Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesehatan

124 “Hambatanya, kelas yang digunakan sangat sempit jadi kurang nyaman untuk proses belajar mengajar. Walaupun sudah terdapat beberapa alat dan media pelajaran namun saya menilai itu masih ada yang kurang. Anak yang mengalami ketunaan ganda membutuhkan pelayanan yang berbeda pula sedangkan waktu yang tersedia seringkali kurang”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui faktor penghambat implementasi pendidikan kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut: 1 Kurangnya dana sekolah dalam membeli sarana dan prasarana. 2 Terbatasnya kemampuan guru. 3 Kurangnya kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. 4 Faktor dari orangtua dan lingkungan.

3. Strategi yang digunakan dalam Mengatasi Hambatan yang muncul

dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Stategi adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal Moh. Haitami Salim, 2012: 210. Strategi digunakan untuk menghadapi berbagai hambatan yang muncul dalam pelaksanaan suatu program. Adapun dapat kita uraikan beberapa strategi yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan yang muncul yaitu sebagai berikut:

a. SLB Negeri 2 Yogyakarta

Untuk menghadapi hambatan yang muncul dalam implementasi pendidikan kesehatan reproduksi pihak sekolah SLB Negeri 2 Yogyakarta mengupayakan beberapa diantaranya adalah menggunakan dana seefektif 125 dan seefisien agar dapat digunakan untuk menunjang segala bentuk kegiatan yang membutuhkan dana. Memaksimalkan penggunaan media pelajaran yang sudah ada. Dalam menghadapi kurangnya kemampuan guru, sekolah mengupayakan sosialisasi kepada seluruh guru dan karyawan. Sekolah juga mengirimkan perwakilan guru untuk mengikuti pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi dari pihak yang kompeten. Dalam proses pembelajaran guru senantiasa mengulang-ulang materi pelajaran guna memberikan pemahaman kepada peserta didik agar peserta didik, selain itu guru juga memberikan contoh dan pembiasaan kepada peserta didik. Sebagaimana hal ini senada dengan apa yang disampaikan kepala sekolah yaitu: “Upaya yang kita lakukan untuk mengatasi hambatan itu dengan menghemat anggaran, memaksimalkan alat-alat yang sudah tersedia disekolah. Kami juga melakukan kerjasama dengan puskesmas untuk menghemat anggaran dalam kegiatan penyuluhan. Sedangkan upaya menghadapi hambatan dari orangtua yang belum paham apa itu pendidikan kesehatan reproduksi, kita melakukan sosialisasi dan pertemuan dengan orangtua siswa. Untuk faktor lingkungan sendiri, kita bekerja sama dengan orangtua untuk mengawasi dan lebih memperhatikan pergaulan dan perkembangan anaknya diluar sekolah” Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu AST yang mengatakan bahwa: “Solusi menghadapi anak yang susah dan tidak mau menuruti nasehat dari guru, diberikan bimbingan tegas. Mengajar yang mengalami kesulitan menerima pelajaran kami bimbing berulang- 126 ulang dengan pembiasaan sampai anak tersebut mau mengikuti. Sedangkan strategi bagi orangtua yang kurang paham tentang pendidikan kesehatan reproduksi kami mengadakan pertemuan dan penyuluhan untuk memberikan solusi kepada orangtua, dalam pertemuan tersebut kami menghimbau agar orangtua dirumah dapat mengawasi kegiatan anak- anaknya”. Pendapat lain yang diungkapkan oleh Ibu NRK yang mengatakan bahwa: “Jika saya mengalami kesulitan cara menangani anak mengenai pendidikan kesehatan reproduksi, saya berkonsultasi dengan orang lebih kompeten mbak, yaitu dokter, psikologis dan pihak PKBI” Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh SLB Negeri 2 Yogyakarta dengan cara 1 Menghemat dana seefieien dan seefektif mungkin, 2 Melakukan sosialisasi kepada orangtua, bekerja sama dengan pihak yang lebih berkompeten seperti dokter, psikolog, dan pihak puskesmas. 3 Guru sebagai pendidik mengulangi materi yang diajarkan kepada siswa.

b. SLB Yaketunis

Strategi yang dilakukan pihak sekolah SLB-A Yaketunis dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi pendidikan kesehatan reproduksi yaitu dengan melakukan penghematan dana sekolah, mengadakan sosialisasi dengan guru dan orangtua siswa, mengadakan bimbingan lebih intensif kepada murid, dan guru meningkatkan kualitasnya dengan rajin membaca buku. 127 Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa: “Strategi yang kita lakukan dengan menghemat dana, yaitu mengadakan kegiatan yang tidak memerlukan dana yang banyak. Membeli peralatan yang memang sangat dibutuhkan dengan biaya sekolah. Memberikan sosialisasi kepada kepada semua guru dan orangtua, agar orangtua dapat menghimbau dan memperhatikan perkembangan anaknya dirumah” Hal lain juga disampaikan oleh Ibu YN selaku guru pengampu pendidikan kesehatan reproduksi, beliau mengatakan bahwa: “Agar kegiatan belajar mengajar pendidikan kesehatan reproduksi menyenangkan bagi murid saya menggunakan berbagai strategi mbak, kalau anak-anak sudah mulai jenuh dengan pembelajarannya saya melakukan diskusi atau permainan. Saya menghidupkan kipas angin agar kelas tidak terlalu panas. Untuk mengatasi kelas yang sempit kebetulan kami belum mendapatkan kelas yang besar untuk kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas saya sebagai guru pendidikan kesehatan reproduksi saya berkonsultasi dengan orang yang lebih berkompeten dibidangnya, misalnya ada yang kurang saya pahami, saya bertanya dengan dokter dan PKBI. Selain itu saya juga harus banyak- banyak membaca materi dari buku dan internet” Hal senada juga disampaikan oleh Bapak WD yang mengatakn bahwa: “Untuk menambah pengetahuan anak mengenai pendidikan kesehatan reproduksi, sekolah menyediakan buku panduan berbentuk huruf braile agar memudahkan siswa membaca materi tersebut”. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan SLB-A Yaketunis dengan cara 1 melakukan penghematan dengan mengadakan kegiatan yang menggunakan biaya sedikit, 2 128 Sosialisasi kepada guru dan orangtua murid agar senantiasa mengawasi perilaku siswa, 3 Meningkatkan kualitas guru, 4 Membuat kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.

C. Pembahasan

1. Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan salah satu upaya promotif dan preventif yang dilakukan pemerintah dalam rangka memberikan sosialisasi pengetahuan dan sebagai upaya pencegahan yang ditimbulkan akibat dari minimnya pengetahuan anak mengenai pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan dilakukan melalui transfer pengetahuan dan bimbingan yang dilakukan guru kepada siswa di sekolah baik secara terintegrasi dengan mata pelajaran di sekolah maupun berdiri sendiri. Pendidikan kesehatan reproduksi adalah hal yang penting untuk diketahui oleh setiap anak agar dapat menjagamerawat kesehatan dan kebersihan dirinya terutama dalam menjaga organ reproduksi agar dapat berfungsi dengan baik dan terhindar dari penyakit. Setiap anak yang akan beranjak remaja maupun yang telah remaja berhak mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini sudah jelas dalam aturan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang