SLB Yaketunis Strategi yang digunakan dalam Mengatasi Hambatan yang muncul

130 berkebutuhan khusus dalam merawat dirinya secara mandiri. Tujuan dari pendidikan kesehatan reproduksi agar anak mampu memelihara dirinya secara mandiri terutama dalam merawatmenjaga kesehatan dan kebersihan dirinya termasuk organ-organ reproduksinya agar terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya. Berdasarkan data yang telah tersaji diatas maka diperlukan adanya analisis untuk menjawab rumusan masalah yang ada, rumusan masalah tersebut antara lain adalah: implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak berkebutuhan di sekolah luar biasa kota Yogyakarta, faktor penghambat dan pendukung implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi, dan strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menangani hambatan yang ditemui pada implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi. Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, peneliti mencoba untuk menganalisis hasil penelitian dengan menggunakan teori implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn serta pendekatan dalam implementasi kebijakan pendidikan Pendekatan perilaku Behavior Approach. Mengacu pada hasil lapangan yang ada, pendekatan dalam implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan Perilaku Behavior Approach dari Solichin. Pendekatan perilaku meletakkan dasar semua orientasi dari kegiatan implementasi kebijakan pada 131 perilaku manusia sebagai pelaksana, bukan pada organisasinya sebagaimana pendekatan structural atau pada teknik manajemennya sebagaimana pendekatan procedural dan manajerial diatas Solichin dalam Arif Rohman, 2012: 112. Pendekatan perilaku dalam implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi mempertimbangkan kondisi dan perkembangan dari setiap peserta didik. Dalam pembelajaran dan bimbingannya guru sebagai pendidik dalam memberikan bimbingan dan pengetahuan harus memperhatikan dan mempertimbangkan perilaku dan kondisi setiap anak. Mendidik ABK berbeda dengan mendidik anak normal pada umumnya. Melalui pedidikan kesehatan reproduksi diharapkan adanya perubahan perilaku dari peserta didik agar menjadi lebih baik lagi, peserta didik dapat menjagamerawat kebersihan dan kesehatannya dengan baik dan benar, terutama dalam menjaga organ reproduksinya agar berfungsi dengan normal serta anak mempunyai kemandirian dalam merawat dirinya sendiri dan terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya. Dalam teori Van Meter dan Van Horn Arif Rohman, 2014; 137 memberikan analisis yang terdiri dari enam komponen pendukung keberhasilan dari suatu kebijakan, yaitu standard dan tujuan kebijakan, sumberdaya, komunikasi, interorganisasian dan aktivitas pengukuhan, karakter agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi, politik, serta karakter 132 pelaksana. Namun dalam analisis penelitian mengenai implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi peneliti menganalisis terbatas pada empat komponen dari teori Van Meter dan Van Horn yaitu standard dan tujuan kebijakan, Sumber daya manusia, sumber daya alam, dan komunikasi. Saya sebagai peneliti akan mencoba untuk menganalisis hasil penelitian mengenai implementasi pendidikan kesehatan reproduksi dari dua SLB di kota Yogyakarta yang dijadikan setting penelitian yaitu SLB Negeri 2 Yogyakarta dan SLB-A Yaketunis.

a. SLB Negeri 2 Yogyakarta

Empat komponen pendukung keberhasilan implementasi suatu kebijakan dari teori Van Meter dan Van Horn Arif Rohman, 2014: 137 dalam penelitian implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi di SLB Negeri 2 Yogyakarta yaitu 1 standar dan tujuan kebijakan, 2 Sumber daya alam, 3 Sumber daya manusia, dan 4 Komunikasi. Lebih lanjut akan dibahas yaitu sebagai berikut : 1 Standar dan Tujuan Kebijakan Kebijakan yang dibuat tentu saja memiliki standar dan tujuan jelas yang akan dicapai. Tujuan dari kebijakan tersebut akan tercapai apabila agen pelaksana kebijakan paham akan standar dan tujuan yang yang hendak dicapai dari kebijakan tersebut.