233
C. Penyusunan Perangkat Penilaian
Penyusunan perangkat penilaian yang dibuat oleh guru tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dirancang dalam format silabus dan RPP. Pada unit
kegiatan belajar 1 telah diuraikan bagaimana mengembangkan evaluasi hasil belajar di dalam sistem pembelajaran. Artinya perangkat penilaian yang dibuat
oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Perangkat penilaian dalam satu kesatuan desain sistem pembelajaran akan
menghasilkan alat penilaian tes dan non tes yang dilengkapi petunjuk pelaksanaan, sehingga akan memudahkan proses pengukuran yang dilakukan
oleh guru.
Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi tujuan pembelajaran peserta didik.
Penilaian ini dilakukan secara konsisten dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu penilaian dilakukan secara sistematik yaitu
menggunakan langkah-langkah yang berurutan dalam perencanaannya.
Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik melalui
berbagai teknik, dan pemberian nilai terhadap hasil belajar berdasarkan standar tertentu.
Kegiatan menilai hasil belajar siswa tersebut harus terarah dan terprogram. Hal ini dimaksudkan bahwa menilai hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang
telah dirumuskan di dalam silabus dan RPP. Selain itu metode dan teknik penilaian dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dalam silabus dan
RPP. Dengan demikian penilaian yang dilakukan guru merupakan satu rangkaian yang tidak dapat terpisahkan seperti ilustrasi berikut:
234
Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat penilaian berbasis
kelas.
1. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar
Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi dan prosedur merencanakan seperti yang telah
dijabarkan pada unit kegiatan belajar satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada
komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian. Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya dipahami dengan
baik.
Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund 1985 dalam Zaenal Arifin 1009, h. 91-102 dari beberapa langkah:
a Menentukan Tujuan Penilaian
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta
Tujuan pembelajaran SK-KD dan Indikator
Komponen penilaian dalam silabus:
SK dan KD
Komponen Penilaian dalam RPP: KD dan
Indikator Metode dan
Teknik
Butir-butir tes, non tes, tugas dan lain-lain
Perangkat
235
ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi, jenismodel, dan karakter alat penilaian.
Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran formatif, untuk menentukan
keberhasilan peserta didik sumatif, untuk mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran diagnostik, atau untuk
menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya penempatan.
Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik,
penempatan atau seleksi.
b Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap serta nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam
silabus dan RPP. Dengan kata lain, pada tahap ini harus diidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes.
Untuk memudahkan kegiatan tahap ini, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi
tujuan pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy Bloom yang dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang dikelompokkan
dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor.
c Menyusun Kisi-kisi Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi
item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisi-kisi adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan
perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan setepat mungkin ruang
lingkup dan tekanan tesnon tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi guru dalam
menyusun butir-butir tes non tes.
236
Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam pengembangan dan penyusunan tes non tes, karena didalamnya
terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memenuhi persyaratan
tertentu, antara lain:
• Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai
sampel perilaku yang akan dinilai. •
Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami. •
Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun
berdasarkan silabus mata pelajaran atau RPP. Jadi guruevaluator harus melakukan analisis silabusRPP terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-
kisi soal.
Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi
dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen pokok.
Contoh : KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR
Sekolah :
KelasSemester :
Standar Kompetensi :
Jenis SoalKinerja :
Jumlah butir :
No Kompetensi
Dasar Materi
Indikator No.
Soal Kinerja
Gambar Contoh Format Kisi-kisi
Komponen Identitas
Komponen Pokok
237
Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain
meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
d Mengembangkan Draf Instrumen Menulis butir-butir instrumen Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir tesnon
tes dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan atau aspek kinerja yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi.
Setiap pertanyaan atau aspek kinerja harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif.
Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf kesukaran, kompleksitas, serta gaya pemahaman yang paling sesuai
dengan siswa.
Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya,
penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik penulisan soal, kemampuan
dalam hal ini harus menguasai teknik penulisan butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masing-masing
jenis soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya.
e Uji-coba dan Analisis Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan
memilah butir instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah tesnon tes. Secara garis besar, tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui
butir instrumen yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrumen mana yang baik untuk dipergunakan
selanjutnya.
Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen dengan hasil belajar yang akan diukur apakah butir instrumen telah
mengukur apa yang akan diukurvalid. Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrumen dari aspek bahasa, sehingga dapat dimungkinkan
kesalahan siswa dalam merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses yang panjang mulai
dari ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan. Diperlukan
pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
238
f Revisi dan Merakit Instrumen Baru Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang
valid dengan kisi-kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, selanjutnya dirakit menjadi sebuah
perangkat tesnon tes. Sedangkan yang belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan.
Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir instrumen secara total. Untuk soal-soal yang valid dan telah
mencerminkan semua pokok bahasan serta aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tesnon tes yang valid dan
dilanjutkan dengan merakit tesnon tes hasil revisi. Selanjutnya terkait urutanpenomoran, dalam suatu tesnon tes pada umumnya urutan
dilakukan menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang sederhana menuju kompleks.
239
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN 2
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian- penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian
deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan penelitian-penelitian itu.
Beberapa karakteristik PTK antara lain: •
Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual. •
Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah.
• Data diambil dari berbagai sumber.
• Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
• Partisipatif, dilakukan sendiri.
• Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut: PTK:
• Dilakukan sendiri oleh guru
• Memperbaiki pembelajaran secara langsung
• Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan
• Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit
• Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen
•
Sampel tidak perlu representatif
Penelitian Formal:
• Dilakukan oleh orang lain
• Mengembangkan teori, melalui generalisasi
• B
iasanya mempersyaratkan hipotesis •
Menuntut penggunaan analisis statistik