Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman mata pelajaran akuntansi siswa kelas X SMK Pahar Menjalin.

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X SMK PAHAR MENJALIN

IGNASIUS URADA 081334071

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan pemahaman belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X AKUNTANSI SMK PAHAR MENJALIN pada bulan Agustus-September 2012.

Variabel penelitian diukur dengan menggunakan kuesioner untuk motivasi dan tes untuk mengukur pemahaman belajar siswa. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif. Target keberhasilan penelitian ini adalah 70% siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ada peningkatan skor ketuntasan hasil belajar.

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sebelum implementasi hanya (22%) siswa yang memiliki tingkat motivasi sangat tinggi, dan (39%) siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi, sedangkan sesudah implementasi tindakan, siswa yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi menjadi (33%) dan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menjadi (77%); dan 2) penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan pemahaman belajar siswa, sebelum implementasi siswa yang tuntas belajar sebanyak (17%) sedangkan sesudah implementasi tindakan, siswa yang tuntas belajar menjadi (72%).


(2)

ix   

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO IMPROVE MOTIVATION AND UNDERSTANDING ACCOUNTING FOR

THE CLASS OF PAHAR MENJALIN VOCATIONAL SCHOOL

IGNASIUS URADA 081334071

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

This study aims to find out the improvement of motivation and students understanding by applying STAD cooperative learning method. This study is a class action research at the tenth class of Pahar Menjalin vocational school during August – September 2012.

The research variables were measured by using questionnaires for motivation and tests to measure students comprehension. Data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis. The successful target of this study is 70% of the students who had high motivation to learn and there was an increase in scores mastery of learning outcomes.

The results show that: 1) the implementation of cooperative learning STAD type can improve students' motivation, prior to the implementation is only 22% students who had high motivation, and 39% of students who have a high level of motivation, whereas after the implementation of measurement, students who have very high motivation to be 33% and students who have a high motivation are 77%; and 2) the implementation of cooperative learning method type STAD improve the understanding of students learning, students who pass the pre-implementation study as much as 17% whereas after the implementation of the measurement, students who pass the study are 72%.


(3)

i

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

(STAD)

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA

KELAS X SMK PAHAR MENJALIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Ignasius Urada NIM: 08 1334 071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(4)

(5)

(6)

iv   

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus atas Berkat dan Anugerah yang telah diberikan kepadaku Bapakku Supardi, A.Md.Pd dan Ibuku Yuliana Megawati Terima kasih atas kasih sayang, kesabaran, doa

dan pengorbanan kalian selama ini Kakakku Fransiska Nila Kusuma Wati, A.Md Kep, Adikku Paskaria Yoga atas doa dan dukungan kalian


(7)

v   

MOTTO

Percayalah kepada Tuhan Dengan Segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri, karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu dan

menghindarkan kakimu dari jerat (Amsal 3:5,26)

Jangan pernah mengeluh akan banyaknya cobaan yang kita hadapi, Api justru akan membuat emas semakin berkilau dan Pukulan akan membuat sebuah paku

menjadi semakin kokoh.

Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus mengamalkannya, Niat tidaklah cukup maka kita

harus melakukannya (Johann Wolfgang Von Goethe)

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X SMK PAHAR MENJALIN

IGNASIUS URADA 081334071

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan pemahaman belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X AKUNTANSI SMK PAHAR MENJALIN pada bulan Agustus-September 2012.

Variabel penelitian diukur dengan menggunakan kuesioner untuk motivasi dan tes untuk mengukur pemahaman belajar siswa. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif. Target keberhasilan penelitian ini adalah 70% siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ada peningkatan skor ketuntasan hasil belajar.

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sebelum implementasi hanya (22%) siswa yang memiliki tingkat motivasi sangat tinggi, dan (39%) siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi, sedangkan sesudah implementasi tindakan, siswa yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi menjadi (33%) dan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menjadi (77%); dan 2) penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan pemahaman belajar siswa, sebelum implementasi siswa yang tuntas belajar sebanyak (17%) sedangkan sesudah implementasi tindakan, siswa yang tuntas belajar menjadi (72%).


(11)

ix   

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO IMPROVE MOTIVATION AND UNDERSTANDING ACCOUNTING FOR

THE CLASS OF PAHAR MENJALIN VOCATIONAL SCHOOL

IGNASIUS URADA 081334071

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

This study aims to find out the improvement of motivation and students understanding by applying STAD cooperative learning method. This study is a class action research at the tenth class of Pahar Menjalin vocational school during August – September 2012.

The research variables were measured by using questionnaires for motivation and tests to measure students comprehension. Data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis. The successful target of this study is 70% of the students who had high motivation to learn and there was an increase in scores mastery of learning outcomes.

The results show that: 1) the implementation of cooperative learning STAD type can improve students' motivation, prior to the implementation is only 22% students who had high motivation, and 39% of students who have a high level of motivation, whereas after the implementation of measurement, students who have very high motivation to be 33% and students who have a high motivation are 77%; and 2) the implementation of cooperative learning method type STAD improve the understanding of students learning, students who pass the pre-implementation study as much as 17% whereas after the implementation of the measurement, students who pass the study are 72%.


(12)

x   

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul”

 

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X SMK PAHAR MENJALIN”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyususn mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Indra Darmawan, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd,.M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd,.M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;


(13)

xi   

6. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;

7. SMK PAHAR Menjalin yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini;

8. Ibu Elpia, S.Pd selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini;

9. Bapak Drs. Lorensius selaku Kepala Sekolah SMK PAHAR Menjalin yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian; 10. Bapak ibu guru di SMK PAHAR Menjalin yang telah memberikan motivasi

dan dukungan hingga terlaksananya penelitian tindakan kelas ini.

11. Siswa siswi kelas X AKUNTANSI SMK PAHAR Menjalin selaku subjek dalam penelitian ini;

12. Kedua orang tuaku Bapak Supardi, A.Md.Pd dan Ibu Yuliana Megawati, serta kakak dan adikku Fransiska Nila Kusuma Wati, A.Md Kep dan Paskaria Yoga terima kasih atas doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral yang telah diberikan selama ini;

13. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu, Yohanes Gedeon, S.Pd, Yakob, S.Pd, Wati, Nyong Leo Jambormias, S.Pd, dan yang lainnya terima kasih atas segala bantuan, dukungan, doa, semangat, fasilitas dan akomodasi yang telah diberikan.

14. Seluruh teman PAK angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, doa serta kebersamaan yang telah kita lewati bersama-sama selama empat tahun lebih di Universitas Sanata Dharma ini;


(14)

xii   

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

Ignasius Urada

 


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 8

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 8

B. Prinsip Dasar PTK ... 8

C. Tahap Pelaksanaan PTK ... 10

D. Tujuan PTK... ... 11


(16)

xiv

F. Model Penelitian PTK ... 12

G. Pentingnya Pemahaman dan Keterampilan Guru dalam- Memilih dan Menggunakan Metode Pembelajarah ... 13

H. Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif ... 14

I. Motivasi ... 19

J. Pemahaman Siswa ... 23

K. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 28

D. Prosedur Penelitian ... 29

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Teknik Pengujian instrumen ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 43

A. Sejarah SMK PAHAR Menjalin ... 43

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK PAHAR Menjalin ... 43

C. Sistem Pendidikan SMK PAHAR Menjalin ... 45

D. Kurikulum SMK PAHAR Menjalin ... 46

E. Organisasi Sekolah SMK PAHAR Menjalin ... 49

F. Sumber Daya Manusia SMK PAHAR Menjalin ... 59

G. Siswa SMK PAHAR Menjalin ... 59

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMK PAHAR Menjalin ... 60

I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 61

J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah ... 62 K. Hubungan antara SMK PAHAR Menjalin dengan


(17)

xv

Instansi lain ... 63

L. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 64

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Deskripsi Penelitian ... 66

1. Observasi Pra Penelitian ... 67

2. Siklus Pertama ... 69

a. Perencanaan ... 69

b. Tindakan ... 74

c. Observasi ... 76

d. Refleksi ... 81

B. Analisis Komparasi Motivasi Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 84

1. Motivasi ... 85

2. Pemahaman Siswa ... 87

a. Sebelum STAD... 87

b. Sesudah STAD ... 88

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

C. Keterbatasan ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Penilaian ... 25

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas Kuisioner ... 35

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 37

Tabel 3.3 Indikator Motivasi Belajar ... 39

Tabel 3.4 Kriteria Motivasi Belajar ... 40

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner ... 41

Tabel4.1 Rekapitulasi Data Siswa ... 60

Tabel 5.1 Daftar Pembagian Kelompok ... 70

Tabel 5.2 Lembar Penilaian STAD ... 72

Tabel 5.3 Lembar Nilai Kelompok ... 74

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus 1. ... 76

Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Pada Siklus 1 ... 79

Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas Pada Siklus 1 ... 80

Tabel 5.7 Instrumen Refleksi Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap- Komponen Pembelajaran dan Metode STAD pada- Siklus 1 ... 81

Tabel 5.8 Instrumen Refleksi Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap- Komponen Pembelajaran dan Metode STAD pada- Siklus 1 ... 83

Tabel 5.9 Skor Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah- Implementasi Tindakan ... 85


(19)

xvii

Tabel 5.10 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Pra- Implementasi Tindakan dan Sesudah Implementasi-

Tindakan ... 86

Tabel 5.11 Nilai Siswa Pada Siklus 1 ... 87

Tabel 5.12 Pemahaman Siswa Sebelum STAD ... 88


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Terhadap Guru Mitra ... 97

Lampiran 2. Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses- Pembelajaran STAD ... 98

Lampiran 3. Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan- STAD ... 100

Lampiran 4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam- Kelompok (secara umum) ... 101

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 102

Lampiran 6. Handout ... 109

Lampiran 7. Kuisioner ... 116

Lampiran 8. Soal Post Test ... 121

Lampiran 9. Soal Kuis ... 122

Lampiran 10. Daftar Nilai... 123

Lampiran 11. Lembar Pemetaan Kemamuan siswa ... 124

Lampiran 12. Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses- Pembelajaran STAD ... 125

Lampiran 13. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam- Kelompok (secara umum) ... 127

Lampiran 14. Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan- STAD ... 128

Lampiran 15. Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen- dan Metode STAD ... 129


(21)

xix

Lampiran 16. Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen-

dan Metode STAD ... 130

Lampiran 17. Penilaian Metode STAD... 131

Lampiran 18. Lembar Nilai Kelompok ... 132

Lampiran 19. Data Hasil penelitian ... 133

Lampiran 20. Skor Motivasi Pra Implementasi Tindakan ... 134

Lampiran 21. Skor Motivasi Setelah Implementasi Tindakan. ... 135

Lampiran 22. Analisis Motivasi Belajar Berdasarkan PAP II ... 136

Lampiran 23. Data Induk Kuisioner... 137

Lampiran 24. Uji Validitas dan Realibitas (Output SPSS) ... 138

Lampiran 25. Surat ijin Penelitian ... 139


(22)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, namun di era globalisasi saat ini sangat sulit bagi Indonesia untuk menuju proses perkembangan tersebut tanpa ada faktor-faktor yang mendukungnya. Salah satu faktor yang sangat menentukan proses perkembangan tersebut adalah faktor sumber daya manusianya. Oleh karena itu, Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mampu bersaing di tengah perkembangan dunia saat ini.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui dunia pendidikan, dan di sinilah peran seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, untuk menjamin hasil yang optimal dari proses pembelajaran, pemerintah juga turut ambil bagian dengan membuat peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh guru agar bisa menjadi tenaga pendidik yang profesional.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagaimana yang dimaksud adalah berupa pengetahuan, keterampilan, dan


(23)

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, kompetensi pedagogik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, salah satunya adalah pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis serta kompetensi profesional yang merupakan kemampuan menguasai pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi penguasaan materi secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu serta konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Oleh karena itu, tugas seorang guru tidaklah mudah. Seorang guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif sehingga tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan pembelajaran dapat tercapai. Guru kreatif harus selalu berpikir kreatif dalam mencari strategi pembelajaran yang lebih baik, dan selalu memperbaiki proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar dapat menarik. Guru harus berusaha memperbaiki proses pembelajaran tersebut dengan cara mencoba menerapkan metode-metode baru dalam pembelajaran sehingga bermanfaat bukan saja untuk siswa yang dididik, melainkan juga untuk guru lainnya.


(24)

Namun disayangkan sekali bahwa didalam implementasinya masih banyak guru yang belum bisa menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode maupun media pembelajaran yang tepat, sehingga siswa yang diajarnya menjadi sulit untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan dan hal ini juga menyebabkan siswa menjadi tidak termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi di SMK PAHAR Menjalin dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru pengampu mata pelajaran Akuntansi. Diperoleh informasi bahwa banyak siswa yang kurang memahami materi pelajaran akuntansi (hal ini ditunjukkan oleh hasil ulangan siswa yang masih kurang baik atau belum memenuhi standar ketuntasan yang ditetapkan oleh pihak sekolah), padahal pada saat mengajar, guru sudah menerapkan berbagai metode pembelajaran seperti diskusi, ceramah dan Jigsaw. Dengan metode-metode pembelajaran tersebut, guru berharap siswa tertarik untuk mempelajari pelajaran akuntansi dan lebih mudah memahaminya, namun hasilnya belum maksimal.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, ditemukan juga motivasi belajar yang masih rendah yang dimiliki siswa, hal ini terlihat jelas ketika guru menjelaskan materi di depan kelas, beberapa siswa hanya mendengarkan saja, siswa yang lain asyik mengobrol, dan ada juga siswa yang mengantuk sambil merebahkan kepalanya di meja, sementara siswa lain asyik bermain hand phone, karena siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.


(25)

Gagasan utama dari Student Team Achievement Division (STAD) adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh bekerja berpasangan dan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap ketidaksesuaian, dan saling membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam memahami, saling menilai kekuatan dan kelemahan mereka untuk membantu mereka berhasil dalam kuis.

Meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis, tiap siswa harus memahami materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.

Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD (Trianto 2007:5) yaitu, terjadi interaksi atau kerjasama antara guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung aktif dalam pembelajaran, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa dapat terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam


(26)

tugas-tugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berfikir kritis. Sedangkan menurut Yurnetti (2002) ada beberapa kelebihan dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu meningkatkan pengetahuan siswa terhadap materi, terjadi komunikasi diantara anggota kelompok dalam menemukan konsepsi yang benar, mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan diantara anggota kelompok, menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X SMK PAHAR Menjalin”. Alasan peneliti memilih metode pembelajaraan kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) karena dengan metode STAD setiap individu siswa akan membangun kerjasama yang baik dan tanggung jawab yang tinggi di dalam pembelajaran, serta akan memunculkan keterlibatan dari semua siswa karena keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab dari semua anggota kelompoknya.


(27)

B. Batasan Masalah

Penerapan metode kooperatif dapat dilakukan pada berbagai tipe yaitu tipe Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Learning Together dan Group investigation tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD dalam meningkatkan motivasi dan pemahaman belajar siswa terhadap teori pembelajaran akuntansi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah: 1. Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah guru menerapkan

metode kooperatif tipe STAD? 

2. Apakah ada peningkatan pemahaman siswa setelah guru menerapkan metode kooperatif tipe STAD?  

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa melalui penerapan metode kooperatif tipe STAD.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi inspirasi guru dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran di kelas lebih menarik dan


(28)

menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan tingkat pemahaman siswa.

2. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan variasi metode pembelajaran guna meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya terkait dengan penerapan stategi dan metode pembelajaran di sekolah. 4. Bagi peneliti

Sebagai calon guru, penelitian ini dapat menambah pengetahuan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.


(29)

8 BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran yaitu upaya meningkatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

Arikunto, dkk (2008:2-3) menjelaskan PTK dengan memisahkan tiga kata yang membentuk pengertian tersebut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Sedangkan menurut David Hopkins (Kunandar, 2006:46) pengertian PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.


(30)

B. Prinsip Dasar PTK

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat dan akan melakukan penelitan tindakan kelas. Prinsip tersebut dalam Arikunto, dkk (2008:6) adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, dengan kata lain dalam situasi tidak wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. Dengan demikian, apabila guru akan melakukan beberapa kali penelitian tindakan, tidak menimbulkan kerepotan bagi Kepala Sekolah dalam mengelola sekolahnya.

2. Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja

Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan tentunya setelah itu melakukan perbaikan.

3. SWOT sebagai Dasar Berpijak

Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri dari Strenght (kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat (ancaman). Empat hal tersebut harus dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weaknesses) yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan yang diidentifikasikan secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Dua unsur yang lain, yaitu kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat), diidentifikasikan dari yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subjek yang dikenai tindakan.


(31)

4. Upaya Empiris dan Sistematik

Dengan telah dilakukan analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.

5. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan

SMART adalah kata bahasa inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut:

a. S-Spesific, khusus, tidak terlalu umum; b. M-Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;

c. A-Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau;

d. R-Realistic. Operasional, tidak di luar jangkauan, dan e. T-Time-Bound, diikat oleh waktu, terencana.

C. Tahap Pelaksanaan PTK

Rincian kegiatan pada setiap tahapan PTK (Arikunto, dkk, 2008:75-80) adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tndakan tersebut akan dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah

b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan. c. Merumuskan masalah secara jelas

d. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban

e. Menentukan cara untuk menguji hipotesis f. Membuat secara rinci rancangan tindakan 2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan dilakukan.

3. Pengamatan atau observasi

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Instrument yang dipakai dalam pengamatan atau observasi adalah (a) soal tes, kuis, (b) lembar observasi, (c) catatan lapangan.


(32)

4. Refleksi

Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

D. Tujuan PTK

Tujuan PTK menurut Kunandar (2008:63-64) adalah sebagai berikut: 1. Untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas

yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa, baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (subsummatif) dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat nonakademis, seperti motivasi, perhatian, aktivias, minat dan lain sebagainya.

2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

4. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

5. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.

6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.

7. Meningkatnya sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. 8. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah,

sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pedidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.


(33)

E. Manfaat PTK

Manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktik (Kunandar, 2008:68) yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajran dalam jangka pendek.

2. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (a) merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas; (b) merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah, artinya dengan guru melakukan PTK, maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

F. Model Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto, dkk (2008:17) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) Perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

1. Menyusun Rancangan Tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.


(34)

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perecanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

3. Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Ketika guru sedang melakukan pengamatan, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. 4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

G. Pentingnya Pemahaman dan Keterampilan Guru dalam Memilih dan Menggunakan Metode Pembelajaran.

Guru wajib memiliki kualifikasi Akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam Undang-undang Dosen dan Guru Nomor 14 tahun 2005 bab 2 mengenai kompetensi dan sertifikat. Guru sebagai tenaga yang profesional harus mempunyai kompetensi yang disyaratkan salah satunya yaitu dalam memahami dan memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran sehingga hal tersebut dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran, siswa menjadi termotivasi dan mau aktif dalam


(35)

kegiatan pembelajaran sehingga tujuan yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran tercapai.

Memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang baik dibutuhkan imajinasi dan kreativitas. Guru di kelas dapat memilih metode belajar yang tepat untuk mencapai kemampuan muridnya secara maksimal. Guru dapat membangkitkan potensi siswanya lewat metode-metode belajar kreatif dan imajinatif, sehingga proses belajar mengajar efektif. Metode mengajar tidak terpaku pada satu macam saja, tetapi dapat menggabungkan dari berbagai metode yang ada seperti metode penemuan, pemberian tugas, pemecahan masalah, penelitian, bahkan metode ceramah.

Dapat disimpulkan betapa pentingnya memilih dan menggunakan metode mengajar dalam proses belajar mengajar. Guru yang kreatif dalam mengembangkan proses belajar mengajar mampu menjembatani pelajaran menjadi belajar, melalui penemuan konteks suatu materi terhadap kebutuhan belajar siswa. Seorang guru yang kreatif adalah guru yang mengikuti perkembangan zaman melalui teknologinya tanpa meninggalkan nilai-nilai keluhuran dengan antusias, terbuka, peka, dan tetap belajar untuk menjadi guru yang kreatif.

H. Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif 1. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai aplikasi dari pembelajaran kooperatif di kelas baru dimulai pada tahun 1970-an. Salah satu hasil peneltian tersebut yang sekarang ini sudah


(36)

sering digunakan adalah metode pembelajaran tim siswa. Konsep penting dalam pembelajaran tim siswa adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Dalam hal ini tim tidak bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang tidak mungkin, karena semua anggota tim bisa saja mencapai kriteria pada minggu-minggu dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan tanggung jawab individu di sini adalah kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota tim. Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan sukses yang sama adalah semua siswa memberi konstribusi nilai kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya.

Menurut Slavin (1995:4) ada lima tipe pembelajaran kooperatif antara lain:

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik. Dalam TGT siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan setara. Dari turnamen inilah tiap


(37)

anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali kedalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

d. Learning together

Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.

e. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Achievement Division (STAD)

STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. (Slavin, 1998:143-146)


(38)

a. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar memberi perhatian penuh pada unit STAD sehingga dapat membantu siswa dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalah bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang dtekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara inividual untuk memahami materinya.

d. Skor kemajuan individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.


(39)

Tiap siswa dapat memberikan konstribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor ”awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor siswa dapat juga digunakan untuk menentukan 20% dari peringkat mereka.

3. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001: 17), yaitu :

1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. 3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan

mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

6) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html)

b.  Kekurangan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1)Membutuhkan waktu yang lama

2)Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama


(40)

kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 72).

3)Tes , Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

4)Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian hasil kelompok.

5)Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.

(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw.html)

I. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Sardiman (1986:73) kata ”motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Maka dari kata ”motif” , motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut sangat dirasakan atau mendesak. Hal senada juga dikemukakan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yaitu daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.


(41)

Sementara itu menurut Uno (2007:1), motivasi diartikan sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Dengan demikian, maka dapat kita katakan bahwa motivasi merupakan kekuatan atau daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. 2. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2007:75) motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas yaitu dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan atau daya penggerak yang mampu mendorong diri seseorang siswa untuk belajar, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan


(42)

bersama guru terasa menyenangkan dan siswa semakin semangat untuk belajar.

3. Macam-Macam Motivasi

Menurut Uno (2007:4) dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Motif intrinsik

Motif intrinsik timbul tanpa memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4): 1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang

berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya

2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.

4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya

5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.


(43)

4. Peranan Motivasi Belajar

Menurut Uno (2007:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam pengetahuan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

5. Teknik-teknik motivasi di Sekolah

Menurut Uno (2007:34), ada beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran, yaitu:

a. Pernyataan penghargaan secara verbal

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar

g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya

i. Menggunakan simulasi dan permainan

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum

k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar


(44)

l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa 6. Usaha untuk Meningkatkan Motivasi

Usaha yang dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Irawan, 1995:28) adalah:

a. Setiap poses belajar harus dibuat aktif

b. Terapkan modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras

c. Siswa harus tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mereka harus mengetahui bahwa tujuan telah tercapai

d. Memperhatikan kondisi fisik siswa e. Memberi rasa aman

f. Menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka. Mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasa senang.

7. Ciri-Ciri Orang yang Termotivasi

Menurut Imron (1996:88), siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat kita lihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama

b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa c. Tidak cepat puas dengan prestasi yang diperoleh

d. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah besar

e. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain

f. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin g. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini h. Senang mencari dan memecahkan masalah J. Pemahaman Siswa

1. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994) pemahaman adalah


(45)

2. Definisi Akuntansi yang dikemukakan oleh American Institute of Certified Public Accounts (AICPA) yaitu:

“Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengelompokkan dan pengikhtisaran menurut cara-cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang, segala transaksi dan kejadian yang sedikit-dikitnya bersifat keuangan dan kemudian menafsirkan artinya”.

Sedangkan American Accounting Association menyatakan akuntansi sebagai “proses pengumpulan, pengidentifikasian dan pencatatan serta pengikhtisaran dari data keuangan serta melaporkannya kepada pihak yang menggunakannya, kemudian menafsirkan guna pengambilan keputusan ekonomi”. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Akuntansi merupakan:

a. Suatu proses, artinya ada proses pengolahan dari data mentah menjadi informasi yang siap dipakai.

b. Didalamnya terdapat berbagai kegiatan yaitu pengumpulan, pengidentifikasian, pencatatan, serta pengikhtisaran dari data keuangan.

c. Data keuangan yang telah diikhtisarkan merupakan informasi keuangan yang disampaikan kepada para pemakai yang kemudian akan ditafirkan untuk kepentingan pengambilan keputusan ekonomi

(http://id.shvoong.com/business-management/1999517-pengertian-akuntansi/)


(46)

3. Pengukuran Tingkat pemahaman

Untuk mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Menurut Arikunto (1995:247) ada beberapa skala penilaian yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran, yaitu:

a. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50, ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal.

b. Skala 1-10 adalah skala penilaian untuk angka 1 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.

c. Skala 10-100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 1-10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.

d. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.

Tabel 2.1 Skala penilaian

Angka 10 Angka 100 Huruf Keterangan 8.0 – 10 80 – 100 A Sangat Baik 6.6 - 7.9 66 – 79 B Baik

5.6 - 6.5 56 – 65 C Cukup 4.0 -5.5 40 – 55 D Kurang 3.0 - 3.9 30 – 39 E Gagal

K. Kerangka Berpikir

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2007:1). Menurut Uno (2007:34), ada beberapa teknik untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran, salah satunya yaitu dengan membuat siswa berdiskusi di dalam kelompok dan


(47)

membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa. Salah satu indikator dalam motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain di dalam kelompok untuk menguasai dan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin timnya mendapatkan penghargaan tim, maka mereka harus bekerja sama untuk mempelajari materinya agar setiap siswa dapat memahaminya dengan baik, karena nilai kelompok akan di ukur dari nilai masing-masing anggota kelompok.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian, menunjukkan bahwa motivasi siswa masih rendah dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. Terbukti dengan masih adanya beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain hand phone, ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran pada saat guru menjelaskan materi pelajaran di dalam kelas. Hal tersebut dapat terjadi karena guru belum menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di dalam pembelajaran, dan selama ini guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan latihan soal saja. Dengan kondisi yang seperti ini, metode kooperatif tipe STAD dapat diterapkan dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD siswa diajak untuk belajar dalam


(48)

kelompok-kelompok yang memungkinkan mereka dapat saling berdiskusi dan dengan adanya penghargaan bagi kelompok akan dapat merangsang siswa untuk tertarik terlibat dalam proses pembelajaran sehingga pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh peneliti merujuk pada penelitian Maria Dwi Retno Sari (2008:74-84) dimana di peroleh kesimpulan bahwa model Pembelajaran Student Team Achievement Division dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII B SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Hal ini dapat di lihat dari hasil penelitian ini yaitu: 1) metode pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan partisipasi siswa. Sebelum implementasi hanya 12 siswa saja yang berpartisipasi dalam proses pembelajaran, setelah implementasi semua siswa (24 siswa) turut berpartisipasi di dalam pembelajaran; 2) metode pembelajara kooperatif tipe STAD meningkatkan motivasi siswa, sebelum implementasi hanya 1 siswa yang memiliki tingkat motivasi yang sangat tinggi sedangkan sesudah implementasi tindakan menjadi 17 siswa; dan 3) metode pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan prestasi belajar siswa, sebelum implementasi siswa yang tuntas belajar sebanyak 7 siswa sedangkan sesudah implementasi tindakan siswa yang tuntas belajar menjadi 18 siswa.  


(49)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru bersama dengan peserta didik sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Penelitian ini bermaksud untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMK PAHAR Jalan Raya No. 27 Menjalin, Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2012. C. Subjek dan Objek Penelitian.

1. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi SMK PAHAR Menjalin.


(50)

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus yang diuraikan sebagai berikut. 1. Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan / tatap muka di kelas. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut. a. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), yaitu meliputi:

1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa. Dasar untuk memetakan para siswa adalah daftar nilai sebelumnya. Setelah mengetahui hasil siswa, peneliti dan guru merangking siswa dari siswa yang mempunyai nilai tertinggi sampai dengan siswa yang mempunyai nilai terendah kemudian membagi siswa secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, menjadi kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 (empat) siswa. Selain itu, perangkat lain yang disiapkan dalam


(51)

tahap ini adalah rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), format daftar nilai siswa kelas X, lembar kerja siswa, lembar observasi siswa, Lembar refleksi, lembar skor kelompok, dan lembar kerja kelompok.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi: (a) Instrumen untuk mengetahui motivasi belajar siswa berupa

kuesioner sebelum dan setelah pembelajaran. (Lampiran 7) (b) Instrumen observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas.

(Lampiran 4).

(c) Lembar penilaian kemampuan kelompok dalam bekerjasama. (Lampiran 18).

(d) Lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan kuis individu yang dilakukan pada setiap akhir siklus untuk melihat seberapa besar peningkatan yang dialami tiap siswa selama pelaksanaan pembelajaran koopertif tipe STAD. (Lampiran 17).

b. Tindakan

Pada tahap ini, penerapan pembelajaran kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat pada saat perencanaan. Langkah-langkahnya sebagai berikut.


(52)

1) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas.

2) Peneliti mengumpulkan data nilai siswa sebelum diterapkan metode STAD dengan tujuan untuk mengukur pemahaman siswa pada awal penelitian.

3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan empat orang dan membagikan lembar kerja untuk masing-masing kelompok. Siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja, sementara peneliti berkeliling memantau kegiatan tersebut.

4) Guru dan siswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil kerja kelompok secara bersama.

5) Guru memberi soal kuis dan siswa mengerjakan secara individu. c. Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.


(53)

d. Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan.

1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir digunakan untuk mengidentfikasi kekurangan-kekurangan dalam permasalahan dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran dan / atau instrumen yang perlu disempurnakan).

2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang telah ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai.

2. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya saja tindakan yang dilakukan berbeda. Tindakan pada siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus pertama. Disamping itu, pelaksanaan siklus kedua ini juga dilaksanakan selama dua kali pertemuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpuan data dalam penelitian ini adalah tes, kuisioner, observasi, dan wawancara.


(54)

b. Kuisioner digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa.

c. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi dan motivasi belajar siswa dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) dan implementasi STAD.

d. Wawancara untuk mendapatkan data tentang metode pembelajaran, proses pembelajaran, hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran serta prestasi belajar siswa.

F. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Format daftar nilai siswa kelas X. (Lampiran 10).

2. Rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student team Achievement Division (STAD).

Dalam RPP ini guru menetapkan langkah apa saja yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja yangn harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan yang direncanakan. (Lampiran 5).

3. Lembar observasi siswa

Untuk lembar observasi siswa terdiri dari lembar partisipasi siswa saat berdiskusi. (Lampiran 4).

4. Lembar kuesioner (untuk mengukur motivasi belajar siswa). (Lampiran 7).

5. Lembar soal Post Test (untuk mengukur pemahaman siswa setelah implementasi tindakan). (Lampiran 8)


(55)

6. Lembar refleksi guru mitra. (Lampiran 15). 7. Lembar refleksi siswa. (Lampiran 16). 8. Lembar skor kelompok. (Lampiran 18).

G. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Pengujian Validitas Kuisioner 

Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2008:455) data yang valid adalah “data yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah butir-butir pertanyaan.

Untuk menguji validitas kuisioner dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dari Karl Person (Arikunto, 2006:170), dengan rumus sebagai berikut :

rxy

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y

xy = Jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y x = Jumlah nilai setiap item


(56)

y = Jumlah nilai konstan N = Jumlah subjek penelitian

Kuisioner sebagai alat ukur perlu diuji validitasnya untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu alat ukur semakin tepat pula alat pengukur mengenai sasarannya, sebaliknya semakin rendah validitas alat ukur semakin jauh pula alat pengukur mengenai sasarannya. Adapun kriteria validitasnya adalah sebagai berikut:

Jika dengan taraf signifikan ( , 5 maka butir-butir pertanyaan dinyatakan valid dan jika dengan taraf signifikan ( , 5 maka butir-butir pertanyaan dikatakan tidak valid.

Uji validitas ini menggunakan komputer program SPSS versi 16.0. Apabila diperoleh hasil untuk setiap butir lebih besar dari dengan N = 20 dengan taraf signifikan 5% yang menunjukkan sebesar 0,444, maka butir-butir soal yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan valid sehingga pengambilan keputusan data penelitian dapat dilakukan. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian validitas kuisioner yang akan digunakan dalam penelitian ini.


(57)

Tabel 3.1

Hasil Pengujian Validitas Kuisioner

No Keterangan

1 0.489 0,44 VALID

2 0.593 0,44 VALID

3 0.500 0,44 VALID

4 0.543 0,44 VALID

5 0.485 0,44 VALID

6 0.566 0,44 VALID

7 0.469 0,44 VALID

8 0.541 0,44 VALID

9 0.608 0,44 VALID

10 0.757 0,44 VALID

11 0.552 0,44 VALID

12 0.519 0,44 VALID

13 0.525 0,44 VALID

14 0.473 0,44 VALID

15 0.470 0,44 VALID

16 0.689 0,44 VALID

17 0.615 0,44 VALID

18 0.622 0,44 VALID

19 0.557 0,44 VALID

20 0.738 0,44 VALID

Dari tabel diatas maka 20 item pertanyaan dapat dinyatakan valid, karena masing-masing pertanyaan lebih besar dari , sehingga 20 pertanyaan tersebut layak digunakan untuk penelitian. 2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama maka akan diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2000:3). Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach.


(58)

Keterangan :

Koefisien reliabilitas alpha k = Jumlah item

= Varians responden untuk item J = Jumlah varian skor total

Besar r dapat dihitung dengan uji statistik Alpha Cronbach. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan Alpha Cronbach lebih besar dari 0.60 (Ghozali, 2002:133).

Taraf signifikan yang digunakan adalah 5%, jika maka instrumen yang digunakan dapat dinyatakan reliabel (dapat dipercaya). Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas ini juga menggunakan komputer program SPSS versi 16.0. Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas instrumen yang telah dilakukan.

Tabel 3.2

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Cronbach's Alpha N of Items

0.912 20

Dari tabel diatas maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dinyatakan reliabel (dapat dipercaya) karena


(59)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data / informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe STAD sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan peningkatan motivasi dan pemahaman belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama dan siklus kedua. Dari berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan tingkat motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mengukur tingkat perkembangan pemahaman belajar siswa dalam penelitian tindakan ini menggunakan post test, sedangkan untuk motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan kuisioner.

a. Motivasi

Motivasi dalam belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan


(60)

memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.

Variable ini diukur menggunakan 6 indikator yang meliputi kemauan untuk belajar, kemauan mengerjakan tugas, keinginan berprestasi, menerima tantangan, tidak mudah putus asa, dan keterlibatan. Adapun indikator yang akan diukur tampak dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.3

Indikator Motivasi Belajar

No Indikator Hal yang Diukur

1 Kemauan untuk belajar

 Siswa belajar tanpa disuruh orang tua

 Siswa tertarik untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan guru

 Siswa tidak pernah mempersiapkan materi pelajaran untuk hari berikutnya

2 Kemauan mengerjakan tugas

 Siswa selalu mengerjakan tugas dari guru dengan sebaik mungkin

 Tugas dari guru adalah penting sehingga siswa harus mengerjakannya

 Siswa menyalin pekerjaan teman

 Siswa mengerjakan tugas dengan tidak serius

3 Keinginan berprestasi

 Siswa belajar dengan tekun setiap hari untuk meningkatkan prestasi

 Nilai teman yang lebih bagus dari saya mendorong saya untuk berprestasi lebih baik lagi

 Siswa puas dengan nilai yang di dapat selama ini sehingga tidak perlu belajar lagi

4 Menerima tantangan


(61)

 Siswa tertarik mengerjakan soal yang sulit

 Siswa lebih suka ulangan dengan model “open book” (membuka buku)

5 Tidak mudah putus asa

 Siswa baru akan berhenti belajar apabila siswa sudah merasa lelah

 Siswa baru akan meminta bantuan teman apabila merasa sudah tidak bisa mengerjakannya sendiri  Siswa kecewa jika mendapat nilai jelek sehingga

malas belajar

6 Keterlibatan  Siswa selalu bertanya ketika tidak bisa memahami pelajaran yang diberikan guru

 Siswa selalu berperan aktif pada saat pelajaran berlangsung

 Siswa sering mengganggu teman pada saat pelajaran berlangsung

 Siswa malas bergabung dengan kelompok pada saat guru menyuruh membentuk kelompok

Target keberhasilan motivasi yaitu 70% siswa memiliki tingkat motivasi tinggi. Untuk melihat kategori tingkat maotivasi digunakan PAP II. Adapun kriteria patokan motivasi belajar berdasarkan PAP II tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4

Kriteria Motivasi Belajar

Kelas Kriteria Motivasi Belajar 85 — 100 Motivasi Sangat Tinggi

73 — 84 Motivasi Tinggi

65—72 Motivasi Cukup

57 — 64 Motivasi Rendah 20 — 56 Motivasi Sangat Rendah


(62)

Jadi, apabila target keberhasilan motivasi adalah 70% anak dari jumlah keseluruhan siswa memiliki tingkat motivasi tinggi, maka hasil kuesioner dari 13 siswa harus berada pada rentangan 73-84. Adapun indikator di dalam kuesioner motivasi tampak dalam kisi-kisi kuesioner di bawah ini:

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner

Variabel Indikator Nomor ItemPositif Nomor ItemNegatif

Motivasi

Kemauan belajar 1, 2 3

Kemauan mengerjakan t

4, 5 6, 7

Keinginan berprestasi 8, 9 10

Menerima tantangan 11, 12 13

Tidak mudah putus asa 14, 15 16

Keterlibatan 17, 18 19, 20

Variabel motivasi belajar ini diukur dengan menggunakan 5 kategori dimana untuk pernyataan positif (mendukung) jawaban memiliki skor dengan kategori: sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu =3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Sebaliknya, untuk pernyataan negative tidak mendukung) jawaban memiliki skor dengan kategori: sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 5.

b. Pemahaman belajar siswa

Untuk mengukur pemahaman belajar siswa dilakukan dengan membandingkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru dan post test. Dari perbandingan nilai tersebut dilihat apakah ada peningkatan pemahaman secara signifikan dari siswa. Dalam hal ini


(63)

target keberhasilan yang diinginkan yaitu 70% siswa mampu mampu mencapai nilai ketuntasan yang telah ditentukan oleh SMK PAHAR Menjalin.


(64)

43  

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah SMK PAHAR Menjalin

1. SMK PAHAR berdiri pada tahun pelajaran 2003/2004 berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Landak, No. 420/365/TUM/2003, tanggal 2 Juni 2003 dan di selenggarakan oleh yayasan PAHAR Menjalin. Semulanya menggunakan gedung SDN 05 Menjalin.

2. Pada tahun 2005 menempati gedung sendiri di Jalan raya No. 27 Menjalin, dan merupakan sekolah swasta pertama yang sudah mempunyai gedung sendiri di kecamatan menjalin.

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK PAHAR Menjalin 1. Visi SMK PAHAR Menjalin

Cerdas, Cermat, Terampil, Taqwa. 2. Misi SMK PAHAR Menjalin

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

b. Mengembangkan semangat dan motivasi warga sekolah (guru, pegawai dan siswa)

c. Mendorong dan membantu setiap siswa mengenai potensi dan bakat yang dimiliki sehingga dapat dikembangkan secara maksimal baik di sekolah maupun di masyarakat.


(65)

 

d. Mengembangkan kesadaran akan penghayatan terhadap ajaran agama masing-masing serta adat istiadat yang dapat menjadi sumber kearifan dan kebijakan.

3. Tujuan SMK PAHAR Menjalin a. Tujuan Umum

1) Mengembangkan sistem pembelajaran dan keterampilan kerja praktik

2) Meningkatkan budaya kerja yang sesuai dengan dunia kerja 3) Memberikan bekal sikap mental, perilaku luhur, dan

kepribadian yang kuat

4) Menumbuhkan semangat bersaing dan berkompetisi

5) Meningkatkan hubungan yang baik dengan DU/DI dan instansi lain

6) Memperbaiki ruang kelas, laboratorium, dan perpusatakaan yang memadai

7) Mengadakan media, alat praktik, dan buku sumber yang lengkap

b. Tujuan Program Keahlian Akuntansi

Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam kompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang akuntansi.


(66)

 

c. Tujuan Program Keahlian Administrasi Perkantoran

Mendidik dan melatih siswa untuk menjadi tenaga administrator muda di bidang administrasi perkantoran.

d. Tujuan Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan Menyiapkan peserta didik agar mampu menguasai IPTEK secara khusus dalam bidang komputer dan jaringan.

C. Sistem Pendidikan SMK PAHAR Menjalin

SMK PAHAR dengan moto “ Ad Sacientia Vitam Sapientia “ memberikan bekal dan keterampilan praktis kepada peserta didik melalui penyelenggaraan pendidikan yang selaras dengan GBPP dan kebutuhan jasmani. Penyelenggaraan pendidikan formal adalah salah satu entrypoint (jalan masuk) bagaimana sumberdaya manusia berkualitas dapat di bangun, dan dalam pelaksanaannya bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi seluruh komponen masyarakat hendaknya terlibat dan dilibatkan kedalam upaya ini. Dengan demikian tercipta sistem yang sinergis yang dapat menciptakan dunia pendidikan yang lebih baik, dalam kerangka membangun, menciptakan SDM-SDM yang berkualitas dan profesional. Tujuan pendidikan tingkat satuan Pendidikan di SMK PAHAR Menjalin mengacu pada tujuan umum Pendidikan yaitu: Tujuan Pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.


(67)

 

Konsekuensi dari tujuan tersebut sekolah harus memberikan bekal keilmuan untuk studi lebih lanjut dan mempersiapkan lulusan menjadi tenaga kerja yang handal dan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Industri/Kerja (DU/DI/DK), maka SMK PAHAR Menjalin melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dua tempat yaitu di sekolah dan di dunia industri, dunia usaha, dan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di Dunia Usaha/Industri/Kerja.

Sekolah menjadwalkan Praktik Industri setiap tahunnya pada bulan Februaril sampai dengan bulan Mei tahun yang bersangkutan dengan total waktu 4 bulan, kecuali apabila DU/DI/DK yang menghendaki jadwal tersendiri. Sedangkan siswa yang mengikuti Praktik Industri adalah siswa kelas XI program keahlian Administrasi Perkantoran dan Akuntansi.

D. Kurikulum SMK PAHAR Menjalin

Kurikulum merupakan seperangkat rencana kegiatan dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum dimaksudkan untuk memperlancar proses kegiatan belajar mengajar dan membina pengembangan


(1)

Analisis Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan II (PAP II)

Skor tertinggi yang mungkin tercapai : 100 Skor terendah yang mungkin tercapai : 20 Perhitungan menggunakan rumus:

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi — nilai terendah)

1) 20 + 81% (100-20) : 85

2) 20 + 66% (100-20) : 73

3) 20 + 56% (100-20) : 65

4) 20 + 46% (100-20) : 57

5) Dibawah 57

= sangat tinggi = tinggi = cukup = kurang = sangat kurang

Kelas Kriteria Motivasi Belajar 85 — 100 Motivasi Sangat Tinggi

73 — 84 Motivasi Tinggi 65 — 72 Motivasi Cukup 57 — 64 Motivasi Rendah 20 — 56 Motivasi Sangat Rendah


(2)

138 Lampiran 23

Data Induk Kuisioner

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 ?

1 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 5 5 1 2 4 4 2 58

2 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 81

3 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 92

4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 81

5 4 5 4 4 4 4 4 3 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 86

6 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 5 5 5 4 4 4 4 84

7 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 87

8 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 81

9 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 4 4 5 4 88

10 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 96

11 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 3 3 5 5 5 5 5 4 4 88

12 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 2 4 3 65

13 4 4 4 5 5 3 4 5 4 3 4 4 3 3 2 4 4 2 3 3 73

14 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 81

15 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 4 3 5 5 5 3 4 5 5 89

16 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 85

17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 72

18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 2 3 4 72

19 5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 80

20 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 5 5 3 4 5 4 5 86


(3)

 

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0 Excludeda 0 .0 Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.912 20

Item Statistics

Mean

Std.

Deviation N VAR00001 4.0000 .56195 20 VAR00002 4.2000 .69585 20 VAR00003 4.1500 .48936 20 VAR00004 4.1500 .58714 20 VAR00005 4.1500 .67082 20 VAR00006 3.8500 .67082 20 VAR00007 4.1500 .58714 20 VAR00008 4.2500 .71635 20 VAR00009 4.3500 .74516 20 VAR00010 4.0500 .68633 20 VAR00011 4.0000 .72548 20 VAR00012 3.4000 .68056 20 VAR00013 3.7500 .96655 20 VAR00014 4.4000 .68056 20 VAR00015 4.2000 1.00525 20 VAR00016 4.0000 .97333 20 VAR00017 3.9000 .64072 20 VAR00018 4.0500 .99868 20 VAR00019 4.2500 .63867 20 VAR00020 4.2000 .83351 20


(4)

140    Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted VAR00001 77.4500 77.524 .489 .910 VAR00002 77.2500 75.039 .594 .907 VAR00003 77.3000 78.116 .500 .910 VAR00004 77.3000 76.747 .543 .909 VAR00005 77.3000 76.537 .485 .910 VAR00006 77.6000 75.621 .567 .908 VAR00007 77.3000 77.484 .469 .910 VAR00008 77.2000 75.432 .541 .908 VAR00009 77.1000 74.305 .609 .907 VAR00010 77.4000 73.305 .758 .904 VAR00011 77.4500 75.208 .552 .908 VAR00012 78.0500 76.050 .520 .909 VAR00013 77.7000 73.063 .526 .910 VAR00014 77.0500 76.576 .474 .910 VAR00015 77.2500 73.566 .470 .912 VAR00016 77.4500 70.471 .689 .905 VAR00017 77.5500 75.418 .616 .907 VAR00018 77.4000 71.200 .622 .907 VAR00019 77.2000 76.063 .557 .908 VAR00020 77.2500 71.566 .739 .903

Scale Statistics

Mean Variance

Std.

Deviation N of Items 81.4500 82.682 9.09294 20


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.

0 2 10

Rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

0 1 103

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dan prestasi belajar pada mata pelajaran pengantar akuntansi dan keuangan.

2 12 298

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X SMK PAHAR MENJALIN SKRIPSI

0 0 165

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI

0 1 239