Konflik karena Perbedaan Orang-perorangan Konfik karena Perbedaan Kebudayaan

kebudayaan, iii konflik karena perbedaan kepentingan, dan iv konflik karena perubahan-perubahan sosial.

1.6.3.1 Konflik karena Perbedaan Orang-perorangan

Perbedaan orang-perorangan merupakan perbedaan pendirian dan perasaan yang akan setiap orang biasanya menjadi pemicu utama dalam konflik soisal. Sebab dalam menjalin hubungan sosial yang baik, seseorang tidaklah selalu sejalan dengan kelompoknya. Perbedaan ini mampu menimbulkan konflik sosial Soekanto, 1982: 94. Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, agaknya paling penting adalah rekasi, entah yang berwujud pujian atau celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selanjutnya dalam memberikan rekasi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang-orang lain Soekanto, 1982: 110. Kelompok-kelomok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan- kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong Soekanto, 1982: 111. Suatu konflik mungkin terjadi karena persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama, atau terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan itu. Suatu contoh adalah hubungan antara mayoritas dengan minoritas. Reaksi golongan minoritas cenderung dalam bentuk sikap tidak bisa menerima, agresif, menghindar, dan lain-lain. Konflik karena adanya perbedaan orang-perorangan akan dibagi oleh penulis dalam penelitian ini menjadi beberapa bagian, yakni: i perbedaan antara individu dengan individu, ii perbedaan antara individu dengan kelompok, dan iii perbedaan antara kelompok dengan kelompok.

1.6.3.2 Konfik karena Perbedaan Kebudayaan

Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi dan akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.” Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya, kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak Soekanto, 1982: 166-167. Konflik karena adanya perbedaan kebudayaan merupakan perbedaan kepribadian dari orang-perorangan yang tergantung dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Seseorang secara sadar maupun tidak sadar, sedikit banyaknya akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya Soekanto, 1982: 94. Kebudayaan sebagaimana diterangkan di atas, dimiliki oleh setiap masyarakat; bedanya hanyalah bahwa kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna daripada kebudayaan masyarakat lain di dalam perkembangannya untuk memenuhi segala keperluan masyarakatnya. Di dalam hubungan di atas, maka biasanya diberikan nama “peradaban” kepada kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi. Dalam suatu masyarakat yang mempunyai jumlah anggota yang besar serta menempati daerah yang luas, biasanya terdapat perbedaan-perbedaan kebudayan dalam beberapa bidang Soekanto, 1982: 168. Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota- anggota masyarakat, seperti misalnya kekuatan alam di mana dia bertempat tinggal, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri, yang tidak selalu baik baginya. Kecuali daripada itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun bidang materiil Soekanto, 1982: 172. Konflik karena adanya perbedaan kebudayaan akan dibagi menjadi beberapa bagian oleh penulis melalui penelitian tersebut, yakni: kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan, kebudayaan khusus atas dasar agama, dan kebudayaan khusus atas dasar kelas sosial.

1.6.3.3 Konflik karena Perbedaan Kepentingan

Dokumen yang terkait

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: Kritik Sosial Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 12

ANXIETY OF MARYAM IN OKKY MADASARI THE OUTCAST NOVEL (2012): A PSYCHOANALYTIC APPROACH Anxiety Of Maryam In Okky Madasari The Outcast Novel (2012): A Psychoanalytic Approach.

0 3 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 3 12

NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA).

0 1 11

PENDAHULUAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA).

0 0 9

ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Budaya dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari : Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLIKASINYA Aspek Sosial Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Di SMA.

0 2 12

REPRESENTASI IDEOLOGI PENGARANG DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI: Pendekatan Sejarah Intelektual.

0 0 13

PROBLEM KEJIWAAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI.

2 12 153

GAYA HIDUP POSMODERN TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL MATA MATAHARI KARYA ANA MARYAM SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 108