36
membantu, saling bertukar pendapat, berdiskusi untuk menemukan susunan gambar dalam puzzle.
e. Lebih menarik karena gambar yang jadi kemudian divariasikan, sehingga memberikan pengalaman nyata kepada siswa.
f. Lebih mudah mengingat dengan visual puzzle peta konsep dan
singkatan. g. Media puzzle dapat memperlancar pemahaman misalnya melalui
elaborasi struktur dan organisasi dan memperkuat ingatan siswa.
5. Langkah-langkah Penggunaan Puzzle
Media puzzle berbentuk gambar ini dapat dibuat dalam jumlah yang banyak karena praktis dan ekonomis dan dalam penggunaan media puzzle ini
dapat menciptakan suasana belajar yang bervariasi dan menyenangkan sehingga anak didik dapat menguasai materi pelajaran yang dipelajari. Sari Yustika, dkk
2012: 2 menyatakan langkah-langkah penggunaan media puzzle yaitu sebagai berikut:
a. Siswa memperhatikan media puzzle yang ditunjukkan oleh guru b. Siswa mencoba menyusun potongan-potongan gambar yang akan
dibentuk menjadi sebuah gambar yang utuh c. Siswa bertanya jika mengalami kesulitan dalam menyusun puzzle pada
saat pembelajaran IPA d. Siswa dan guru melakukan refleksi pada pembelajaran yang telah
dilakukan. Sedangkan menurut Yulianty, dkk 2005: 62 menyatakan langkah-langkah
penggunaan media puzzle yaitu sebagai berikut: a. Siswa memperhatikan media puzzle yang dipersiapkan oleh guru
37
b. Masing-masing kelompok diskusi mendapat gambar puzzle yang dibagikan oleh guru
c. Siswa mendengarkan petunjuk cara menyusun puzzle. d. Siswa melakukan percobaan menyusun puzzle baik per invidu maupun
kelompok .
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa fungsi dan manfaat media pembalajaran sangat penting untuk diterapkan dalam proses
belajar mengajar. Dalam pembelajaran dengan menggunakan media puzzle, memberikan manfaat kepada siswa untuk berpikir secara nyaman melalui
permain untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran yang masih dipelajari. Pada proses pemecahan masalah dalam belajar
diperlukan suatu pengamatan secara cermat, tepat, dan teliti. Pada penelitian ini menggunakan langkah-langkah penggunaan media puzzle menurut Yulianti,
dkk 2006: 62 yaitu: 1 Guru mempersiapkan alat peraga puzzle, 2 Guru membagikan media puzzle kepada siswa, 3 Guru memberikan arahan kepada
siswa tentang penggunaan media puzzle, 4 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menyusun puzzle baik perorangan maupun
kelompok, 5 Guru membimbing siswa yang belum mampu mengerjakan tugas dalam menyusun puzzle.
D. Karakteristik Siswa
Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentanga usia 2-6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah dimana anak umumnya masuk kelompok
bermain dan taman kanak-kanak. Masa usia sekolah dasar sekitar 6-7 ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi
38
kesuksesan perkembangan selanjutnya. Usia kronologis ini diikuti dengan gambaran perkembangan kongnitif, emosi, sosial, moral dan kecakapan
psikomotorik. Meski antara satu siswa dengan siswa lain terdapat perbedaan individual, namun pada umumnya mereka memiliki persamaan pula. Status
perkembangan siswa kelas I sangat berbeda dengan status perkembangan siswa kelas VI.
Menurut Hurlock dalam Rita Eka Izzaty 2008: 87 menyatakan tiga alasan awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari
keterampilan tertentu yaitu: 1. Anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau
mengulang suatu aktivitas sampai terampil. 2. Anak-anak bersifat pemberani, sahingga tidak terhambat rasa takut kalau
mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti oleh anak yang besar.
3. Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih lentur dan keterampilan yang dimikili baru sedikit.
Usia Sekolah Dasar berkisar 6-12 tahun pada masa ini anak sudah matang untuk belajar atau sekolah. Dalam proses belajar hendaknya disesuaikan dengan
tahapan perkembangan siswa. Antara usia 5 dan 6 tahun sebagian besar anak- anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Pada masa kanak-kanak
awal, anak berpikir konvergen menuju kesuatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori perkembangan
kongnitif Piaget dalam Rita Eka Izzaty 2008: 88, menyatakan bahwa anak