Keadaan Siswa Profil SLB Yaketunis Yogyakarta
96 makan, cara berpakaian, cara duduk dan mengelola kebutuhan emosi
dan biologisnya. Bagi anak yang sudah remaja mereka diberikan bimbingan khusus mengenai perubahan tubuh dan akibat yang akan
ditimbulkan dari perubahan tersebut, anak diberikan pengetahuan dan bimbingan bagaimana mengelola kebutuhan biologisnya dengan baik.
Seperti masalah saat remaja wanita menghadapi haid. Selain itu anak diberikan bimbingan dalam menjaga kebersihan dirinya dan masalah
jika anak sudah memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya. Ibu AST menjelaskan bahwa:
“Pendidikan kesehatan reproduksi tidak hanya sebatas mengenai organ-organ reproduksi tetapi juga mengenalkan
pada anak bagaimana tata cara melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, cara berpakaian dan membersihkan
dirinya. Pada remaja perempuan yang mengalami haid dibimbing untuk memakai pembalut. Masalah anak remaja
yang sudah mulai jatuh cinta dan suka dengan lawan jenisnya”. Pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting dipelajari anak
sejak dini agar anak mendapatkan pengetahuan dari narasumber yang benar untuk meminimalir terjadinya penyimpangan dan kenalan
remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi disampaikan harus sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak. Masih banyak orang tua yang
belum mengerti cara mendidik anak mengenai pendidikan kesehatan reproduksi karena masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan
kesehatan reproduksi adalah hal yang tabu untuk dipelajari. Pendapat
97 yang sama disampaikan oleh Ibu NRK sebagai guru kelas SD yang
menyatakan bahwa: “Pendidikan kespro perlu dipelajari anak sejak dini agar anak
mendapatkan pengetahuan yang benar, karena kebanyakan orang tua dirumah masih menganggap pendidikan kespro
adalah hal yang tabu, misalnya ketika anak bertanya mengenai nama organ tubuh, orang tua menjawab tidak menggunakan
nama ilmiah yang benar”. Pendapat lain yang mengatakan bahwa pendidikan kesehatan
reproduksi adalah hal yang tabu untuk dipelajari oleh anak karena dalam pendidikan kesehatan reproduksi mempelajari mengenai aurat
manusia yang mana hal tersebut tidak pantas untuk dibicarakan kepada anak kecil, karena dikhawatirkan akan menimbulkan hal negatif bagi
anak. Ungkapan ini senada dengan apa disampaikan oleh Ibu Maryati orang tua dari salah satu siswa Tunagrahita di SLB Negeri 2
Yogyakarta yang menyatakan bahwa: “Pendidikan kesehatan reproduksi itu seperti pendidikan sex ya
mbak? Itu menurut saya kurang baik untuk dipelajari anak kecil mbak, karena hal ini kan membicarakan organ tubuh,
sedangkan organ tubuh termasuk aurat manusia. Takutnya nanti anak tida
k bisa menerima hal tersebut dengan baik”
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi SLB Negeri 2
Yogyakarta mengenai pendidikan kesehatan reproduksi adalah pendidikan yang diberikan kepada peserta didik mengenai kesehatan