2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan Ibu Alam
Ibu Alam merupakan ibu dari Alam. Ibu Alam memiliki tiga anak, Alam anak laki-laki satu-satunya dan dua lainnya perempuan. Ibu Alam terlihat lebih
muda dibandingkan dengan ibu Maryam dan Bi Zul. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut:
34 Ibu Alam guru SMA. Dua adik Alam, keduanya perempuan, satu baru
lulus kuliah dan yang satunya masih SMA. Madasari, 2012: 35
35 Ibu Alam kelihatan masih muda, lebih muda daripada ibu Maryam atau Bu
Zul. Madasari, 2012: 36
Berdasarkan kutipan 34 dan 35 digambarkan bahwa Ibu Alam merupakan seorang guru SMA. Ia memiliki tiga anak. Anak pertamanya Alam,
anak keduanya baru lulus kuliah dan yang satunya masih SMA. Selain itu, Ibu Alam juga terihat jauh lebih muda dibandingkan oleh Ibu Maryam dan Ibu Zul,
saudaranya. Ibu Alam merupakan seorang yang tak begitu menyukai Maryam. Saat
mengetahui latar belakang Maryam, Ibu Alam melarang anaknya berhubungan dengan Maryam. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut:
36 Ibunya berteriak menyerukan nama Alam, saat Alam mengatakan bahwa
Maryam seorang Ahmadi. Semuanya di luar yang dibayangkan Alam. Ibunya kecewa dan marah. Tanpa memberi kesempatan Alam berbicara,
ibunya terus menyesalkan kenapa Alam mau berhubungan dengan orang seperti Maryam. Ibunya berkata tegas, “Tinggalkan Maryam sekarang
juga.” Setiap bantahan dari Alam membuat ibunya semakin gusar. Setiap kata Alam dibalas ibunya dengan rentetan kalimat. Pembicaraan itu
berakhir dengan tangisan ibunya. Alam diam. Ia bingung sekaligus merasa bersalah.
Madasari, 2012: 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan kutipan 36 digambarkan bahwa Ibu Alam sebagai orang yang selalu mengekang hubungan anaknya bersama Maryam. Ia marah dan
kecewa. Tanpa memberikan kesempatan pada Alam untuk berbicara, ia menyesalkan atas segala hubungan Maryam dengan anaknya, Alam. Ibunya yang
tak terima mengenai Maryam, meminta pada Alam untuk meninggalkan Maryam. Pernikahan yang dijalankan oleh Maryam dan Alam tidak cukup sampai
di situ saja, Ibu Alam selalu menyiapkan rencana untuk membuat Maryam tak bisa bertahan dalam rumah itu dengan menyinggung Maryam dengan mengatakan
menambahkan ibadah. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut: 37
Tragedi pernikahannya sebenarnya sudah diawali sejak bulan-bulan awal. Ketika ibu Alam tak henti-
henti berkata, “Ibadahnya ditambah. Biar tobatnya semakin bisa diterima.” Setiap saat, setiap ada kesempatan, ibu
Alam selalu menjadikan kata-kata itu sebagai hal wajib yang harus disampaikan.
Madasari, 2012: 113 38
Pada Sabtu pagi, ibu Alam mengundang seluruh keluarga besar. Pengajian sekaligus syukuran hari kelahiran bapak Alam. Ustaz langganan diundang.
Di tengah acara, ibu Alam tiba- tiba berseru, “Pak Ustaz, tolong anak saya
ini didoakan agar segera punya keturunan. Tolong dimintakan ampun kalau memang dulu pernah sesat.”
Madasari, 2012: 121
Berdasarkan kutipan 37 dan 38 digambarkan bahwa Ibu Alam selalu menyinggung-nyinggung tentang iman. Ia memperingati Maryam untuk selalu
menambahi ibadahnya agar dapat diterima tobatnya. Bagi Ibu Alam, itu merupakan hal yang wajib disampaikan pada Maryam. Lain dari itu, Ibu Alam
mengundang keluarga besar dan seorang Ustaz sambil meminta tolong untuk mendoakan menantunya agar kembali ke jalan yang benar supaya tak sesat lagi
dan bisa memiliki keturunan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ibu Alam masih saja belum bisa menerima Maryam sepenuhnya menjadi menantunya. Ibu Alam selalu menyimpan dendam dan menganggap Maryam
adalah menantu yang sangat kurang ajar. Hal tersebut seperti dalam kutipan berikut:
39 Rumah itu jauh dari kata nyaman. Ibu Alam masih menyimpan dendam.
Ia menganggap Maryam sudah kelewatan. Menantu yang kurang ajar. Madasari, 2012: 125
40 Ibu Alam pun semakin kecewa. Belum pulih hatinya setelah dilawan
Maryam, kini ia merasa anaknya telah meninggalkannya. Segala ketakutan datang. Bayangan bahwa Alam telah dikendalikan istrinya, kekhawatiran
bahwa Alam akan ikut terseret ke dalam kesesatan. Ketakutan yang sebenarnya diciptakan oleh pikiran-pikirannya sendiri. Ibu jatuh sakit.
Sakit yang berpangkal dari pikiran lalu menyerang ke organ-organ. Banyak keluhan, mulai dari kepala, perut, hingga dada. Dokter bilang tak
ada penyebab apa-apa selain karena terlalu banyak pikiran.
Madasari, 2012: 126
Berdasarkan kutipan 39 dan 40 digambarkan bahwa Ibu Alam sebagai mertua yang pendendam pada menantunya. Ia menganggap Maryam sebagai
menantu yang kurang ajar. Ia merasa Alam telah berubah dan bersikap kasar kepadanya disebabkan karena ulah Maryam. Ia merasa bahwa Alam telah
dikendalikan oleh istrinya dan takut akan terseret ke dalam kesesatan. Hal itulah yang membuatnya jatuh sakit akibat ia banyak pikiran yang selalu memikirkan
Maryam.
2.2.2.3 Tokoh dan Penokohan Pak RT