17
2. Merencanakan
Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana
untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan juga diartikan sebagai kegiatan mempraktikkan langkah-langkah prosedur untuk menciptakan solusi yang nyata
bagi suatu masalah. Nama lain dari merencanakan adalah mendesain. 3.
Memproduksi Memproduksi
melibatkan proses
melaksanakan rencana
untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Tujuan
dari memproduksi adalah menghasilkan suatu produk yang orisinil dan khas, serta didasarkan pada proses kognitif yang telah dipenuhi sebelumnya.
Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap dua aspek kemampuan mencipta, yaitu merumuskan dan mendesain.
2.1.1.7 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam IPA adalah salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu
dari physical sciences. dan life sciences. Physical sciences meliputi ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life
sciences meliputi biologi Samatowa, 2011: 1. Sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai
hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut Conant dalam Samatowa, 2011:1. IPA berusaha
mendorong siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap alam semesta beserta isinya yang menyimpan beragam rahasia yang perlu dipecahkan melalui
prosedur ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam IPA memiliki hakikat, yaitu 1 pengetahuan alam
sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, 2 perlunya IPA diajarkan di Sekolah Dasar Samatowa, 2011: 2-4. IPA sangat
penting untuk diajarkan di Sekolah Dasar, karena IPA mengajarkan siswa untuk lebih kritis dalam mempelajari lingkungan alam dan isinya. Pembelajaran IPA yang
diciptakan oleh guru harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif setiap
18
siswa. Hal tersebut dilakukan demi terciptanya pembelajaran yang bermakna dan berguna sepanjang hayat bagi siswa.
2.1.1.8 Perubahan Sifat Benda
Standar kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah “4.
Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat ben
da sebagai hasil suatu proses”, sedangkan kompetensi dasar yang digunakan adalah “4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik
sementara maupun tetap”. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah
perubahan sifat benda. Materi yang dibahas mulai dari sifat benda, faktor perubahan sifat benda pembakaran, pembusukan, pemanasan, perkaratan, dan pendinginan,
serta perubahan sifat benda secara tetap dan sementara.
Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran
1. Sifat Benda
Setiap benda mempunyai sifat tertentu yang membedakannya dengan benda lain Azmiyawati, 2008: 70, antara lain:
a. Bentuk
Bentuk benda bermacam-macam. Contohnya adalah persegi, persegi panjang, segitiga, balok, kerucut, tabung, dan sebagainya.
b. Warna
Warna benda juga bermacam-macam. Contohnya benda yang berwarna hitam, hijau, dan kuning, dan sebagainya.
c. Kelenturan
Kelenturan adalah sifat benda yang mudah dilengkungkan. Benda yang bersifat lentur dapat dibengkokkan dan tidak mudah patah.
Perubahan Sifat Benda
Sifat Benda Faktor Perubahan Sifat
Benda Perubahan Sifat Benda
Secara Tetap dan Sementara
19
d. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan goresan. Suatu benda bersifat lebih keras daripada benda lain jika dapat menggores benda tersebut.
e. Bau
Benda ada yang berbau dan ada yang tidak berbau. Bau benda meliputi harum, busuk, dan amis.
2. Faktor Perubahan Sifat Benda
Benda dapat mengalami perubahan sifat karena beberapa faktor Sulistyanto, 2008: 78-79 sebagai berikut. 1 Pemanasan yaitu faktor yang
mengakibatkan benda mengalami perubahan sifat, contohnya adalah mencairnya es krim disebabkan karena suhu tinggi. 2 Pendinginan yaitu faktor yang
menyebabkan benda mengalami perubahan sifat, contohnya air yang berubah menjadi es setelah didinginkan di dalam kulkas. 3 Pembakaran yaitu faktor yang
menyebabkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, kelenturan, dan bau, contohnya adalah sebelum dibakar kertas berwarna putih, namun setelah dibakar
warna kertas berubah menjadi hitam dan menjadi abu. 4 Pembusukan yaitu faktor yang mengakibatkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau. Jika
menyimpan buah di udara terbuka dalam waktu beberapa hari tentunya buah itu akan menjadi lembek, layu, dan warnanya pun berubah. Hal ini terjadi karena buah
yang dibiarkan di udara terbuka akan mengalami pembusukan. 5 Perkaratan yaitu faktor yang menyebabkan benda mengalami perubahan warna dan kekuatan.
Logam seperti besi dapat mengalami perkaratan apabila terkena air atau uap air dan dibiarkan dalam waktu yang lama. Perkaratan ini menyebabkan warna besi berubah
dan besi menjadi rapuh.
3. Perubahan Sifat Benda secara Tetap dan Sementara
Perubahan wujud pada benda dikelompokkan menjadi dua, yaitu perubahan wujud yang dapat dibalik sementara dan perubahan wujud yang tidak dapat
dibalik tetap Sulistyanto, 2008: 80-81 yang dijabarkan sebagai berikut. a.
Perubahan Wujud Benda yang Dapat Balik
20
Perubahan wujud yang dapat balik artinya benda yang mengalami perubahan dapat kembali ke bentuk semula, contohnya perubahan pada air. Air jika
didinginkan akan menjadi es. Es ini apabila dipanaskan akan kembali menjadi air. b.
Perubahan Wujud Benda yang Tidak Dapat Balik Perubahan wujud tidak dapat balik artinya perubahan benda yang tidak
dapat kembali ke bentuk atau wujud semula. Apabila kertas dibakar maka kertas menjadi serpihan abu yang berwarna hitam. Serpihan abu yang berwarna hitam ini
tidak dapat kembali menjadi kertas.
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
2.1.2.1 Penelitian tentang Inkuiri
Ambarsari, Santosa, dan Maridi 2013 untuk meneliti penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses Sains dasar pada
pelajaran Biologi siswa kelas VIII SMA Negeri 7 Surakarta. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu Quasi experimental research.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 20112012, sedangkan sampelnya adalah dua
kelas kelas kontrol dan kelas eksperimen yang masing-masing kelas berjumlah 30 siswa. Penelitian tersebut menunjukkan Harga p-value = 0,014 dan taraf signifikasi
5 . Hal ini berarti jika signifikasi probabilitas p-value 0,05 maka hipotesis nihil Ho berada pada daerah penolakan karena signifikasi probabilitas p-value
α 0,05 sehingga penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar pada mata pelajaran Biologi.
Santiningyas, Prasetyo, dan Priyono 2012 meneliti pengaruh outdoor learning berbasis inkuiri terhadap hasil belajar materi ekosistem. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh Outdoor Learning berbasis inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada materi ekosistem di SMP N 2 Selopampang. Metode yang
digunakan adalah Quasi Experimental Design. Populasi penelitian ini adalah kelas VII SMP N 2 Selopampang dengan sampel VII A sebagai kelompok eksperimen
dan kelas VII B sebagai kelompok kontrol. Data hasil belajar siswa dianalisis
21
dengan uji t dan regresi linear sederhana. Hasil uji t menunjukkan perbedaan menunjukkan perbedaan yang nyata dari kedua kelompok t
hitung
t
tabel
. Hasil regresi linear sederhana mengindikasikan bahwa Outdoor Learning berbasis
inkuiri berpengaruh secara nyata pada hasil belajar siswa nilai sig. 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Anggraeni, Ristiati, dan Widiyanti 2013 meneliti implementasi strategi
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan antara
kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran langsung dilihat dari:
1 kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa, 2 kemampuan berpikir kritis, 3 pemahaman konsep. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen.
Hasil penelitiannya adalah kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan strategi
pembelajaran langsung: 1 terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep F = 68,151; p 0,05; 2 terdapat perbedaan kemampuan
berpikir kritis F
hitung
= 85,601 F
tabel
= 3,94; p 0,05; 3 terdapat perbedaan pemahaman konsep F
hitung
=88,474 F
tabel
= 3,94; p 0,05. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kintamani tahun ajaran
20122013. Sampel penelitian ini adalah 2 kelas. Kelas yang pertama menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan kelas yang kedua menggunakan strategi
pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran inkuiri sudah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan menumbuhkembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif