Siswa harus mengerjakan soal evaluasi siklus I secara individu, hal ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa mengenai materi yang telah
dipelajari. Kegiatan penutup, siswa dan guru menarik kesimpulan dari pembelajaran
yang telah berlangsung, siswa mendengarkan informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Setelah itu, siswa melakukan refleksi
dengan bimbingan guru dengan menempelkan emoticon di sterofoam, sebelum pulang perwakilan kelompok secara bergantian menempelkan reward bintang
yang diperoleh di sterofoam. Siswa dan guru saling mengucapkan salam dan siswa diminta menyiapkan buku untuk pelajaran selanjutnya.
4.1.3.4 Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan ini dilakukan oleh kolaborator,
yaitu satu teman PPL dan guru kelas IV A. Pengamatan dilakukan untuk melihat kesesuaian RPP dengan jalannya pembelajaran dan juga untuk melihat keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran. Peneliti mengamati keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan lembar pengamatan atau observasi. Kolaborator memberikan tanda check list
√ pada lembar pengamatan apabila siswa terlihat aktif dan sesuai dengan indikator keaktifan yang ada.
4.1.3.5 Refleksi
Proses belajar mengajar siklus I dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA kelas IV A SD Negeri Nanggulan
Depok berjalan lancar dan sesaui dengan rencana penelitian. STAD merupakan kegiatan pembelajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok dan
bekerjasama untuk belajar dan memecahkan masalah dengan berbagai perbedaan yang ada atau heterogen. Di dalam kelompok terdapat perbedaan jenis kelamin,
tingkat kepandaian, dan agama yang berbeda pula. Awal pembentukan kelompok, masih banyak siswa yang kecewa dengan anggota kelompoknya. Siswa ingin
membuat kelompok sendiri yaitu dengan teman dekat mereka, namun peneliti telah mengacak setiap individu untuk masuk dalam kelompok yang telah
ditentukan. Ketika pembelajaran telah berlangsung, siswa sudah mulai tertarik dengan media yang peneliti gunakan untuk mendukung pembelajaran, media yang
ada berupa video dan torso rangka tubuh manusia. Sehingga peneliti lebih dimudahkan untuk menjelaskan materi dengan video yang telah diamati siswa.
Namun, ketika siswa belajar materi, tanya jawab, dan mengerjakan LKS, terlihat sikap kurang memperhatikan dalam kelompok. Ini terbukti dengan beberapa siswa
kurang berinteraksi dengan kelompoknya sendiri, tetapi justru ngobrol dengan teman yang berbeda kelompok. Sehingga dalam mengerjakan LKS, hanya ada
beberapa siswa saja yang terlihat serius berdiskusi. Rata-rata hasil untuk skor keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar
70,84 “tinggi” Tabel 4.9. Hasil tersebut diperoleh dari rata-rata skor kedua observer yaitu guru kelas IV dan teman PPL, serta dari hasil rata-rata angket yang
diisi oleh siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan. Peneliti menargetkan kriteria keberhasilan untuk keaktifan belajar siswa mencapai 75. Hasil dari rata-rata
keaktifan belajar siswa tersebut belum mencapai target yang ditentukan sebelumnya.
Tabel 4.1 Capaian Keaktifan dan Presatasi Belajar Siklus I.
Variabel Indikator
Kondisi Awal Siklus I
Target Capaian
Target Capaian
Keaktifan Rata-rata keaktifan
75 45,78
rendah 75
70,84 tinggi
Prestasi Rata-rata nilai
78 68,94
78 75,32
Persentase siswa
yang mencapai KKM
78 70
46,42 rendah
70 63,33
rendah
Dari hasil tes prestasi yang telah diujikan pada siswa di siklus I, masih banyak siswa yang belum mencapai KKM. Peneliti menduga, hal tersebut terjadi
karena materi tentang rangka ini tergolong sulit. Di dalam materi ini, siswa dituntut untuk memahami materi yang banyak hafalan. Selain itu, kurangnya
kerjasama antar individu dalam kelompok juga dapat mempengaruhi hasil dari prestasi di siklus I. Siswa masih terpaku pada teman dekatnya, sehingga untuk
akrab dan belajar bersama dalam kelompok belum dapat terjalin dengan baik. Hal ini juga terlihat ketika siswa mengerjakan LKS dan tanya jawab ketika diberikan
waktu untuk memahami materi. Masing-masing individu masih terlihat tertutup, baru terlihat beberapa siswa saja yang aktif berdiskusi, tanya jawab, maupun
mengerjakan LKS. Sehingga, hasil diskusi kelompok kurang terlihat ketika mengisi LKS maupun mengerjakan tes soal evaluasi siklus I. Maka, siswa mengisi
angket sesuai dengan apa yang dilakukan ketika belajar di dalam kelompok,
sehingga mempengaruhi hasil angket keaktifan yang diisi oleh siswa. Peneliti menargetkan kriteria keberhasilan dari keaktifan sebesar 75. Hal tersebut
menunjukkan bahwa target variabel keaktifan dan prestasi pada siklus I belum tercapai, sehingga peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II.
4.1.4 Siklus II