BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat,
ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan
sosial. Maka dari itu, sastra menampilkan gambaran kehidupan. Gambaran kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini,
kehidupan mencakup hubungan-antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin
seseorang. Hal inilah yang menjadi pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat Damono, 1978: 1.
Karya sastra selalu berusaha menemukan dimensi-dimensi tersembunyi dalam kehidupan manusia, dimensi-dimensi yang tidak terjangkau oleh kualitas
evidensi empiris. Tujuan karya sastra adalah melukiskan konfigurasi struktur perilaku, struktur ide, dan berbagai kecenderungan sosial Ratna, 2003: 214.
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur
yang saling menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata, bahasa, misalnya merupakan salah satu bagian dari totalitas Nurgiyantoro,
2007: 22. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai
peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Ciri khas novel ada pada kemampuannya untuk menciptakan satu semesta yang
lengkap sekaligus rumit Stanton, 2007: 90. Kita dapat menemukan keunikan-keunikan dalam novel karangan siapa
pun. Keunikan tersebut dapat berupa prinsip-prinsip etnis, konflik-konflik, tipe- tipe latar, karakter-karakter, dan tindakan. Elemen-elemen tersebut merupakan
dunia ‘pengarang’ Stanton, 2007: 106. George Lukacs adalah tokoh sosiologi sastra yang mempergunakan istilah
“cermin” sebagai ciri khas dalam keseluruhan karya. Mencerminkan menurut dia, berarti menyusun sebuah struktur mental. Sebuah novel tidak hanya
mencerminkan “realitas” melainkan lebih dari itu memberikan kepada kita “sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih
dinamik” yang mungkin melampaui pemahaman umum. Sebuah karya sastra tidak hanya mencerminkan fenomena individual secara tertutup melainkan lebih
merupakan sebuah “proses yang hidup.” Sastra tidak mencerminkan realitas seperti fotografi, melainkan lebih sebagai bentuk khusus yang mencerminkan
realitas Endraswara, 2013: 89. Dalam novel Maryam karya Okky Madasari, merupakan karyanya yang
ketiga yang diterbitkan pada tahun 2012 oleh Gramedia Pustaka Utama. Pengarang novel tersebut pernah mendapatkan penghargaan Khatulistiwa Literary
Award tahun 2012. Maka dari itu, penulis akan menyoroti tokoh Maryam. Tokoh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maryam digambarkan sebagai tokoh wanita yang mengalami banyak konflik, khususnya konflik sosial yang dialami oleh dirinya untuk bisa berusaha melawan
ketidakadilan yang ia dapat selama hidupnya sebagai seorang wanita yang terlahir dari Ahmadiyah. Maryam merupakan seorang wanita yang cerdas, ramah, taat
beribadah. Namun dari itu semua, Maryam justru mendapatkan pertentangan dari keluarga sang suami dan lingkungan sekitarnya yang menilai bahwa ia merupakan
seorang yang terlahir dari Ahmadiyah yang dinilai sesat, karena memiliki ajaran sendiri dengan menganggap nabi terakhir adalah Mirza Ghulam Ahmad bukan
Nabi Muhammad s.a.w. meskipun sebenarnya ia merasa bahwa dirinya beragama Islam, hal tersebut tidaklah menutup hati mereka bukan kelompok Ahmadiyah
atau kelompok penentang untuk bisa berdamai dengan dirinya. Hal ini juga disampaikan oleh pengarang novel Maryam, Okky Madasari,
yang mengungkapkan pendapatnya akan pengusiran warga penganut Islam Ahmadiyah oleh kelompok penentangnya dari Nusa Tenggara Barat, Lombok.
Jemaah Ahmadiyah dianggap bertentangan karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi mereka, sedangkan menurut Islam secara umum menganggap
bahwa nabi terakhir mereka adalah Nabi Muhammad s.a.w. sehingga membuat kelompok bukan Ahmadiyah atau kelompok penentang pun memusuhi dan
menjauhi kelompok Ahmadiyah dengan melarang dan menganggap kelompok Ahmadiyah bukanlah Islam.
Melalui novel ini, pengarang mengekspresikan pada perjuangan hidup tokoh Maryam, seorang perempuan Lombok yang menderita akibat dirinya
dilahirkan menjadi seorang Ahmadiyah. Maryam memberanikan dirinya untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berontak terhadap tata nilai keluarga, berontak terhadap perilaku masyarakat yang beragama, dan berontak atas ketidakberdayaan rasa aman terhadap negaranya
akibat banyaknya pertentangan-pertentangan sehingga menimbulkan konflik. Menurut Coser melalui Saifuddin 1986: 7, konflik adalah gejala yang
wajar terjadi dalam setiap masyarakat yang selalu mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Menurut Nurgiyantoro 2007: 124, konflik sosial merupakan
konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah- masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia.
Menurut Boulding 1962: 166, yang paling menarik dari konflik adalah ketika mereka berada dalam satu pihak, menganggap bahwa adalah orang-
perseorangan dan pihak lain adalah kelompok atau organisasi. Konflik seperti itu timbul di mana peran yang dikenakan pada individu dengan alasan
keanggotaannya dalam kelompok atau organisasi berbeda dari beberapa peran atau pola perilaku yang ia suka dan berpikir mampu melakukannya. Untuk
beberapa konflik ini tak terelakkan lagi; mereka diciptakan oleh fakta keanggotaan individu dalam suatu kelompok atau organisasi pembentukan yang tidak bisa
dikendalikan. Saling berhubungan antara individu, kelompok, dan organisasi. Penelitian konflik sosial dikembangkan oleh Soerjono Soekanto. Ia lahir
di Jakarta, 30 Januari 1942. Ia menamatkan Sarjana Hukum di Universitas Indonesia, M.A. di Universitity of California, Berkeley, dan memperoleh gelar
Doktor Sosiologi dari Universitas Indonesia dengan disertasi “Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum.” Bulan Juli 1983, ia dikukuhkan sebagai guru besar
Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan pidato pengukuhan “Faktor-faktor yang M
empengaruhi Penegakan Hukum” Soekanto, 1982: tanpa halaman. Sejak lahir di dunia, dia sudah berhubungan dengan orang tuanya
misalnya, dan semakin meningkat usianya, bertambah luas pula pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat. Dia juga menyadari, bahwa
kebudayaan dan peradaban dewasa ini, merupakan hasil perkembangan masa- masa yang silam. Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda usianya,
walaupun telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses
pergaulan hidup telah menarik perhatian Soekanto, 1982: 1. Penelitian ini membahas konflik sosial dengan menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari perkembangan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan
realitas dan aspek sosial kemasyarakatan Wiyatmi, 2005: 97. Menurut Ratna 2003: 1, sosiologi adalah mengenai asal-usul,
pertumbuhan masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan
empiris. Sosiologi meneliti hubungan individu dengan kelompok dan budayawan sebagai unsur yang bersama-sama membentuk kenyataan hidup masyarakat dan
kenyataan sosial. Hal ini terlihat pada novel Maryam karya Okky Madasari sebagai cerminan dari pelbagai kehidupannya.
Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan
dengan kenyataan. Karya sastra jelas dikonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya. Karya
sastra bukan semata-mata gejala individual, tetapi juga gejala sosial Ratna, 2003: 11.
Novel Maryam karya Okky Madasari menarik untuk diteliti karena adanya beberapa alasan. Pertama, novel ini memaparkan sebuah kisah perjuangan seorang
perempuan yang menghadapi kehidupan yang penuh lika-liku dan mengharukan. Terlihat pada perjuangan Maryam yang berusaha melewati masa hidupnya yang
merasa gagal dalam membina rumah tangga. Kedua, novel Maryam karya Okky Madasari menceritakan tragedi pengusiran yang dilakukan oleh kelompok bukan
Ahmadiyah kelompok penentang sehingga mengharuskan kelompok Ahmadiyah untuk mengungsi. Ketiga, novel ini menyajikan berbagai konflik
sosial yang dialami oleh tokoh Maryam itu sendiri dalam novel Maryam karya Okky Madasari yang cocok dikaji dengan kajian sosiologi sastra.
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam novel Maryam karya Okky Madasari, penulis terlebih dahulu memberikan makna terhadap sebuah karya
sastra. Langkah awal memahami karya sastra adalah menganalisis struktur novel yang meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Selanjutnya, akan diteruskan
lagi oleh penulis dalam bentuk-bentuk konflik sosial yang dialami tokoh Maryam melalui teori konflik dari Soerjono Soekanto.
1.2 Rumusan Masalah