Peran Guru dalam Pengembangan Kemampuan Sosial dan Emosi Anak

481 Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan social yang melibatkan kemampuan emosi diri dalam berhubungan dengan orang lain, kemampuan memilah dan menggunakan informasi dalam berpikir dan berperilaku. Dengan demikian, kecerdasan emosional berada dalam wilayah kecerdasan social. Sebagai contoh, dalam berinteraksi dengan orang lain, emosi dan perasaan individu ikut berperan. Goleman mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan diri, dan mengatur suasana hati. Dari berbagai definisi yang ada, dapat dideskripsikan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan mengenali dan memahami emosi diri. Hal ini terkait dengan kemampuan mengungkapkan perasaan secara baik, tepat dan wajar. Kecerdasan emosi terkait dengan berbagai kemampuan sebagai berikut: 1 Kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri; 2 Kemampuan untuk mengelola mengekspresikan emosi diri dengan tepat; 3 Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri; 4 Kemampuan untuk mengenali orang lain; 5 Kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, untuk memiliki kecerdasan emosional, membutuhkan proses dan latihan. Ketrampilan mengelola perasaan perlu dilatih sejak anak berusia dini secara bertahap. Jika ini dilakukan, maka diharapkan anak dapat bertahan dan dapat melakukan pemecahan masalah dalam kehidupannya.

b. Peran Guru dalam Pengembangan Kemampuan Sosial dan Emosi Anak

Peran pendidik dalam mengembangkan kemampuan sosialisasi dan emosi pada anak usia dini adalah sebagai berikut: 1 Memberikan berbagai stimulasi pada anak Pendidik perlu memberikan stimulasi atau rangsangan edukatif agar k emampuan sosial emosi anak dapat berkembang sesuai dengan tahapan usian ya. Kegiatan belajar seraya bermain dapat dioptimalkan sebagai cara untuk mensti mulasi anak, misal: mengajak anak terlibat dalam permainan kelompok kecil, melatih anak bermain bergiliran, mengajak anak menceritakan pengalamannya di depan kela s, melatih kesadaran anak untuk berbagi dalam kegiatan kemanusiaan jika t erjadi sebuah bencana, dsb. 2 Menciptakan lingkungan yang kondusif Pendidik perlu mengelola kelas menjadi tempat yang dapat meng embangkan kemampuan sosial emosi anak, terutama kesadaran anak untuk bertan ggung jawab 482 terhadap benda dan tindakan yang dilakukannya. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik dan psikis. Lingkungan fisik menekankan pada ruan g kelas sebagai tempat anak berlatih kecakapan sosial emosinya sedangkan lingkunga n psikis lebih ditekankan pada suasana lingkungan yang penuh cinta kasih sehingga anak merasa aman dan nyaman di kelas. 3 Memberikan contoh Pendidik adalah contoh konkret bagi anak. Segala tindakan dan tutur kata pendidik akan diikuti oleh anak. Oleh karena itu, pendidik seyogyanya da pat menjaga perilaku sesuai dengan norma sosial dan nilai agama, seperti menghar gai pendapat anak,bersedia menyimak keluh kesah anak, membangun sikap positif an ak, berempati terhadap masalah yang dihadapi anak, dsb. 4 Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak Pendidikan sebaiknya tidak sungkan memberikan pujian terhadap kec akapan sosial yang sudah dilakukan oleh anak secara proporsional. Pujian dapat dib erikan secara lisan maupun non lisan. Secara lisan, pujian diberikan sesegara mungki n setelah anak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pengembangan sosi al emosional tercapai. Sementara pujian non lisan dapat berupa senyuman, pel ukan, atau pemberian benda-benda tertentu yang bermakna untuk anak. 1 Memberikan berbagai stimulasi pada anak 2 Memperhatikan usia, kebutuhan dan tahap perkembangan anak 3 Menciptakan lingkungan yang kondusif 4 Memberikan contoh 5 Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak

c. Peran Guru dalam Pengembangan Program untuk Meningkatkan Sosilisasi dan Emosi anak