Maryam semakin meradang. “Pak Haji, siapa yang perlu bertobat? Saya dan keluarga saya atau orang-orang yang sudah mengusir kami dari rumah
kami sendiri?” Umar mengangguk. Ingin menunjukkan ia mendukung apa yang dikatakan
istrinya.
“Kami warga Gerupuk, hanya sedang membela agama kami...” jawab Pak Haji.
“Sudah... sudah... tidak usah terlalu panjang,” potong Rohmat. “Akan lebih tidak enak kalau nanti semua orang datang ke sini karena dengar orang
teriak-teriak. Kita cari jalan yang paling enak, Bu Maryam. tinggalkan saja
kampung ini sekarang.” Maryam bangkit dari duduk. Setengah berteria
k dia berkata, “Saya masih punya hak di kampung ini. Rumah itu masih milik keluarga kami. Saya
akan lapor ke polisi. Ke pengadilan. Semua yang mengusir kami harus mendapat hukuman”
Madasari, 2012: 208-209
Berdasarkan kutipan 7 terlihat jelas bahwa perbedaan antara Maryam dengan dua laki-laki terjadi di kampung Gerupuk. Maryam diusir dan
diperintahkan untuk tidak menginjak wilayah itu lagi, sehingga membuat Maryam marah. Ia tak menyukai dengan tudingan-tudingan kelompok penentang yang
selalu menyebutkan bahwa Maryam harus bertobat dari jalan yang ia yakini sebelumnya.
3.2.2.2 Perbedaan antara Maryam dengan Warga Gerupuk
Perbedaan antara Maryam dengan Warga Gerupuk disebabkan karena kemunculan Maryam di wilayah itu mengundang kebencian dan kemarahan pada
Maryam. Mereka tak bisa menerima bapak Maryam, Pak Khairuddin, dimakamkan di wilayah itu. Hal ini tak terelakkan lagi, sehingga terjadi
perkelahian di antara keduanya. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut: 8
Tempat pemakaman yang ada di Gerupuk adalah pemakaman umum. Berada di ujung kampung, berbatasan dengan laut. Rombongan mobil itu
melewati jalan utama Gerupuk. Orang-orang yang ada di depan rumah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memandang iring- iringan itu penuh tanya. “Siapa yang meninggal?” tanya
setiap orang ke orang-orang di dekatnya yang juga sama-sama tak tahu jawabannya.
Madasari, 2012: 262 9
Saat itulah, tiba-tiba beberapa laki-laki datang. Maryam langsung tak tenang. Mereka orang-orang Gerupuk. Satu di antaranya adalah orang
yang dulu mengusir Maryam saat berada di rumah Nur. Rohmat, teman semasa kecilnya yang waktu ia bertandang ke rumah Nur menjabat sebagai
ketua RT. Rohmat yang sekarang mengucapkan salam, menyapa orang-
orang yang mengerumuni makam. “Siapa yang meninggal?” tanyanya. “Pak Khairuddin. Orang asli kampung ini,” jawab Zulkhair.
“Tapi Pak Khairuddin bukan orang kampung ini lagi,” kata Rohmat. Madasri, 2012: 263
10 “Makam ini milik warga Gerupuk. Mereka bisa menentukan siapa yang
tidak,” jawab Rohmat. Suaranya tenang. Seolah yakin apa yang dikatakannya benar dan akan didengar.
“Kami juga warga Gerupuk” Maryam kembali berteriak. “Itu di sana masih ada rumah kami,” katanya sambil menunjuk ke arah jalan.
Madasari, 2012: 264 11
Dari kejauhan terlihat orang-orang Gerupuk datang. Jumlahnya lebih banyak lagi. Maryam ketakutan. Ia lari ke arah orang-orang yang sedang
berkelahi. Berteriak sekerasnya memanggil nama Umar lalu, “Sudaaaah, berhentiiii”
Madasari, 2012: 264
Berdasarkan kutipan 8, 9, 10 dan 11 terlihat jelas bahwa perbedaan antara Maryam dengan warga Gerupuk menimbulkan konflik. Maryam tak bisa
menerima bila ayahnya yang telah meninggal tak diperbolehkan dimakamkan di Kampung Gerupuk, kampung yang dulu ia dan keluarga tempati sebelum terusir.
Akibat perbuatan Rohmat, orang-orang di Gerupuk ikut melihat serta membela Rohmat yang merupakan RT di wilayah itu. Maryam akhirnya ketakutan akan
perbuatan orang di Gerupuk dan Maryam pun akhirnya lebih memilih mundur dan mencari tempat pemakaman lain.
3.2.3 Perbedaan Antara Kelompok dengan Kelompok