3. Pengukuran Tingkat pemahaman
Untuk mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh siswa. Menurut Arikunto 1995:247 ada beberapa skala penilaian yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi mata pelajaran, yaitu: a.
Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50, ini semua
tergantung dari banyak dan bentuk soal. b.
Skala 1-10 adalah skala penilaian untuk angka 1 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.
c. Skala 10-100 adalah skala penilaian yang lebih halus
dibanding skala 1-10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.
d. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf
A, B, C, D dan E.
Tabel 2.1 Skala penilaian
Angka 10 Angka 100
Huruf Keterangan
8.0 – 10 80 – 100
A Sangat Baik
6.6 - 7.9 66 – 79
B Baik
5.6 - 6.5 56 – 65
C Cukup
4.0 -5.5 40 – 55
D Kurang
3.0 - 3.9 30 – 39
E Gagal
K. Kerangka Berpikir
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya Uno, 2007:1. Menurut Uno 2007:34, ada beberapa
teknik untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran, salah satunya yaitu dengan membuat siswa berdiskusi di dalam kelompok dan
membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa. Salah satu indikator dalam motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang
diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya
dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain di dalam kelompok untuk menguasai dan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Jika para
siswa ingin timnya mendapatkan penghargaan tim, maka mereka harus bekerja sama untuk mempelajari materinya agar setiap siswa dapat
memahaminya dengan baik, karena nilai kelompok akan di ukur dari nilai masing-masing anggota kelompok.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian, menunjukkan bahwa motivasi siswa masih rendah dalam mengikuti
pembelajaran akuntansi. Terbukti dengan masih adanya beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain hand phone,
ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran pada saat guru menjelaskan materi pelajaran di dalam
kelas. Hal tersebut dapat terjadi karena guru belum menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di dalam pembelajaran, dan
selama ini guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan latihan soal saja. Dengan kondisi yang seperti ini, metode kooperatif
tipe STAD dapat diterapkan dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena dengan menggunakan
metode kooperatif tipe STAD siswa diajak untuk belajar dalam