan kognitif anak tercermin dalam konsep zona perkembangan proksimal atau zone of proximal development ZPD. Zona
perkembangan proksimal adalah istilah Vygotsky untuk tugas yang terlalu sulit diberikan pada anak untuk dikuasai sendiri, tetapi dikuasai dengan bimbingan dan
bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih ahli dan terampil. Orang lain dalam hal ini memberikan intervensi yang terstruktur tetapi tidak terlalu jauh.
Intervensi tersebut dikenal dengan perancahan scaffolding. Scaffolding adalah pengubahan tingkat dukungan.
Kondisi sosial sangat berpengaruh terhadap tahap perkembangan intelektual anak, terutama tahap perkembangan yang digunakan peneliti, yaitu tahap
10
operasional konkret 7-11 tahun. Subjek penelitian yang ditentukan peneliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar yang berumur sekitar 11 tahun. Proses pemikiran anak
pada tahap operasional konkret diarahkan pada kejadian yang nyata. Anak dapat menyelesaikan permasalahan yang rumit selama permasalahan itu dapat
diselesaikan menggunakan hal konkret. Hal konkret tersebut diamati anak menggunakan panca inderanya, sehingga anak dapat lebih mudah untuk
menemukan permasalahan dan mencari pemecahannya, serta dapat menemukan konsep baru.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran