Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa

reward berupa buku tulis, pensil, bolpoint, dan snack bagi kelompok pemenang. Sedangkan kelompok yang tidak menang mendapatkan bolpoint dan snack.

4.2.2 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa

Peningkatan keaktifan belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dilaksanakan di kelas IV A SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 20152016 yang berjumlah 31 siswa. Variabel keaktifan diteliti dengan menggunakan instrumen penelitian yang berupa lembar angket dan lembar observasi. Penelitian Tindakan Kelas PTK ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa belajar dalam kelompok. Peneliti berharap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, penelitian ini dapat meningkatkan kerjasama individu dalam belajar kelompok untuk memecahkan masalah meskipun berlatar belakang heterogen. Keaktifan siswa dalam belajar baik kelompok maupun individu sangat penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran IPA maupun tercapainya semua indikator pembelajaran yang telah ditentukan peneliti. Sehingga proses belajar mengajar IPA berjalan dengan baik dan maksimal. Penelitian ini berlangsung 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Masing-masing per temuan selama 2 jam pelajaran atau 2 χ 35 menit. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan penelitian, observasi, dan refleksi. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 5 Oktober 2015 pukul 08.10-09.35 WIB. Sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada Senin, 10 Oktober 2015 pukul 09.40-10.50 WIB. Hasil observasi yang dilakukan oleh 2 observer di masing-masing pertemuan terhadap 6 kelompok heterogen, menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa meskipun belum mencapai maksimal. Keaktifan belajar siswa berdasarkan observasi diperoleh rata-rata sebesar 63,36 Tabel 4.7. Data observasi tersebut diperkuat lagi dengan angket yang telah diisi oleh siswa diakhir siklus I, menunjukkan adanya peningkatan menjadi lebih baik dibandingkan rata-rata kondisi awal yang sebesar 58,39 Tabel 4.4. Berdasakan hasil angket siklus I, diperoleh rata-rata sebesar 78,33 Tabel 4.8. Berikut ini merupakan tabel pencapaian keaktifan belajar siswa menggunakan angket. Tabel 4.18 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I No Nama Kondisi Awal Capaian Siklus I Skor Kategori Skor Kategori 1. IVA 76,6 Tinggi 75 Tinggi 2. F - - - - 3. LSS 80 Tinggi 86,6 Tinggi 4. CADP 46,6 Rendah 70 Tinggi 5. RAR 45 Rendah 83,3 Tinggi 6. WS 81,6 Tinggi 78,3 Tinggi 7. ASS 56,6 Sedang 63,33 Rendah 8. AMEP 40 Rendah 78,3 Tinggi 9. AWR 85 Tinggi 60 Rendah 10. ASW 51,6 Rendah 78,3 Tinggi 11. AR 46,6 Rendah 78,3 Tinggi 12. CF 41,6 Rendah 80 Tinggi 13. DHF 40 Rendah 78,3 Tinggi 14. DA 41,6 Rendah 88,3 Tinggi 15. DEW 40 Rendah 75 Tinggi 16. EAC 83,3 Tinggi 88,3 Tinggi 17. FA 73,3 Tinggi 78,3 Tinggi 18. JDKP 78,3 Tinggi - - 19. JFAP 41,6 Rendah 75 Tinggi 20. KFK 83,3 Tinggi 83,3 Tinggi 21. LAM 96,6 Tinggi 86,6 Tinggi 22. MYA 40 Rendah 80 Tinggi 23. NBR 50 Rendah 86,6 Tinggi 24. NYA 48,3 Rendah 78,3 Tinggi 25. RDKP 73,3 Tinggi 75 Tinggi 26. RDL 40 Rendah 78,3 Tinggi 27. SS - - 63,3 Rendah 28. SDY 40 Rendah 85 Tinggi 29. TN 80 Tinggi 85 Tinggi 30. IEH 43,3 Rendah 80 Tinggi 31. AYAW 48,3 Rendah 73,3 Tinggi Berdasarkan data di atas, tampak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap keaktifan belajar siswa. Ada 17 siswa yang mengalami peningkatan keaktifan belajar dari kondisi awal “rendah” kemudian meningkat menjadi tinggi di siklus I. Sebanyak 9 s iswa mengalami keaktifan belajar tetap “tinggi” baik dikondisi awal maupun disiklus I. Sedangkan satu siswa mengalami penurunan keaktifan belajar dari “sedang” ke “rendah”, satu siswa juga mengalami penurunan keaktifan belajar dari “tinggi” ke “rendah”. Namun, ada dua siswa yang belum bisa diputuskanpeningkatan keaktifannya karena satu siswa tidak berangkat pada kondisi awal, satu siswa tidak masuk disiklus I, dan satu siswa tidak masuk ketika kondisi awal maupun siklus I. Peningkatan keaktifan belajar siswa berdasarkan observasi dan angket dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I No Teknik Pengumpulan Data Skor Kategori 1 Observasi 63,36 Sedang 2 Angket 78,33 Tinggi Rata-rata 70,84 Tinggi H asil perhitungan observasi kondisi awal 33,17 “rendah” menjadi 63,36 “tinggi” di siklus I. Sedangkan untuk angket kondisi awal diperoleh rata-rata 58,39 menjadi 78,33 di akhir siklus I. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa. Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa, 20 Oktober 2015 pukul 09.05-10.15 WIB. Sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada Sabtu, 24 Oktober 2015 pukul 10.15-11.30 WIB. Hasil observasi yang dilakukan oleh 2 observer di masing-masing pertemuan terhadap 6 kelompok heterogen, menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dibandingkan siklus I. Keaktifan belajar siswa berdasarkan observasi diperoleh rata-rata sebesar 63,36 Tabel 4.7. Data observasi tersebut diperkuat lagi dengan angket yang telah diisi oleh siswa diakhir siklus II, menunjukkan adanya peningkatan menjadi lebih baik dibandingkan rata-rata siklus I yang sebesar 78,33 Tabel 4.8. Berdasakan hasil angket siklus II, diperoleh rata-rata sebesar 88,16 Tabel 4.11. Berikut merupakan tabel capaian keaktifan siswa disiklus II. Tabel 4.20 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II No Nama Capaian Siklus I Capaian Siklus II Skor Kategori Skor Kategori 1. IVA 75 Tinggi 88,3 Tinggi 2. F - - - - 3. LSS 86,6 Tinggi 90 Tinggi 4. CADP 70 Tinggi 91,6 Tinggi 5. RAR 83,3 Tinggi 88,3 Tinggi 6. WS 78,3 Tinggi 93,3 Tinggi 7. ASS 63,33 Rendah 88,3 Tinggi 8. AMEP 78,3 Tinggi - - 9. AWR 60 Rendah 68,33 Tinggi 10. ASW 78,3 Tinggi 91,6 Tinggi 11. AR 78,3 Tinggi 98,3 Tinggi 12. CF 80 Tinggi 95 Tinggi 13. DHF 78,3 Tinggi 83,3 Tinggi 14. DA 88,3 Tinggi 90 Tinggi 15. DEW 75 Tinggi 93,3 Tinggi 16. EAC 88,3 Tinggi 95 Tinggi 17. FA 78,3 Tinggi 91,6 Tinggi 18. JDKP - - 78,3 Tinggi 19. JFAP 75 Tinggi 95 Tinggi 20. KFK 83,3 Tinggi - - 21. LAM 86,6 Tinggi 93,3 Tinggi 22. MYA 80 Tinggi 90 Tinggi 23. NBR 86,6 Tinggi 90 Tinggi 24. NYA 78,3 Tinggi 98,3 Tinggi 25. RDKP 75 Tinggi 96,6 Tinggi 26. RDL 78,3 Tinggi 93,3 Tinggi 27. SS 63,3 Rendah 43,3 Rendah 28. SDY 85 Tinggi 96,6 Tinggi 29. TN 85 Tinggi 78,3 Tinggi 30. IEH 80 Tinggi 90 Tinggi 31. AYAW 73,3 Tinggi 91,6 Tinggi Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Ada 25 siswa yang mengalami peningkatan dari “tinggi” ke “tinggi”. Satu siswa mengalami peningkatan dari “rendah” disiklus I menjadi meningkat disiklus II. Sedangkan satu siswa tetap berada dikriteria “rendah”. Satu siswa memperoleh skor keaktifan belajar tinggi disiklus II, namun ketika siklus I tidak masuk. Ada tiga siswa tidak memperoleh skor disiklus II karena tidak masuk.Peningkatan keaktifan belajar siswa berdasarkan observasi dan angket dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.21 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II No Teknik Pengumpulan Data Skor Kategori 1 Observasi 72,81 Tinggi 2 Angket 88,16 Tinggi Rata-rata 80,48 Tinggi Hasil perhitungan observasi siklus I 63,36 “sedang” menjadi 72,81 “tinggi” di siklus II. Sedangkan untuk angket diakhir siklus I diperoleh rata-rata 78,33 “tinggi” menjadi 88,16 “tinggi” di akhir siklus II. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa. Tabel 4.22 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Variabel Instrumen Kondisi Awal Siklus I Siklus II Target Pencapaian Target Pencapaian Keaktifan Rata-rata Keaktifan 45,78 rendah 75 70,84 tinggi 75 80,48 tinggi Berdasarkan kondisi awal keaktifan belajar siswa, diperoleh rata-rata skor keaktifan belajar siswa sebesar 45,78 “rendah”. Setelah peneliti memberikan tindakan pada siklus I diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 70,84 “tinggi”. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan keaktifan pada siswa dibandingkan kondisi awal. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 80,48 “tinggi”. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dari siklus I. Peneliti menggambarkan hasil peningkatan keaktifan belajar siswa pada diagram berikut ini: Gambar 4.1 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Diagram di atas menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dari kondisi awal, kemudian setelah diberikan tindakan di siklus I menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Namun, pencapaian di siklus I belum 45,78 70,84 80,48 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Kondisi Awal Siklus I Siklus II maksimal karena belum mencapai target yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 75. Kemudian penelitian dilanjutkan ke siklus II, di siklus II keaktifan belajar siswa semakin meningkat hingga mencapai target yang telah ditentukan peneliti. Sehingga penelitian diakhiri sampai akhir siklus II. Hasil dari masing-masing siklus diperoleh dari perhitungan rata-rata observasi dan rata-rata angket yang telah diisi siswa, kemudian dibagi jumlah dua. Diperolehlah rata-rata skor keaktifan belajar siswa. Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui tindakan siklus I dan II, peneliti menarik kesimpulan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan membagi siswa ke dalam kelompok yang memiliki tingkat kepandaian berbeda, suku, agama, dan jenis kelamin atau heterogen dapat meningkatkan dan menumbuhkan rasa aktif pada siswa. Karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, siswa juga akan mendapatkan penghargaan atau reward apabila mampu mengumpulkan skor tertinggi. Sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran, serta mempunyai keinginan untuk menjadi yang terbaik. Meskipun di awal pembelajaran siswa terlihat belum terbiasa dengan kelompok dan sulit untuk bekerjasama satu sama lain, namun pada akhirnya kegiatan belajar dalam kelompok dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siswa pada awalnya beberapa siswa tidak mau masuk dalam kelompok, mereka ingin memilih teman kelompok sendiri, namun peneliti telah membagi siswa secara heterogen. Kemudian peneliti memberikan pengertian pada siswa supaya terbiasa, mengenal satu sama lain dengan teman yang lain tidak hanya dengan teman dekat mereka saja. Akhirnya siswa mulai terbiasa dengan kelompok masing-masing dan saling menerima satu sama lain.

4.2.3 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017.

0 0 232

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

2 14 384

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 1 304

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 2 314

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 7 402

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 9 245

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016 2017

0 0 230