2.2.1.4 Tokoh dan Penokohan Zulkhair
Zulkhair merupakan ketua organisasi. Zulkhair adalah orang yang ditemui Maryam saat kembalinya Maryam ke kampung halamannya yang sedang mencari
keluarganya. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut: 25
Laki-laki itu diam beberapa saat. Sampai kemudian tersenyum, seolah ingin memberi tanda ia sudah paham maksud Maryam. Laki-laki itu
mengajak Maryam keluar dari masjid, menuju rumah di samping yang menjadi kantor pengurus organisasi. Ternyata laki-laki itulah yang ia cari.
Ketua organisasi yang sekarang, menggantikan ketua yang diingat Maryam. Namanya Zulkhair. Lebih muda sedikit dari bapak Maryam.
berpakaian rapi, berbicara santun. Ia berpendidikan tinggi. Sarjana lulusan Universitas Mataram. Sekarang pegawai negeri di kantor provinsi. Tiap
hari, sepulang kerja, Zulkhair datang ke kantor ini. Kadang ada pertemuan, kadang hanya sekadar memantau keadaan. Ada seorang penjaga yang
setiap hari tinggal di tempat ini.
Madasari, 2012: 66
Berdasarkan kutipan 25 digambarkan bahwa Zulkhair merupakan laki- laki yang bertemu dengan Maryam. Zulkhair merupakan ketua organisasi. Ia
berpendidikan tinggi lulusan Universitas Mataram. Dan sekarang ia juga bekerja sebagai pegawai negeri di kantor provinsi.
Zulkhair berusaha meyakinkan Maryam untuk bisa mempertahankan segala keyakinan yang dimilikinya yaitu menjadi Ahmadiyah seutuhnya. Zulkhair
berusaha menasihati Maryam untuk tidak pernah meninggalkan iman. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut:
26 “Meski demikian, dalam segala keputusasaan, tak ada satu pun yang
berpikir untuk meninggalkan keimanan ,” kata Zulkhair. Ia mengulang
kalimat itu berkali-kali. Ada nada syukur dan bangga. Seolah ia ingin meyakinkan pada Maryam bahwa iman orang-orang Ahmadi tak bisa
dikalahkan hanya sekadar oleh penderitaan.
Madasari, 2012: 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan kutipan 26 digambarkan bahwa Zulkhair berusaha memperingatkan Maryam untuk jangan lagi meninggalkan iman yang mereka
miliki. Ia selalu menunjukkan sikap rasa bersyukur dan bangga menjadi Ahmadiyah secara utuh. Zulkhair pun meyakinkan Maryam bahwa iman orang-
orang Ahmadiyah tak bisa dikalahkan hanya sekadar oleh penderitaan. Zulkhair semakin menelan kekecewaan dan tak ada harapan lagi. Namun,
melihat kegigihan Maryam yang sangat ingin mempertahankan keluarganya, dan kaum Ahmadiyah lainnya membuat Zulkhair menjadi semangat untuk menindak
keadilan. Zulkhair pun merasa tertantang. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut:
27 “Tak ada salahnya mencoba lagi, Pak. Saya dan Umar kalau boleh ingin
ikut juga ke sana,” kata Maryam sambil melirik suaminya. Umar mengangguk. Bagi Maryam, inilah saatnya ia melakukan sesuatu lebih dari
sekadar memasok makanan dan pakaian. Selama hamil, ia memang sengaja membatasi diri untuk tidak terlibat dalam banyak hal. Tapi
sekarang sudah tak ada lagi yang perlu dirisaukan.
Madasari, 2012: 246 28
Melihat niat Maryam dan Umar, Zulkhair kembali bersemangat. Dengan pengurus organisasi yang telah tua dan lelah, ia kehabisan semua
kegigihan. Bersama-sama
mereka, Zulkhair
akhirnya ikut
menenggelamkan diri dalam keyakinan akan kesabaran dan kepasrahan diri. Tapi sekarang tidak lagi. Ia tertantang oleh jiwa-jiwa penuh energi
dan sorot mata penuh keyakinan dan kegigihan.
Madasari, 2012: 247
Berdasarkan kutipan 27 dan 28 digambarkan bahwa Zulkhair sedikit putus asa. Zulkhair pun bertambah semangat lagi dengan melihat semangat
Maryam. Ia ikut menenggelamkan diri dalam keyakinan akan kesabaran dan kepasrahan diri. Ia merasa tertantang oleh jiwa-jiwa penuh energi dan sorot mata
penuh keyakinan dan kegigihan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.2 Tokoh Antagonis dalam Novel Maryam