sejarah. Segala sesuatu yang menyangkut hubungan waktu, langsung atau tidak langsung, harus berkesesuaian dengan waktu sejarah yang menjadi acuannya
Nurgiyantoro, 2007: 231. Menurut Genette melalui Nurgiyantoro 2007: 231, masalah waktu dalam
karya naratif bermakna ganda di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di pihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu
yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Latar waktu berfungsi untuk menjelaskan kapan terjadinya peristiwa
dalam novel Maryam, sehingga penulis dapat dengan mudah menganalisisnya. Latar waktu dapat memberikan gambaran waktu terjadinya cerita karena waktu
terjadinya peristiwa sangat membantu.
1.6.1.4.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya Nurgiyantoro, 2007:
233-234. Latar sosial berfungsi untuk memberikan gambaran sosial yang terjadi
dalam novel Maryam. Hal ini sangat dibutuhkan dalam penelitian dengan adanya latar sosial, penulis dapat dengan mudah dalam menemukan proses yang terjadi
dalam novel Maryam tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.6.2 Kajian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran,
stagnasi, bahkan dianggap sebagai involusi Ratna, 2013: 332. Menurut Swingewood melalui Faruk 2005: 1, sosiologi sastra merupakan
studi ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial.
Menurut Gebstein melalui Endraswara 2013: 25, mengungkapkan konsep tentang sosiologi sastra, yaitu: i karya sastra tidak dapat dipahami
selengkapnya tanpa dihubungkan dengan kebudayaan dan peradaban yang menghasilkannya, ii gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya
dengan bentuk teknik pelukisannya, iii karya sastra bisa bertahan lama pada hakikatnya adalah suatu prestasi, iv masyarakat dapat mendekati sastra dari dua
arah: pertama, sebagai kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua, sebagai tradisi.
Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi
kemasyarakatan ini oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra. Istilah itu pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan sosio sastra, pendekatan sosiologis
atau pendekatan sosiokultural terhadap sastra. Sosiologi sastra dalam penelitian ini mencakup pelbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan
pandangan teoritis tertentu Damono, 1978: 2. Menurut Damono 1978: 2, ada dua kecenderungan utama dalam telaah
sosiologi terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI