Dasar Hukum Pendidikan Luar Biasa

35 berpendapat bahwa kesehatan sesorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Kesehatan Reproduksi merupakan keadaan sejahtera dan sehat secara fisik, mental maupun sosial yang berhubungan dengan aspek reproduksi dalam menjalankan sistem, fungsi, dan prosesnya secara normal serta bebas dari penyakit dan kecacatan. Wujud atau indikator dari kesehatan individu adalah sebagai berikut Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 4: a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh. b. Kesehatan mental jiwa ini mencakup 3 komponen, yakni: pikiran, emosional dan spiritual. 1 Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, yakni mampu berpikir logis masuk akal atau berpikir secara runtut. 2 Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih dan sebagainya. 3 Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap sang pencipta alam dan seisinya Allah Yang Maha Kuasa. Secara 36 mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktek keagamaan atau kepercayaannya, serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma- norma masyarakat. c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik dan sebagainya, saling menghargai dan toleransi. d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitasnya seseorang dewasa dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara financial. Bagi anak, remaja, dan usila dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Bagi mereka, produktif disini diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya sekolah atau kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan atau keagamaan bagi para usila. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam kehidupan yaitu sebagai berikut: a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir. b. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk PMS-HIVAIDS. c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi. 37 d. Kesehatan reproduksi remaja. e. Pencegahan dan penanganan infertile. f. Kanker pada usia lanjut. g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik, mutilasi genital, fistula, dll. Pendidikan kesehatan sebagai upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 10. Melalui pendidikan kesehatan diharapkan masyarakat dapat mengetahui tata cara memelihara kesehatannya, mengikuti pola hidup sehat, mencegah timbulnya penyakit, dan cara pengobatannya. Guru dan orang tua berkewajiban membimbing mereka karena anak-anak akan lebih bisa memahami manakala guru dan orang tua yang memberi penjelasan dan bimbingan. Adapun tekniknya disesuaikan dengan kondisi anak dengan tetap berpedoman pada etika komunikasi social yang berlaku di lingkungan kita. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi harus disosialisasikan secara lengkap dan menyeluruh agar dapat dipahami dengan baik sehingga anak dapat menghadapi dampak dan persoalan akibat perubahan fisik yang mereka hadapi.

2. Landasan Hukum Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Landasan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak berkebutuhan khusus antara lain yaitu sebagai berikut: 38 a. Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk menjaga agar hidup sehat dan produktif secara sosial, skonomis dan bermartabat. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mendiri dan produktif secara social dan ekonomis. b. Perda daerah istimewa Yogyakarta no 4 tahun 2012 tentang perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. 1 Pasal 43 Pemerintah daerah dan pemerintah KabupatenKota berkewajiban memberikan upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penyandang disabilitas yang memerlukan. 2 Pasal 44 Upaya pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas didasarkan pada prinsip kemudahan, keamanan, kenyamanan, cepat dan berkualitas. 3 Pasal 45 Upaya pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 meilputi: a Promotif