Penyesuaian Sosial Anak Berkebutuhan Khusus

55 Pada jenjang ini ditekankan pada pengembangan kecakapan hidup sensomotorik, kecakapan berkomunikasi dan kecakapan akademik yang diarahkan untuk memecahkan masalah sehari-hari. 4 Jenjang sekolah menengah Pada jenjang ini dikembangkan kecakapan berkomunikasi, kecakapan akademik, dan pengembangan kemampuan vokasional. c. Pendidikan Anak Tunagrahita. Anak tunagrahita dapat bersekolah di sekolah khusus SLB-C ataupun SDLB. Adapun pengembangan program pendidikannya adalah sebagai berikut: 1 Jenjang TK dan SD kelas rendah Pada jenjang ini ditekankan pada pengembangan pengetahuan sensomotorik dan kemampuan berkomunikasi bicara dan berbahasa. 2 Jenjang SD kelas tinggi Pada jenjang ini ditekankan pada pengembangan kecakapan sensomotorik, kecakapan berkomunikasi, pengembangan kemampuan akademik dan kecakapan sosial. 3 Jenjang SMP Pada jenjang ini ditekankan pada pengembangan peningkatan keterampilan sensomotorik, kecakapan berkomunikasi, kemampuan dasar akademik, keterampilan memecahkan masalah sehari-hari. 4 Jenjang sekolah menengah khusus Pada jenjang ini ditekankan pada pematangan kecakapan sensomotorik, kecakapan berkomunikasi, kecakapan akademik dan pengembangan kecakapan vokasional. d. Pendidikan Anak Tunadaksa. Anak-anak tunadaksa dapat bersekolah di sekolah khusus SLB-D ataupun SDLB-D dan sekolah-sekolah biasa tergantung pada tingkat kelainan anak. Program pendidikan bagi anak tunadksa yang bersekolah di sekolah khusus antara lain: 1 Jenjang TK dan SD kelas bawah 56 Pada jenjang ini ditekankan pada pengembangan kecakapan personal dan sosial, seperti pemahaman diri sendiri. 2 Jenjang SD kelas tinggi Pada jenjang ini dikembangkan kecakapan akademik dasar dan pengembangan program pravokasional. 3 Jenjang SMP Pada jenjang ini ditekankan pada pengembangan program akademik. 4 Jenjang sekolah menengah Pada jenjang ini dikembangkan kecekapan akademis, kecakapan vokasional, kecakapan sosial dan personal. e. Pendidikan Anak Tunalaras. Pengembangan anak tunalaras pada hakikatnya tidak berbeda dengan perkembangan anak-anak pada umumnya sepanjang tidak ada disertai dengan gangguan atau kelainan lainnya. Layanan pendidikan bagi anak tunalaras ditekankan pada kecakapan sosial melalui mata pelajaran bina pribadi dan bina sosial.

E. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nisa Maolinda, dkk tentang Hubungan pengetahuan dan sikap siswa terhadap pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMAN 1 Margahayu. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan perilaku seksual remaja yang disebabkan karena minimnya pengetahuan dan bimbingan kepada remaja tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi menjadi sarana yang tepat sebagai upaya promotif dan preventif dalam rangka meningkat pengetahuan dan sikap terhadap pembentukan moral remaja. Saran dar