Umar menunjukkan sikap lembutnya kepada Maryam, istrinya. Hal itu juga yang membuat Maryam merasa senang. Hal tersebut seperti dalam kutipan
berikut: 19
Umar selalu sopan dan lembut pada Maryam. Setiap pulang dalam keadaan lelah karena baru berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, ia mendekati
Maryam dan berkata pelan, “Sabar ya, sampai besok Jumat semua selesai.” Maryam tersenyum. Ia tahu maksud Umar. Dan ia memang tak
mempermasalahkan apa-apa. Semua begitu mudah dipahami.
Madasari, 2012: 166
Berdasarkan kutipan 19 digambarkan bahwa Umar benar-benar seorang suami yang bersikap sopan dan lembut pada Maryam. Ia berusaha menenangkan
Maryam agar tak bosan. Terlihat jelas juga bahwa Maryam sangat menyukai sikap Umar dibandingkan dengan mantan suaminya, Alam.
2.2.1.3 Tokoh dan Penokohan Pak Khairuddin
Pak Khairuddin merupakan ayah dari Maryam. Pak Khairuddin bekerja sebagai tengkulak ikan. Dapat dikatakan, Pak Khairuddin merupakan seorang
kepala keluarga yang dapat menghidupi keluarganya dengan baik. Dari hasil itulah bapak Maryam bisa membangun rumah serta membiayai kuliah Maryam,
anaknya. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut: 20
Bapak Maryam menjadi tengkulak ikan. Membeli hasil tangkapan nelayan-nelayan, lalu menjualnya ke pasar kecamatan dan rumah-rumah
makan. Dengan hasil dari ikan itulah bapak Maryam bisa membangun rumah yang layak, punya satu pikap, dan menyekolahkan dua anaknya.
Kuliah Maryam di Surabaya dibiayai orangtuanya sendiri. Dia hanya menumpang tinggal di rumah Pak Zul, demi keamanan, juga karena tradisi
persaudaraan sesama mereka.
Madasari, 2012: 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 Gerupuk adalah deretan perahu-perahu nelayan, bau amis ikan, dan
nelayan-nelayan berkulit legam. Setiap orang hidup dari tangkapan ikan, udang, atau teripang. Bapak Maryam satu dari sedikit orang yang
beruntung. Ia hidup dari ikan-ikan itu tanpa perlu lagi melaut sendiri. Ia hanya perlu menunggu orang-orang, membelinya sesuai kesepakatan, lalu
menjualnya di Pasar Sengkol, dua puluh kilometer ke arah barat dari Gerupuk.
Madasari, 2012: 42 Berdasarkan kutipan 20 dan 21 digambarkan bahwa Pak Khairuddin
bekerja sebagai tengkulak ikan. Ia mempunyai usaha yang bagus di desa itu dengan hasil dari tangkapan ikan itulah Pak Khairuddin bisa membangun rumah
yang layak, mempunyai satu pikap, dan dapat menyekolahkan dua anaknya, Maryam dan Fatimah, namanya.
Pak Khairuddin seorang ayah yang sangat tegas terhadap anak-anaknya. Ia selalu mendidik keras anak-anaknya dari kecil. Dari situ terlihat jelas bahwa ia
sangat menyayangi anak-anaknya. Ia tak ingin anaknya lupa akan agama. Pak Khairuddin juga begitu gembira melihat anaknya, Maryam, bisa kuliah di
Surabaya. Ia juga percaya bahwa Maryam juga sedang mendalami agama saat berada di Surabaya. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut:
22 Bagi Pak Khairuddin, untuk urusan keyakinan anak-anak harus dididik
keras sejak kecil. Mereka harus menjadi orang-orang Ahmadi yang sejati. Yang bisa menjadi penerus dan penyiar ketika generasi-generasi lama
mati. Karena itu, Pak Khairuddin begitu gembira ketika mendengar kabar tentang Maryam saat masih tinggal di rumah Pak Zu dan Bu Zul. Ia
percaya, di Surabaya Maryam tak hanya mencari gelar sarjana tapi juga sedang mendalami agama.
Madasari, 2012: 88
Berdasarkan kutipan 22 digambarkan bahwa Pak Khairuddin sangat tegas sekali terhadap anak-anaknya. Di mana urusan keyakinan anak-anaknya
harus dididik sejak kecil. Bagi Pak Khairuddin, anaknya haruslah menjadi orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ahmadiyah yang sejati yang bisa menjadi generasi selanjutnya. Di situlah ia sangat percaya anaknya akan mendalami agama lagi di Surabaya selain mencari
gelar sarjana. Pak Khairuddin menemukan laki-laki yang tepat untuk dijadikannya
sebagai menantu. Umar, namanya. Pak Khairudin benar-benar merasa bahwa pilihannya ini adalah yang tepat. Pak Khairuddin pun mengenal baik dengan
orangtua Umar. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut: 23
Bagi Pak Khairuddin, Umar sudah menjadi menantu dalam hatinya. Tidak ada lagi yang kurang dari pemuda itu. Selain seorang Ahmadi, ia mandiri
dengan usahanya, bahkan menjadikannya lebih besar daripada saat dipegang bapaknya. Apalagi keluarga Bu Ali banyak membantu saat
mereka berada di pengungsian.
Madasari, 2012: 136 24
Pada malam terakhir sebelum pernikahan digelar, Maryam diajak bicara oleh kedua orangtuanya. Berbagai nasihat disampaikan Pak Khairuddin.
Ada kata-kata tertentu yang diulang berkali-kali. Yakni ikhlas, setia, dan Ahmadi.
Madasari, 2012: 159
Berdasarkan kutipan 23 dan 24 digambarkan bahwa Pak Khairuddin benar-benar menemukan pemuda yang tepat untuk Maryam. Selain dikenal sama-
sama menjadi Ahmadiyah, Pak Khairuddin menilai Umar adalah laki-laki yang mandiri dengan usahanya itu. Pak Khairuddin tambah yakin lagi dengan mengenal
orangtua Umar adalah keluarga yang membantu keluarga Pak Khairuddin saat berada di pengungsian.
2.2.1.4 Tokoh dan Penokohan Zulkhair