57 penelitian ini, diharapkan sekolah, puskesmas, dan lintas sektoral yang
berkaitan mampu meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi menjadi agenda bulanan yang rutin dilaksanakan ke sekolah-sekolah.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nasria Putriani tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
di SMA Negeri 1 Mojogedang. Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja karena pada saat usia remaja terjadi perkembangan yang
sangat dinamis secara biologis maupun psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi antara lain orang tua, media massa, teman sebaya, informasi yang diterima dari hasil diskusi, selain itu faktor ekonomi, budaya
dan lingkungan turut berpengaruh. Penelitian ini sudah membahas mengenai implementasi kebijakan
pendidikan kesehatan reproduksi pada anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa kota Yogyakarta, faktor pendukung dan penghambat dalam
implementasi kebijakan tersebut serta strategi yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan yang muncul pada saat proses implementasi
tersebut.
F. Kerangka Pikir Penelitian
Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan
58 khusus ABK. ABK adalah bagian dari sumber daya manusia yang harus
ditingkatkan kualitasnya agar dapat berperan dalam berbagai kegiatan pembangunan dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan, ABK dapat
memperoleh pengetahuan dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat memperdayakan fungsi kehidupannya secara mandiri dan
tidak tergantung kepada orang lain. Landasan hukum bagi ABK untuk memperoleh hak dan kesempatan
yang sama dalam segala aspek kehidupan, terutama pada aspek pendidikan yang layak tertuang pada UUD 1945 Pasal 31, Undang-Undang Nomor 4
tahun 1997 tentang penyandang cacat, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dengan demikian, anak berkebutuhan
khusus mempunyai hak dan kesempatan yang sama seperti warga negara normal pada umumnya dalam memperoleh akses dalam semua bidang tanpa
ada deskriminasi. Dengan kondisi kelainan yang dialaminya, ABK mengalami masalah
yang berbeda dengan anak normal pada umumnya terutama pada masalah kemandirian terhadap pengelolaan dirinya seperti menjaga kesehatan dan
kebersihan dirinya. Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui oleh setiap orang, terutama pada anak yang akan
dan sedang menginjak masa remaja karena pada masa remaja seseorang mengalami perkembangan yang pesat baik dari segi biologi dan
59 psikologisnya. Dengan demikian perlu diberikan pengetahuan dan bimbingan
agar anak pada saat remaja dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisinya serta terhindar dari hal-hal negatif.
Kesehatan Reproduksi merupakan keadaan sejahtera dan sehat secara fisik, mental maupun sosial yang berhubungan dengan aspek reproduksi
dalam menjalankan sistem, fungsi, dan prosesnya secara normal serta bebas dari penyakit dan kecacatan. Pendidikan kesehatan reproduksi dilakukan
sebagai upaya
promotif
dan
preventif,
yaitu memberikan pengetahuan dan upaya pencegahan terhadap hal-hal negatif yang ditimbulkan dari minimnya
pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi tidak hanya diberikan pada anak
remaja normal, tetapi juga pada ABK. Pemberian layanan kesehatan kepada ABK berdasarkan pada Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
yang menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk menjaga agar hidup sehat dan produktif secara sosial,
ekonomis dan bermartabat. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap
hidup mendiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Pemberian layanan pendidikan dan bimbingan kepada anak yang berkebutuhan khusus yang akan
dan sedang menginjak masa remaja agar anak tersebut diharapkan dapat memberdayakan fungsi kehidupannya sehingga anak tersebut dapat memiliki
60 kemampuan memeilihara diri, menjaga kesehatan dan kebersihan diri secara
mandiri terkhusus mengenai kesehatan reproduksinya. Pendidikan kesehatan reproduksi dapat membekali para remaja dari
resiko pelecehan dan kekerasan seksual, resiko kehamilan yang tidak diinginkan dan mencegah penyakit menular seksual dan HIVAIDS. Selain
itu, anak dapat membentengeni diri dari pergaulan bebas dan kenakalan remaja, melindungi bagian tubuhnya, mengelola dorongan seksualnya dan
menolak ajakan teman untuk melakukan hal yang negatif. Melalui pendidikan ini anak yang mengalami kelainan atau anak berkebutuhan khusus
memperoleh haknya untuk mengetahui informasi kesehatan reproduksi secara lengkap dan benar.
Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta membuat suatu keputusan yang tertuang pada Perda No. 4 2012 tentang
perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014
tentang kesehatan reproduksi. Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada anak berkebutuhan
melalui lembaga pendidikan formal yaitu sekolah luar biasa yang khusus memberikan bimbingan dan pelayanan khusus. Pendidikan kesehatan
reproduksi diselenggarakan di sekolah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan peserta didik untuk hidup sehat, tumbuh dan