136
b. SLB Yaketunis
Komponen pendukung keberhasilan suatu kebijakan berdasarkan teori dari Van Meter dan Van Horn Arif Rohman, 2014: 137 dalam
penelitian kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi di SLB-A Yaketunis yaitu 1 Standar dan tujuan kebijakan, 2 Sumber daya alam, 3
Sumber daya manusia, dan 4 Komunikasi. Pembahasan lebih lanjut akan disajikan sebagai berikut:
1 Standar dan Tujuan Kebijakan
Implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi di SLB-A Yaketunis sudah berjalan dengan baik. Pelaksanaan
pendidikan kesehatan reproduksi sebagai mata pelajaran tambahan untuk menunjang perkembangan siswa. Pendidikan kesehatan
reproduksi bertujuan untuk mengembangkan orientasi mobilitas siswa tunanetra dalam mengikuti pola hidup sehat, terkhusus dalam hal
menjaga kebersihan dan kesehatan organ-organ reproduksinya agar berfungsi secara normal terhindar dari penyakit serta anak mampu
melindungi dirinya dari tindakan pelecehan dari orang lain. Pendidikan kesehatan reproduksi juga membimbing peserta didik
untuk memahami dan pengenal peran dirinya dan lingkungan disekitarnya dan perubahan emosi dan tubuhnya serta dampaknya.
2 Sumber Daya Alam
137 Sumber daya alam digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pendidikan kesehatan reproduksi agar dapat berjalan maksimal sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh SLB-A Yaketunis cukup lengkap, sekolah ini sudah memiliki media penunjang pembelajaran pendidikan kesehatan
reproduksi. Sumber daya alam sebagai media pelajaran yang dimiliki antara lain adalah patung, boneka celemek, buku panduan, DVD
audio, lilin mainan dll. 3
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang dimiliki SLB-A Yaketunis dalam
implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi sudah baik dan terstandar. Pada SLB ini sudah mempunyai guru pengampu
khusus pendidikan kesehatan reproduksi, lain itu pendidikan kesehatan reproduksi juga didukung oleh pihak sekolah seperti kepala sekolah
dan guru serta karyawan sekolah, selain itu juga dibantu oleh tenaga ahli seperti dokter dan psikolog.
4 Komunikasi
Komunikasi yang terjalin antara kepala sekolah, guru dan karyawan di SLB-A Yaketunis berjalan dengan lancar. Sekolah juga
berusaha untuk menciptakan kultur sekolah yang nyaman dan menghimbau agar semua warga sekolah dapat mendukung
138 pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi. Pihak sekolah juga
menghimbau kepada orangtua untuk mengawasi dan memperhatikan perkembangan anaknya di luar sekolah.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Kebijakan
Pendidikan Kesehatan Reproduksi a.
Faktor Pendukung dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi
1 SLB Negeri 2 Yogyakarta
Dalam mengimplementasikan pendidikan kesehatan reproduksi di SLB Negeri 2 Yogyakarta terdapat beberapa faktor pendukung yaitu
sebagai berikut: Faktor pertama berasal dari sikap tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di SLB Negeri 2 Yogyakarta. Mereka menilai bahwa pendidikan kesehatan reproduksi memang sangat diperlukan bagi
siswa, dimana siswa ABK khususnya yang ada di SLB tersebut membutuhkan bimbingan dan pelayanan dalam membimbing anak
dalam kehidupan sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya serta melindungi tubuh
anak dari tindakan pelecehan. Para guru juga dibekali dengan pendidikan kesehatan reproduksi agar para guru dapat menyampaikan
pendidikan kesehatan reproduksi dengan benar. Guru di sekolah juga
139 mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi kedalam semua
mata pelajaran dan kegiatan sekolah. Kedua, pihak sekolah melatih siswa dengan cara pembiasaan,
seperti siswa selalu membersihkan alat organnya ketika selesai membuang air besar dan kecil. Bimbingan yang dilakukan guru
kepada murid dilakukan baik secara individu maupun kelompok disesuaikan dengan kondisi anak.
Ketiga, faktor pendukung berasal dari orangtuawali murid yang ikut berpartisipasi dan memberikan dukungan dalam berbagai
bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan reproduksi. Antara orangtua dengan pihak sekolah melakukan
kerjasama dalam bentuk pengawasan terhadap tindakan para siswa ketika berada di rumah. Sekolah juga mengadakan pelatihan
pendidikan kesehatan reproduksi yang melibatkan peran orangtua dan mengadakan pertemuan rutin kepada orangtua. Selain itu, Sekolah
juga melakukan kerja sama dengan berbagai pihak diantaranya dengan Dokter, DIKPORA DIY, LSM, universitas-universitas di Yogyakarta,
PKBI dan puskesmas. Keempat, pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi juga
didukung dengan adanya ruangan khusus seperti ruang Binadiri dan
140 ruang UKS yang bisa digunakan dalam pelaksanaan pendidikan
kesehatan reproduksi.
2 SLB Yaketunis