41
Persentase kenaikan skor pretest ke posttest I dihitung menggunakan rumus sebagai berikut Gunawan, 2006: 575.
Tahap  selanjutnya  adalah  menghitung  gain  score.  Gain  score  adalah perbedaan skor pretest dan posttest dari sebuah ukuran Fraenkel, 2012: 250-251.
Penghitungan selisih skor pretest dan posttest Gain Score dilakukan untuk melihat perbedaan selisih skor pretest dan posttest I yang paling dominan pada kelompok
kontrol  dan  eksperimen.  Cara  untuk  menghitung  gain  score  adalah  membagi frekuensi dengan jumlah siswa dikalikan 100. Frekuensi gain score yang diambil
kurang lebih 50 dari skor tertinggi selisih posttest I-pretest kedua kelompok. Gain score ditunjukkan pada distribusi frekuensi pada suatu diagram poligon.
3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest bertujuan mengetahui besarnya  pengaruh  metode  ceramah  dan  metode  inkuiri  terhadap  kemampuan
mengevaluasi  dan  kemampuan  mencipta.  Analisis  statistik  dengan  menggunakan program  komputer  IBM  SPSS  Statistics  20  for  Windows.  Data  yang  diuji
terdistribusi normal dan berasal dari kelompok yang sama, sehingga menggunakan uji statistik Paired samples t-test Field, 2009: 325. Data yang diuji terdistribusi
dengan tidak normal dan berasal dari kelompok yang sama, sehingga menggunakan uji statistik Wilcoxon Field, 2009: 345.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan tingkat kepercayaan sebesar 95. Hipotesis statistik untuk menganalisis data adalah sebagai berikut.
H
i
:  Ada  perbedaan  yang  signifikan  antara  skor  pretest  ke  postest  I  pada kelompok kontrol dan atau kelompok eksperimen.
H
null
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke postest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria  yang  digunakan  untuk  menarik  kesimpulan  Santoso,  2012:  100 adalah sebagai berikut.
Peningkatan persentase =
�−
x
Gambar 3.5 Rumus Persentase Peningkatan  Rerata SkorPretest ke Posttest I
42
1. Jika Sig. 2-tailed  0,05, maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. 2.
Jika Sig. 2-tailed  0,05, maka H
null
ditolak dan H
i
diterima.
3.8.5.3 Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I
Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I dilakukan untuk mengetahui hubungan  atau  korelasi  antara  rerata  skor  pretest  dan  posttest  I  pada  kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.   Jika data yang diperoleh terdistribusi dengan normal,  maka  digunakan  rumus  koefisien  korelasi  Pearson  program  SPSS  for
Windows.  Jika  data  tidak  terdistribusi  normal,  maka  digunakan  analisis  statistik non-paramterik, yaitu rumus
Spearman’s correlation coefficient Field, 2009: 332. Langkah  selanjtnya  adalah  menganalisis  dengan  tingkat  kepercayaan
sebesar  95.  Hipotesis  statistik  yang  digunakan  untuk  menganalisis  data  Field, 2009: 181 adalah sebagai berikut.
H
i
: Ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest  dan postest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
H
null
:  Tidak  ada  korelasi  yang  positif  dan  signifikan  antara  skor  pretest  dan postest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Positif  berarti  semakin  tinggi  skor  pretest  maka  semakin  tinggi  pula  skor posttest  I.  Signifikan  berarti  hasil  skor  korelasi  dapat  digeneralisasikan  pada
populasi. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan Santoso, 2012: 100 adalah sebagai berikut.
1. Jika Sig. 2-tailed  0,05, maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. 2.
Jika Sig. 2-tailed  0,05, maka H
null
ditolak dan H
i
diterima.
3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan