PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS II B SD NEGERI GEDONGKIWO.

(1)

PENGGUNAAN MEDIAPUZZLEUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA

SISWA KELAS II B SD NEGERI GEDONGKIWO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Valeria Saubbaisagu NIM 12108249015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

f

P.a

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

"PENGGUNAAN

MEDIA

PWZLE

UNTUK MENINGKATKAN MOTTVASI BELAJAR

IPA

SISWA KELAS

II B

SD NEGERI GEDONGKIWO' yang disusun

oleh

Valeria Saubbaisagq NIM t2108249A15

ini

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 September 2016 dan dinyatakan lulus.

Nama Tanggal

at/tp{.tst

'!.lptzttt *flp{.ewp

ct

2010 idikan Yogyakarta


(5)

MOTTO

Apabila kita takut gagal, itu berarti kita telah membatasi kemampuan kita

(Rober .F Kenmedy)

Jika kamu menginginkan pelangi, maka kamu harus siap dengan datangnya hujan.


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayah (alm) dan Ibu tercinta, dan keluarga besar tercinta yang tiada henti mendukung dan medoakanku.

2. Almamater Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

PENGGUNAAN MEDIAPUZZLEUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA

SISWA KELAS II B SD NEGERI GEDONGKIWO

Oleh

Valeria Saubbaisagu NIM 12108249015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan mediapuzzlepada mata pelajaran IPA siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo.

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo, yang berjumlah 30 siswa. Adapun objek dalam penelitian adalah motivasi belajar IPA. Tempat penelitian dilaksanakan dikelas II B SD Negeri Gedongkiwo pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian adalan kisi-kisi motivasi, kisi-kisi observasi motivasi belajar siswa dan kisi-kisi observasi kegiatan guru. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan mediapuzzledengan warna terangan dan kepingan gambar yang bervariasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada materi sumber energi dan kegunaannya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat motivasi belajar siswa yang telah sesuai dengan indikator siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi. Dapat juga dilihat dari meningkatnya persentasi motivasi belajar siswa dari siklus ke siklus. Di pra-siklus hanya 6,67% (2 siswa) yang memiliki motivasi belajar tinggi. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 96,67% (29 siswa), meningkat lagi sebesar 100% (30 siswa) pada siklus II. Demikian juga hasil wawancara siswa menunjukkan tingkat motivasi sebesar 78,47% pada siklus I dan meningkat lagi sebesar 100% pada siklus II dengan kategori sangat tinggi. Penelitian signifikan adalah penggunaan media puzzle yang berwarna terang dengan kepingan gambar yang besar dan bervariasi.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat, kasih, dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Puzzle untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas II B SD Negeri Gedongkiwo. Pada kesempatan ini, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya ingin penulis berikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa saran, dukungan dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M. A, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Haryanto, M. Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Mardjuki M. Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktunya untuk bimbingan dari awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Ernawati Budi Listyani, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang IPA... 9

1. Pengertian IPA ... 9

2. Karakteristik IPA... 12

3. Pembelajaran IPA di Kelas II SD... 13

4. Sumber Energi dan Kegunaannya ... 15

5. Tujuan Pembelajaran IPA ... 18

B. Tinjauan tentang motivasi belajar ... 20 hal


(11)

1. Pengertian Motivasi... 20

2. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ... 21

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar... 22

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar... 27

5. Indikator Motivasi ... 29

C. Tinjauan tentang mediapuzzle... 30

1. PengertianPuzzle... 30

2. MediaPuzzle... 32

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 33

4. KelebihanPuzzle... 35

5. Langkah-langkah PenggunaanPuzzle... 36

D. Karakteristik Siswa... 37

E. Pelelitian yang Relevan ... 43

F. Kerangka Pikir... 43

G. Definisi Operasional Variabel ... 45

H. Hipotesis Tindakan... 46

BAB III MOTODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 47

B. Subjek Penelitian ... 47

C. Tempat dan waktu Penelitian ... 48

D. Desain Penelitian ... 48

E. Rencana Tindakan ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Instrumen Penelitian... 55

H. Validitas Instrumen ... 58

I. Teknik Analisis Data ... 59

J. Indikator Keberhasilan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 64

1. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ... 64


(12)

3. Deskripsi Penelitian Siklus I ... 67

4. Deskripsi Penelitian Siklus II ... 83

B. Pembahasan ... 100

C. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Sumber Energi yang Menghasilkan Panas ... 15

Tabel 2. Energi yang menghasilkan bunyi ... 16

Tabel 3. Energi yang menghasilkan cahaya ... 17

Tabel 4. Kisi-kisi instrumen variabel motivasi... 56

Tabel 5. Kisi-kisi observasi kegiatan siswa ... 57

Tabel 6. Kisi-kisi l observasi kegiatan guru dalam menggunakan mediapuzzle... 58

Tabel 7. Kriteria persentase motivasi belajar IPA ... 61

Tabel 8. Identitas Subyek Penelitian ... 65

Tabel 9. Hasil Observasi Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II B SD Negeri Gedongkiwo Pratindakan ... 66

Tabel 10. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa gabungan pertemuan I dan pertemuan II Siklus I... 78

Tabel 11. Hasil observasi motivasi siswa siklus I ... 79

Tabel 12. Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I ... 80

Tabel 13. Hasil wawancara motivasi belajar siswa siklus I... 81

Tabel 14. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II... 93

Tabel 15. Motivasi siswa siklus I dan siklus II... 94

Tabel 16. Perbandingan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. ... 96


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Skema Alur Kerangka Pikir ... 46 Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Mc.

Taggart (Suharsimi Arikunto 2006: 93). ... 49 Gambar 3. Diagram Batang Motivasi Belajar Siswa ... 96


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Perangkat Pembelajaran ... 111

Lampiran 1. a. RPP siklus I... 112

Lampiran 1. b. RPP siklus II ... 119

Lampiran 1. c. Draf awal pembelajaran ... 126

Lampiran 1. d. Draf akhir pembelajaran ... 134

Lampiran 2. Istrumen Pengumpulan Data... 147

Lampiran 2. a. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 148

Lampiran 2. b. Lembar Observasi Guru... 164

Lampiran 2. c. Format observasi pembelajaran di kelasdan observasi di kelas dan observasi siswa...168

Lampiran 2. a. Lembar wawancara ... 170

Lampiran 3. Hasil Analisi Data ... 174

Lampiran 3. a. Hasil analisis pratindakan ... 175

Lampiran 3. b. Hasil analisis motivasi belajar siswa siklus I pertemuan I... 176

Lampiran 3. c. Hasil analisis data motivasi belajar siswa siklus I pertemuan II... 178

Lampiran 3.d. Hasi analisis motivasi belajar siswa siklus II Pertemuan I...180

Lampiran 3.e. Hasi analisis motivasi belajar siswa siklus II Pertemuan II...182

Lampiran 3. f. Hasil analisis wawancara I ... 184

Lampiran 3. g. Hasil analisis observasi guru siklus I dan II ... 186

Lampiran 3. h. Hasil persentase wawancara siklus II ... 187

Lampiran 3 Hasil siklus I dan II perdikat... 188

Lampiran 4. Surat-surat dan dokumentasi... 189

Lampiran 4. a. Surat izin penelitian ... 190

Lampiran 4. b. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 191

Lampiran 4. c. Surat permohonanexpert judgent ... 192

Lampiran 4. d. Surat validasi instrumen... 193


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Dwi Siswoyo, 2013: 1).

Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mencapai manusia yang berkualitas dan berkarakter. Oleh karena itu jalannya proses pendidikan harus diselingi dengan kualitas pendidikan serta sarana dan prasarana yang memadai supaya tercipta pendidikan yang baik. Di dalam pendidikan terdapat istilah kegiatan belajar mengajar atau proses belajar mengajar. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sekolah merupakan sarana yang diberikan pemerintah untuk tempat melaksanakan proses pembelajaran kepada peserta didik.

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tesebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari guru, proses belajar tersebut


(17)

tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 17).

Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar kepada siswa untuk memcapai tujuan pembelajaran. Guru juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan belajar siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah pada umumnya muncul berbagai masalah kompleks yang mempengaruhi para siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Keberhasilan proses pendidikan sangatlah ditentukan oleh guru, siswa dan lingkungan sekolah. Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan karena saling terkait satu dengan yang lain. Walaupun guru sudah menerangkan secara panjang lebar tentang materi pembelajaran namun belum tentu semua siswa dapat mengerti. Hal itu dikarenakan tidak semua siswa dapat menerima pelajaran jika hanya diterangkan melalui metode ceramah.

Selain itu juga guru lebih banyak bercerita dan ceramah saja, sehingga siswanya tidak terlibat dalam proses belajar mengajar, selain itu juga guru jarang menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan dikelas dan wawancara dengan guru kelas di SD Negeri Gedongkiwo khususnya di kelas II B SD, masih banyak permasalah yang ditemui dalam proses pembelajaran diantaranya guru kurang menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Terutama dalam pembelajaran IPA guru dituntut untuk


(18)

menggunakan media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa tidak merasa bosan selama mengikuti pembelajaran.

Hasil wawancara guru kelas II B, Marsiti, S Pd menyatakan bahwa IPA merupakan pelajaran yang banyak menggunakan hafalan verbal, disamping itu guru belum menggunakan media yang bisa membantu siswa dapat memahami pembelajaran sehingga dapat menyebabkan siswa malas dan bosan untuk belajar IPA. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu penemuan. Pendidikan IPA di SD menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa sebagai bekal kehidupan di masyarakat kelak. Pada mata pelajaran IPA, siswa masih menganggap bahwa materi pembelajaran IPA merupakan materi yang membosankan dan banyak teorinya, selain itu banyak diantara siswa yang menganggap pelajaran IPA adalah sesuatu yang membuat pusing dan siswa kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan terutama dalam pembelajaran IPA. Hal ini karena pembelajaran IPA sebagian besar menggunakan interaksi satu arah dan guru kurang melakukan diskusi kelompok pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga siswa kurang melakukan kerjasama dalam belajar. Oleh karena itu guru dituntut untuk memfasilitasi siswa dengan membangun pengetahuannya sendiri dan memberi motivasi, serta melakukan pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan.


(19)

Salah satu untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar siswa adalah penggunaan media puzzle pada proses kegiatan belajar mengajar. Karena dalam proses pembelajaran tidak cukup hanya mendengar penjelasan dari guru. Dengan menggunakan alat (media) pembelajaran akan membantu untuk merangsang pemikiran siswa, perasaan, perhatian dan kemampuan serta keterampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang baik dan melakukan tanya jawab pada saat proses pembelajaran. Menurut Slameto (2003 : 65) melakukan berbagai metode dalam proses belajar mengajar merupakan cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar.

Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pemikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa dalam belajar. Dengan menggunakan berbagai media sebagai alat belajar maka akan sangat membatu pemahaman siswa. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Pembelajaran dengan menggunakan media akan bermanfaat dan membantu kelancaran proses belajar mengajar karena dengan memanfaatkan media berupa puzzle, siswa diharapkan dapat tertarik dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Mediapuzzleini tidak asing lagipuzzleini merupakan gambar yang sudah ada atau jadi kemudian divariasi sehingga menjadi sebuah permainan yang bisa digunakan dalam pembelajaran untuk memotivasi siswa dalam belajar. Tujuan menggunakan mediapuzzleadalah supaya siswa tidak merasa bosan dalam belajar,


(20)

sehingga melalui penggunaan media puzzle siswa dapat beraktivitas dan merangsang pola pemikiran, perasaan dan motivasi belajar. Dalam pembelajaran menggunakan media puzzle berbentuk gambar dapat memberikan manfaat dan membantu siswa untuk berpikir melalui permainan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang disajikan, Sehingga proses belajar mengajar dapat efektif.

Dari uraian di atas, perlu diadakan alternatif ata strategi dalam pembelajaran dikelas. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajr siswa adalah penggunaan media puzzle. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan pembawa pengaruh-pengaruh psikologi siswa. Diduga melalui penggunaan media puzzle dapat menunjang pembelajaran IPA, hal ini dikarenakan penggunaan mediapuzzle ini memiliki keunggulan yaitu dapat meningkatkan keterampilan kongnitif, melatih kesabaran, memberi pengalaman langsung pada siswa dan dapat memeningkatkan pemahaman siswa pada materi pelajaran.

Pada penelitian ini penulis menggunkan mediapuzzleberbentuk gambar yaitu berupa kepingan dari gambar yang sudah jadi, kemudian dijadikan sebuah media yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Dengan media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar secara mandiri. Berangkat dari permasalahan yang diuraikan diatas, penulis ingin melakukan penelitian tindakan


(21)

kelas dengan judul” Penggunaan Media Pembelajaran berupa Puzzle untuk Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas II SD Negeri Gedongkiwo. Media puzzle ini akan melatih siswa untuk berpikir dan bertekun dalam merangkai suatu gambar yang sudah dipotong-potong kemudian disusun menjadi sebuah gambar yang utuh.Puzzleberbentuk gambar ini merupakan potongan-potongan gambar yang diacak harus disusun dengan benar dan dalam penyusunannya dibutuhkan kesabaran dan ketelitian serta kerja sama yang baik. Dengan menggunakan mediapuzzlediharapkan siswa dapat lebih mudah menerima pelajaran IPA yang akhirnya membuat hasil belajar lebih meningkatkan dan motivasi belajar siswa juga semakin meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, diperoleh beberapa masalah sebagai berikut:

1. Motivasi belajar IPA siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo pada pembelajaran IPA masih rendah.

2. Kerjasama siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo dalam kelompok masih rendah

3. Dalam proses pembelajaran kurang melakukan tanya jawab sehingga siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo masih pasif.

4. Kekurangan penggunakan media pembelajaran, sehingga siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo kurang aktif dan berkonsentrasi pada pembelajaran.


(22)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada peningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan media berupa puzzle berbentuk gambar sehingga diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran IPA yang memungkinkan anak terlibat aktif. Dengan demikian siswa dapat memahami pembelajaran melalui mediapuzzle, menjadikan anak termotivasi belajar secara aktif melalui penggunaan media pembelajaran berupa puzzle. Siswa yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo kelas II B. Di dalam penelitian ini hanya memfokuskan penggunaan media pembelajaran puzzle berbentuk gambar untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA terutama pada materi sumber energi dan kegunaannya.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah

1. Bagaiman meningkatkan motivasi belajar IPA dengan menggunakan media puzzle?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa SD N Gedongkiwo kelas II B pada mata pelajaran IPA khususnya sumber energi dan kegunaannya dengan menggunakan mediapuzzle.


(23)

F. Manfaat penelitian

Ada pun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sehingga memperjelas penyelesaian masalah yang ada yaitu rendahnya motivasi belajar IPA siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo.

2. Secara praktis

a. Bagi siswa, agar siswa dapat aktif mengikuti pembelajaran IPA melalui penggunaan mediapuzzlepembelajaran yang menyenangkan.

b. Bagi guru, penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dan tambahan pegetahuan tentang media puzzle pembelajaran khususnya untuk meningkatkan motivasi belajar IPA siswa dalam proses belajar mengajar.

c. Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung dari penerapan penggunaan media pembelajaran berupapuzzlepada pembelajaran IPA sebagai bekal untuk suatu saat ketika terjun ke dunia pendidikan sebagai pendidik dan pengajar.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang IPA 1. Pengertian IPA

IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang bahasa inggrisnya disebut Natural Science. Secara singkat sering disebut “science”.

Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.Scienceartinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atauscienceitu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Srini M. Iskandar (1997: 3) menyatakan konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya, sedangkan prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan generalisasi induktif. Menurut para ilmuan prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat tentang objek atau kejadian. Sri sulistyorini (2007: 9) mengemukakan bahwa hakikat IPA dapat dipandang sebagai segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan.


(25)

a. IPA sebagai produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan. Mengunwijaya (1998: 31) menyatakan bahwa IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya. Dengan tertangkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains makin luas dan lahirlah sifat terapannya yaitu teknologi.

b. IPA sebagai proses

Yang dimaksud dengan proses disini adalah proses mendapatkan IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk panduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Sejumlah proses IPA yang dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah kemudian yang disebut sebagai keterampilan proses IPA.


(26)

c. IPA sebagai pemupuk sikap

Pada pengajaran IPA SD dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Menurut Wynne Harlena dan Hendro Darmodjo dalam Sri Sulityorini (2007: 10), ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia anak SD yaitu: 1) sikap ingin tahu, 2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, 3) sikap kerjasama, 4) sikap tidak putus asa, 5) sikap tidak berprasangka, 6) sikap mawas diri, 7) sikap bertanggung jawab, 8) sikap berpikir bebas, 9) dana sikap disiplin diri. Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan di lapangan. Dalam hal ini, maksud dari sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera. Oleh karena itu ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Lahir dan berkembang melalui metode ilmiah secara observasi, penerapannya serta menurut sikap ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menurut sikap ilmiah yaitu rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur.


(27)

2. Karakteristik IPA

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik sendiri-sendiri, karakteristik sangat dipengaruhi oleh sifat keilmuan yang terkandung pada masing-masing mata pelajaran. Perbedaan karakteristik pada berbagai mata pelajaran akan menimbulkan perbedaan cara mengajar dan cara siswa belajar antar mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya. IPA memiliki karakteristik tersendiri untuk membedakan mata pelajaran lain. Istilah Ilmu Pengatahuan Alam atau IPA dikenal dengan istilah Sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris kata sains

berasal dari katascienceyang berarti pengetahuan

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi di alam ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan.

IPA sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya, setiap disiplin ilmu mempunyai ciri khusus atau karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sebagai


(28)

ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain. Ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini:

a. Dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terlebih dahulu oleh penemunya. b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan teori.

d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan kosep yang telah berkembang sebagai suatu hal eksperimen dan observasi.

e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap.

3. Pembelajaran IPA di Kelas II SD

Menurut Paolo dan Carin dalam Srini M. Iskandar (1997: 15), menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam untuk anak-anak didefinisikan mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi serta menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Jadi dalam pembelajara IPA anak dituntut untuk berpikir secara ilmiah tentang kejadian-kejadian alam yang terjadi di sekitar.

Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis, 1993: 6). IPA diperlukan oleh Sekolah Dasar karena IPA dapat memberikan iuran untuk tercapainya sebagian dari tujuan


(29)

pendidikan di Sekolah Dasar. Dengan pengajaran IPA diharapkan peserta didik akan dapat:

a. Memahami alam sekitarnya, yang meliputi benda-benda alam buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung didalamnya.

b. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khusnya IPA, berupa keterampilan proses, atau metode ilmiah yang sederhana.

c. Memiliki sikap ilmiah dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

d. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 12), menyatakan bahwa mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. Proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung hanya dalam satu arah, melainkan dari berbagai arah (multiarah) sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber belajar yang ada. Ilmu pengetahuan alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kongnitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kongnitif ilmuan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat dipahami, bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Melalui pembelajaran IPA peserta didik diharapkan dapat memahami alam sekitanya yang berupa benda-benda alam buatan manusia, serta memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu


(30)

khususnya IPA dan memiliki sikap ilmiah dalam mengenal alam sekitar dan sebagai bekal dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.

4. Sumber Energi dan Kegunaannya

Sumber energi dan kegunaannya merupakan meteri pelajaran SD kelas II semester II yang dibagi menjadi tiga studi yaitu menggunakan sumber energi yang mempelajari tentang sumber-sumber energi, serta energi yang sering digunakan dan menghemat energi. Sumber energi merupakan benda yang dapat menghasilkan energi. Ada berbagai sumber energi dan kegunaannya yaitu:

a. Menggunakan Sumber Energi

Sumber energi yang menghasilkan panas, ada berbagai alat yang bisa menghasilkan panas misalnya kompor, setrika, pemanggang roti, dispenser. Ada berbagai sumber energi dan kegunaannya yaitu.

1) Menghasilkan panas

Tabel 1. Sumber Energi yang Menghasilkan Panas

No Gambar Keterangan

1 Kompor gas menghasilkan


(31)

2 Kompor minyak tanah mendapat energi dari minyak tanah.

3 Panas dari setrika digunakan untuk

melicinkan pakaian dan menggunakan energi listrik.

4 Pemangang roti digunakan untuk

memanggang roti

5 Dispenser digunakan untuk

memanaskan dan mendinginkan air. Dispenser ini menghasilkan energi panas dari listrik.

2) Menghasilkan bunyi

Tabel 2. Energi yang menghasilkan bunyi

No Gambar Keterangan

1 Radio ini menghasilkan bunyi dan

mendapatkan energi dari baterai dan listrik.


(32)

2 Jam beker berbunyi pada waktu yang telah ditentukan dengan sumber energi dari baterai.

3 Televi mengeluarkan bunyi dan

cahaya dan televisi menggunakan energi dari listrik dan televisi juga membutuhkan energi lebih besar dari pada radio.

3) Menghasilkan cahaya

Tabel 3. Energi yang menghasilkan cahaya

No Gambar Keterangan

1 lampu listrik menghasilkan

bermacam-macam cahaya. Ada lampu yang sangat terang, ada pula yang redup dan ada lampu

yang berwarna merah dan kuning lampu listrik ini bisa dibuat berkelap-kedip.

2 Lilin menyala terang jika sumbunya

dibakar

3 Lampu sumbuh mendapat energi dari

minyak tanah. Lampu dinyalakan dengan membakar sumbuhnya.


(33)

4 Senter mendapat energi dari baterai dan serter juga mudah dibawa kesegalah tempat.

b. Energi yang sering digunakan

Energi yang sering digunakan adalah energi listrikdan energi panasseperti setrika, televisi, lampu listrik, magic. Energi listrik merupakan energi yang banyak digunakan hampir semua benda yang ada di rumah menggunakan energi listrik

c. Cara menghemat energi

1. Mematikan televisi jika tidak ditonton 2. Mematikan lampu jika tidak digunakan 3. Mematikan lampu pada siang hari

4. Tidak menggunakan mesin pengeringan pakaian kalau cuaca panas (cerah).

5. Tujuan Pembelajaran IPA

Adapun standar Kompetensi (SK) yang ingin dicapai yaitu 3. Mengenal berbagai sumber energi yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya. Kompetensi Dasar (KD) 3.1. Mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang ada dilingkungan sekitar. Indikator, menyebutkan sumber energi yang paling utama di bumi, menyebutkan alat-alat yang dapat menghasilkan energi dan menjelaskan manfaat dan cara menghemat energi.


(34)

Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (Mulyasa, 2010: 111).

Lebih lanjut lagi Pusat Kurikulum (Depdiknas, 2006: 117) menjelaskan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) yaitu :

a. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Ikut serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. e. Menghargai alam sekitar dan segala keturunannya sebagai salah satu

ciptaan Tuhan.

Sedangkan menurut Usman Samatowa (2010: 6) menjelaskan empat alasan tentang pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu, a) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar, b) bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan mata pelajaran yang melatih atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis, c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percoabaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA


(35)

tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, d) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik siswa Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupannya.

B. Tinjauan tentang motivasi belajar 1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah salah satu kebutuhan yang dibutuhkan setiap orang untuk mendorong diri semakin percaya diri menjadi orang yang terbaik. Motivasi juga dapat diartikan daya penggerak yang telah menjadi aktif untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau menggelakkan peran suka (Sardiman, 2007: 75).


(36)

Dimyati dan Mudjiono (2002: 80) motivasi dapat dipandang sebagai pendorong mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Sugihartono, dkk (2012: 20), mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Selajalan dengan pendapat di atas, Hamzah B. Uno (2007: 3) menyatakan bahwa motivasi merupakan motif, dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Nasution (2010: 74), mengemukakan bahwa seorang anak akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila merasai suatu kebutuhan. Motivasi adalah perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Syaiful Bahri Djanarah, 2011: 148).

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri individu yang menyebabkan individu dapat beraktivitas, motivasi juga merupakan sebagai perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

2. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga Syaiful Bahri Djamarah (2011: 152-153), menjelaskan prinsip-prinsip motivasi dalam belajar yaitu:


(37)

a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. Motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar.

b. Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar.

c. Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar

e. Guru yang berpengalaman cukup bijak memanfaatkan kebutuhan anak didik, sehingga dapat memancing semangat belajar anak didik agar menjadi anak yang gemar belajar.

f. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar g. Motivasi dapat melahirkan prestasi dalam belajar

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Mc. Donal (Sardiman A. M, 2007: 74) menjelaskan beberapa pengertian motivasi dibawah antara lain:

a. Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri secara pribadi oleh seseorang dengan ditandai timbulnya reaksi untuk mencapai suatu tujuan hidup yang lebih baik.

b. Motivasi adalah suatu proses untuk membuat banyak motif-motif dari perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan.

c. Motivasi adalah kekuatan yang tersembunyi didalam diri seseorang yang akan mendorong untuk bertindak, bertutur kata cara yang khas. d. Motivasi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menyediakan

sehingga seseorang mau untuk beraktivitas.

e. Motivasi sebagai proses yang menjelaskan tentang arah, ketekunan, usaha dan pola diri untuk mencapai sesuatu dengan tujuan yang baik.

Sugihartono, dkk (2012: 20) menyatakan motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang


(38)

tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Motivasi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain: 1) Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi, 2) Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar, 3) Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 80) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan kekuatan mental. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Motivasi dipandang sebagai pendorong mental yang menggerakan dan menggairahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Sedangkan Nasution (2010: 76) menyatakan bahwa motivasi mempunyai tiga fungsi, yakni:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak ingin dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan.

Motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama-sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak dan penyeleksi perbuatan, (Syaifu Bahri Djamarah 2011: 156). Karena itu baik pendorong atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.


(39)

Dimyati dan Mudjiono (2002: 86-88), menyatakan bahwa Motivasi merupakan sebagai kekuatan mental individu, yang betingkat. Motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Motivasi primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.

b. Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, hal ini berbeda dengan motivasi primer.

Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar, motivasi belajar tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru atau pendidik dan anggota masyarakat (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 94). Kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan, dengan motivasi belajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2007: 91-93) cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu anatara lain:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik.


(40)

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Hadiah tidak hanya berupa materi atau barang tetapi juga berupa pujian.

c. Saingan atau kompetisi

Persaingan, baik persaingan kelompok maupun persaingan individual dapat meningkatkan prestasi belajar karenan persaingan yang baik dapat dijadikan sebagai motivasi untuk belajar.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, karena ini sebagai salah satu bentuk motivasi yang penting.

e. Memberi ulangan

Memberi ulangan merupakan sarana motivasi, tetapi yang perlu diingat oleh guru jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) memberi ulangan kerena bisa membosankan.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

g. Pujian

Jika ada siswa yang sukses dan berhasil mengerjakan tugas dengan baik, maka perlu diberikan pujian.


(41)

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Dalam proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Karena minat dapat membangkitkan adanya suatu kebutuhan, memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

k. Tujuan yang diakui

Bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Penting bagi guru menciptakan bermacam-macam motivasi yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk melahirkan hasil belajar yang bermakna.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan, dengan adanya dorongan, gairah, penggerak dan motivasi belajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.


(42)

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2002: 101-106), mengemukakan bahwa keinginan belajar di sekolah tertentu di pusatkan dengan iklan yang benar. Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu:

a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar yaitu, belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu. Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang. Dan belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari.

b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. Meminta kesempatan pada orangtua siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar. Memanfaatkan lingkungan yang bisa mendorong belajar. Menggunakan


(43)

waktu secara tertib, dan guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri.

c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa. d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar

Sejak usia enam tahun siswa telah memperoleh kesempatan belajar di sekolah. Dengan keterampilan dasar tersebut siswa dapat memuaskan rasa ingin tahunya lewat membaca, mengamati dan menalar. De Decce dan Grawford dalam Syaiful Bahri Djamarah (2011: 169-173), menyatakan empat fungsi sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik yaitu:

a. Menggairahkan anak didik

Guru harus memelihara minat didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentuk untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar.

b. Memberikan harapan realisasi

Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis.

c. Memberi insentif

Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. d. Mengarahkan perilaku anak didik


(44)

Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Disini guru dituntut untuk memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan dan penggerak untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi dapat mengoptimalisasi unsur dinamis belajar dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya.

5. Indikator Motivasi

Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa (Sugihartono dkk, 2007: 78). Menurutnya, motivasi yang tinggi dapat ditemukan dalam sifat dan perilaku siswa sebagai berikut.

a. Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi. b. Adanya perasaan dan keterlibatan efektif siswa yang tinggi dalam

belajar.

c. Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2010: 23), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut, a) Adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar, b) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dan sukses, c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan dan ,d) Adanya kegiatan yang


(45)

menarik dalam pembelajaran. Ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi dalam belajar menurut Freud (Sardiman A. M, 2007: 83) adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama , tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang sifatnya mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan indikator siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu:

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. b. Tekun dalam menghadapi tugas.

c. Ulet dalam menghadapi kesulitan d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Senang dan rajin belajar penuh semangat.

Indikator siswa yang memiliki motivasi belajar tersebut peneliti jadikan sebagai pedoman dalam membuat instrumen penelitian

C. Tinjauan tentang MediaPuzzle 1. PengertianPuzzle

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran sebagai sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar. Menurut Nana Sudjana (2010: 2) media pengajaran dapat mempertinggi


(46)

proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Hamzah B. Uno (2010: 113) menyatakan bahwa media merupakan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Media juga dapat diartikan sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Sementara menurut Arief S. Sardiman, dkk (2008: 6), media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Hamidjojo dan Latuheru dalam Azhar Arsyad (2002: 5) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Oemar Hamalik, 1989: 12).

Media pembelajaran adalah teknologi pembawah pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Secara khusus, kata tersebut diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari suatu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dapat dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran.


(47)

2. MediaPuzzle

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 352) arti katapuzzleadalah teka-teki. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Puzzle juga merupakan media yang paling umum dipakai dan termasuk media pembelajaran yang sederhana yang dapat digunakan di sekolah sebagai media pembelajaran. Media puzzle itu adalah salah satu bentuk media visual dan grafis dengan menggunakan potongan-potongan gambar.Puzzlemerupakan kepingan tipis yang terdiri dari 2-3 atau lebih potongan yang terbuat dari kayu atau lempeng karton Puzzle adalah media yang memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil (Adenan, 1989: 9). Sedangkan menurut Hadfield (1990: 5) puzzle merupakan pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau dijawab.

Hamalik (Azar Arsyad, 2008: 15) menjelaskan bahwa tujuan pemakaian media puzzle dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk menyelesaikan tugas dalam menyusunpuzzle dengan tepat dan cepat. Puzzle merupakan salah satu media efektif yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam materi pelajaran yang diajarkan oleh guru (Tarigan, 1986: 122).

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat di simpulkan tujuan penggunaan media puzzle pada pembelajaran adalah untuk mempermuda


(48)

pemahaman dan meningkatkan minat baru, dapat membagkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar.

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Dalam penelitian ini akan menggunakan media puzzleyang menampilkan gambar-gambar. Levie & Lents dalam Azhar Arsyad (2002: 17), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yaitu: 1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kongnitif dan, 4) fungsi kompensatoris. Adapun jabaran masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fungsi atensi

Fungsi atensi merupakan inti yaitu mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan media puzzle yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajar.

b. Fungsi afektif

Fungsi afektif yaitu media puzzle dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

c. Fungsi kongnitif

Fungsi kongnitif yaitu media puzzle dapat mengungkapkan dan memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung.


(49)

Fungsi kompensatoris yaitu untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Ada beberapa alasan mengapa media puzzle dapat mempertinggi proses belajar siswa menurut Sudjana dan rivai (1992: 2) yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002: 25). Alasan pertama berkenaan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak merasa bosan.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi dapat beraktivitas seperti mengamati, melakukan percobaan, dan mendemonstrasikan.

Beberapa manfaat mediapuzzle(Hamalik dalam Azhar Arsyad, 2002: 25) sebagai berikut: a) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, b) Memperbesar perhatian siswa, c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap, d) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa, e) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang banyak dalam belajar.


(50)

4. KelebihanPuzzle

Suyadi (2009: 213) menjelaskan beberapa keuntungan penggunaan media puzzledalam pembelajaran yaitu antara lain:

a. Meningkatkan keterampilan kongnitif

Media puzzle menuntut penggunanya untuk berpikir dalam menyusun potongan-potongan gambar yang diacak menjadi gambar yang utuh. Dalam penyusunan potongan gambar ataupuzzle ini diperlukan logika. Contoh terdapat potongan gambar batang pohon maka siswa akan berpikir setelah batang maka ada ranting, setelah ranting maka ada daun.

b. Meningkatkan keterampilan motorik halus

Kemampuan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya dibagian tangan. puzzle dimainkan dengan mengotak-atik potongan gambar.

c. Melatih kesabaran

Dalam mencari atau menemukan gambar yang utuh dari puzzle, anak harus bersabar mencoba-coba susunan gambar yang kira-kira sesuai. Apabila belum sesuai anak harus mencoba dalam susunan lain, sehingga anak dapat berlatih untuk mencapai sesuatu tanpa putus asa.

d. Melatih keterampilan sosial


(51)

membantu, saling bertukar pendapat, berdiskusi untuk menemukan susunan gambar dalampuzzle.

e. Lebih menarik karena gambar yang jadi kemudian divariasikan, sehingga memberikan pengalaman nyata kepada siswa.

f. Lebih mudah mengingat dengan visual (puzzle) peta konsep dan singkatan.

g. Media puzzle dapat memperlancar pemahaman misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi dan memperkuat ingatan siswa.

5. Langkah-langkah PenggunaanPuzzle

Media puzzle berbentuk gambar ini dapat dibuat dalam jumlah yang banyak karena praktis dan ekonomis dan dalam penggunaan media puzzle ini dapat menciptakan suasana belajar yang bervariasi dan menyenangkan sehingga anak didik dapat menguasai materi pelajaran yang dipelajari. Sari Yustika, dkk (2012: 2) menyatakan langkah-langkah penggunaan mediapuzzleyaitu sebagai berikut:

a. Siswa memperhatikan mediapuzzleyang ditunjukkan oleh guru

b. Siswa mencoba menyusun potongan-potongan gambar yang akan dibentuk menjadi sebuah gambar yang utuh

c. Siswa bertanya jika mengalami kesulitan dalam menyusun puzzlepada saat pembelajaran IPA

d. Siswa dan guru melakukan refleksi pada pembelajaran yang telah dilakukan.

Sedangkan menurut Yulianty, dkk (2005: 62) menyatakan langkah-langkah penggunaan mediapuzzleyaitu sebagai berikut:


(52)

b. Masing-masing kelompok diskusi mendapat gambar puzzle yang dibagikan oleh guru

c. Siswa mendengarkan petunjuk cara menyusunpuzzle.

d. Siswa melakukan percobaan menyusunpuzzle baik per invidu maupun kelompok .

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa fungsi dan manfaat media pembalajaran sangat penting untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran dengan menggunakan media puzzle, memberikan manfaat kepada siswa untuk berpikir secara nyaman melalui permain untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran yang masih dipelajari. Pada proses pemecahan masalah dalam belajar diperlukan suatu pengamatan secara cermat, tepat, dan teliti. Pada penelitian ini menggunakan langkah-langkah penggunaan media puzzle menurut Yulianti, dkk (2006: 62) yaitu: 1) Guru mempersiapkan alat peraga puzzle, 2) Guru membagikan mediapuzzle kepada siswa, 3) Guru memberikan arahan kepada siswa tentang penggunaan media puzzle, 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menyusun puzzle baik perorangan maupun kelompok, 5) Guru membimbing siswa yang belum mampu mengerjakan tugas dalam menyusunpuzzle.

D. Karakteristik Siswa

Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentanga usia 2-6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah dimana anak umumnya masuk kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Masa usia sekolah dasar (sekitar 6-7) ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi


(53)

kesuksesan perkembangan selanjutnya. Usia kronologis ini diikuti dengan gambaran perkembangan kongnitif, emosi, sosial, moral dan kecakapan psikomotorik. Meski antara satu siswa dengan siswa lain terdapat perbedaan individual, namun pada umumnya mereka memiliki persamaan pula. Status perkembangan siswa kelas I sangat berbeda dengan status perkembangan siswa kelas VI.

Menurut Hurlock dalam Rita Eka Izzaty (2008: 87) menyatakan tiga alasan awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan tertentu yaitu:

1. Anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas sampai terampil.

2. Anak-anak bersifat pemberani, sahingga tidak terhambat rasa takut kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti oleh anak yang besar.

3. Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih lentur dan keterampilan yang dimikili baru sedikit.

Usia Sekolah Dasar berkisar 6-12 tahun pada masa ini anak sudah matang untuk belajar atau sekolah. Dalam proses belajar hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa. Antara usia 5 dan 6 tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Pada masa kanak-anak-kanak-anak awal, anak berpikir konvergen menuju kesuatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori perkembangan kongnitif Piaget dalam Rita Eka Izzaty (2008: 88), menyatakan bahwa anak


(54)

pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional 2-7 tahun. Adapun ciri-cirinya antara lain: semakin berkembangnya fungsi simbolis, tingkah laku imitasi langsung maupun tertunda, cara berpikir masih egosentris,centralizedatau terpusat pada satu dimensi saja, serta cara berpikir yang tak dapat dibalik dan terarah statis.

Usia SD masuk pada tahap operasional konkret, anak mampu berpikr logis, memahami konsep percakapan, mampu mengingat, memahami dan memecahkan yang bersifat konkret. Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu: 1) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, 2) tahap operasional usia 2-6 tahun, 3) tahap operasional konkret usia 7-11 atau 12 tahun, 4) tahap operasional formal unsia 11 atau 12 tahun Sardiman ( 2007: 120), mengemukakan karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Selanjutnya, menjelaskan tiga karakteristik siswa yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Karakteristik atau keadaan yang berkenan dengan kemampuan awal atau prerequisite skill, misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.

2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial (sociocultural).

3. Karakteristik yang berkenan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, dan minat.

Siswa kelas II SD merupakan masa kanak-kanak yang memiliki tugas perkembangan yang muncul sesuai periode perkembangannya. Rika Eka Izzaty, dkk. (2008: 103) menyatakan tugas-tugas perkembangan siswa SD yaitu 1)


(55)

belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, 2) sebagai makhluk yang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri, 3) belajar bergaul dengan teman sebaya, 4) mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita, 5) mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung, 6) mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai, 7) mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga, 8) serta mencari kebebasan pribadi.

Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahu sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun (Rita Eka Izzaty, 2008: 104). Siswa SD memiliki karakteristik pertumbuhan kejiwaan yang semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuh minat tertentu dan ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang serta kurang memerlukan perlindungan dewasa.

Rita Eka Izzati (2008: 116) menyebutkan ciri-ciri khas anak masa kelas rendah (1- 2 dan 3) Sekolah Dasar adalah 1) ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, 2) suka memuji diri sendiri, 3) kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap tidak penting, 4) suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, 5) suka meremehkan orang lain. Lebih lanjut seperti yang dikutip Rita Eka Izzati bahwa dalam teori perkembangan kongnitif peserta didik dapat dibedakan menjadi empat stadiun yaitu.


(56)

Stadium ini terdiri dari 6 sub stadiun. Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kongnitif selama stadiun ini, intelegensi anak baru tampak bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik.

2. Stadium pra-operasional (18 bulan-7 tahun)

Stadium pra-operasional ini dimulai dari penguasaan bahasa yang sistematis, imitasi (tidak langsung), serta bayangan dalam mental. Menurut Piaget bahwa berpikir secara pra-operasional masih bersifat egosentrisi.

3. Stadium operasional konkret (7 tahun-11 tahun)

Cara berpikir anak pada tahap ini kurang egosentris yang ditandai dengan desentrasi yang besar, misalnya saja anak sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi satu sama lain. Lebih lanjut Piaget menyatakan bahwa anak sudah memperhatikan aspek dinamis dalam perubahan situasi sehingga anak juga mampu mengerti operasi logisnya pembalikan. Apabila anak dihadapkan pada sesuatu masalah secara verbal tanpa adanya bahan yang konkeret, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik.

4. Stadiun operasional formal (11 tahun ke atas)

Pada stadium operasional formal, terdapat dua sifat penting, yaitu: a) sifat deduktif-hipotesis dan b) berpikir operasional juga berpikir kombinasitoris. Adapun jabaran masing-masing sifat adalah sebagai berikut.


(57)

a. Sifat deduktif-hipotesis ditunjukkan dengan anak yang berpikir operasional formal memiliki cara untuk memecahkan masalah yaitu dengan memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. b. Berpikir operasional formal juga berpikir kombinasitoris. Pada

tahap ini tampak kemungkinan orang mempunyai tingkah laku

problem solving” yang betul-betul ilmiah serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan variabel tergantung.

Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Ciri yang membedakan manusia antara makhluk lainnya adalah ciri sosialnya. Karakteristik siswa ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar-mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik siswa senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa siswa sekolah dasar yang berumur 8 tahun masih berada pada tahap operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat dengan fakta-fakta perseptual, dan mampu melakukan konservasi. hal ini perlu diperhatikan oleh guru, anak pada tahap pra operasional masih sangat membutuhkan suasana bermain dan benda-benda konkret untuk membantu perkembangan intelektualnya. karena anak yang berusia 8 tahun masih berada ketahap bermain


(58)

makapuzzelini cocok untuk digunakan sebagai media dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar.

E. Pelelitian yang Relevan

1. Diah Mariana (2014), dengan judul penelitian “ Puzzle Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa TK Budi

Rahayu Yogyakarta”. Peningkatan motivasi belajar dapat dilihat dari

peningkatan nilai bintang yang diperoleh siswa. presentase hasil belajar pada siklus I siswa meningkat mencapai 48,2% , pada siklus II meningkat lagi menjadi 77% pada aspek minat siswa sedangkan pada siklus ke III meningkat lagi menjadi 80% aspek minat siswa.

2. Rendra Ari Prabowo (2012), dengan judul penelitian “Penggunaan Media PuzzleUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Di

Kelas V SD N I Jatipurwo Tahun 2011/2012”. Dengan hasil penelitian

meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajara IPA. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase hasil belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi 59,37% kemudian terjadi lagi peningkatan pada siklus ke II menjadi 81,25%, dengan demikian penggunaan mediapuzzledapat disimpulkan bahwa media puzzledapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA

F. Kerangka Pikir

Salah satu faktor rendahnya motivasi belajar siswa adalah karena kurangnya penggunaan media pembelajaran sehingga peserta didik menjadi pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Kerjasama siswa dalam kerja kelompok masih kurang dan cara berpikir pun masih rendah karena dalam proses pembelajaran


(59)

guru kurang melakukan tanya jawab kepda siswa, dan kurang memberikan kesenpatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dalam beraktifikan pada pembelajaran, terutama pada materi sumber energi dan kegunaannya, gurupun hanya menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah.

Oleh karena itu perlu melakukan cara pembelajaran tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada saat proses belajar mengajar. Cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan mediapuzzle bentuk gambar dengan warna terang dan kepingan gambarpun harus bervariasi dan lebih besar. Dengan menggunakan media puzzle warna terang dalam pembelajaran dan memberi kesenpatan kepada siswa untuk melakukan percobaan menyusun puzzle, maka peserta didik akan aktif, semangat dan senang mengikuti pembelajaran dengan baik. Dalam proses pembelajaran guru dituntut menerapkan berbagai metode yang bisa mendukung semangat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Penggunaan media puzzle dengan warna terang dapat dipacu dengan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan yang bisa membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajari serta dapat meningkatkan motivasi belajar. Karena melalui penggunaan media puzzle siswa akan banyak beraktifitas sehingga siswa tidak merasa bosan. Media puzzle dengan warna terang dan kepingan gambar yang lebih besar dan bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Wlodkowsky dalam sugihartono dkk, (2012: 78) motivasi belajar memegang peran penting dalam pencapaian prestasi belajar. Motivasi juga merupakan


(60)

suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah ketahanan pada tingkah laku terebut.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mediaPuzzledengan warna terang dan kepingan gambar yang lebih bersar dan bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi sumber energi dan kegunaannya. Dengan menggunakan media puzzle dengan warna terang dan kepingan gambar yang lebih besar harapannya dapat membantu peserta didik untuk berpikir kritis serta dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Adapun kerangka berpikirnya akan digambarkan pada skema berikut ini:

Gambar 1. Skema Alur Kerangka Pikir G. Definisi Operasional Variabel

1. Motivasi belajar

Motivasi belajar siswa merupakan suatu dorongan, dan rangsangan untuk mengikuti pembelajaran yang berupa adanya semangat, keinginanan untuk belajar, merasa senang ketika mengikuti pembelajaran, menunjukkan minat ketika pembelajaran berlangsung dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Dorongan dan keinginan siswa akan terlihat, ketika siswa mampu bekerja sendiri, tekun menghadapi tugas, mempunyai hasrta dan keinginan untuk berhasil, menunjukkan minat dan mampu mempertahan pendapatnya serta yakin dengan pendapatnya.

Mediapuzzle


(61)

2. Mediapuzzle

Media puzzle merupakan media yang digunakan dengan cara menyusun kepingan gambar yang dibentuk 2-3 potongan gambar. Media puzzle dengan warna terang dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.

3. IPA

IPA merupakan singkatan dari ilmu pengetahuan alam yang memiliki sikap ilmiah untuk mengenal alam sekitar. Penelitian ini mengambil materi sumber energi dan kegunaannya yang meliputi, sumber energi panas, energi listrik, energi cahaya energi bunyi, dan cara menghemat energi.

H. Hipotesis Tindakan

Penggunaan mediaPuzzleberbentuk gambar dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo.


(62)

BAB III

MOTODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) kolaborasi. Secara berkolaborasi atau bekerja sama dengan guru, yaitu guru kelas II B SD N Gedongkiwo. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran, kualitas belajar siswa, kualitas kerja sama siswa dengan guru, kualitas bertanya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru khususnya dalam pengelolaan pembelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 13). Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada materi sumber energi dan kegunaannya melalui mediapuzzleberbentuk gambar.

Sedangkan menurut Sukidin, dkk ( 2002: 16) penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan. B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan


(63)

11 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah motivasi belajar IPA kelas II B. Kolaborator dalam penelitian ini adalah Ibu Marsiti selaku guru kelas II B.

C. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo. Sekolah ini dipilih karena berdasarkan observasi motivasi belajar IPA kelas II B masih kurang sehingga perlu ditingkatkan.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap bulan Mei tahun pelajaran 2015/2016

D. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 92) model yang dipilih adalah model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral) artinya proses pembelajaran yang semakin lama semakin meningkat hasil belajarnya. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari siklus-siklus, dimana siklus kedua menggunakan perbaikan dari siklus pertama dan

seterusnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan empat tahap model tindakan yaitu, perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat


(64)

tahap tersebut saling berhubungan dan membentuk sebuah siklus yaitu rangkaian kegiatan yang akan selalu kembali ke langkah semula.

Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto 2006: 93).

Sesuai dengan gambar diatas maka setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan dan pengamatan yang dilakukan secara bersamaan. Kemudian refleksi yang dilaksanakan dalam suatu spiral yang terkait. Keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan siklus merupakan keputusan bersama peneliti dan guru. Siklus dihentikan jika pembelajaran IPA khususnya pada materi sumber energi dan kegunaannya dengan menggunakan media puzzle,motivasi belajar siswa meningkat sesuai dengan kriteria keberhasilan.

Siklus I : 1. perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Reflksi I

Siklu II: 1. Revisi Rencana I 2. Tindakan II 3. Observasi II 4. Refleksi II


(65)

E. Rencana Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas II B dimana nantinya guru akan bertindak sebagai pelaksana dan mahasiswa akan bertindak sebagai observer yang dibantu oleh satu teman. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari empat langkah seperti model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart.

1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Dalam perencaan ini peneliti akan berdikusi dengan guru yang bersangkutan mengenai cara penggunaan media puzzle yang akan dipakai saat penelitia nanti, oleh sebab itu sebelum melakukan tindakan maka terlebih dahulu akan dilakukan:

a) Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan Sandar Kompetensi: Mengenal berbagai sumber energi yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasikan sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang ada dilingkungan sekitar. Materi tentang sumber energi dan kegunaannya.

b) Pada kegiatan ini peneliti dan guru mendiskusikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media puzzle pada pembelajaran IPA materi sumber energi dan kegunaannya.


(66)

c) Mempersiapkan media puzzle untuk digunakan dalam pembelajaran IPA. Media puzzle yang digunakan adalah gambar-gambar sumber energi.

d) Mempersiapkan LKS tentang sumber energi dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

e) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati keaktifan dan motivasi siswa selama pembelajaran IPA berlangsung dengan menggunakan media puzzle dan untuk megamati guru dalam menggunakan mediapuzzle.

f) Mempersiapkan pedoman wawancara motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPA khususnya materi sumber energi dan kegunaannya dengan menggunakan mediapuzzle.

b. Tindakan

Pembelajaran yang dilakukan pada siklus I adalah pembelajaran IPA dengan standar kompetensi: Mengenal berbagai sumber energi yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasikan sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang ada dilingkungan sekitar. Pada siklus I ini akan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dan dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan media puzzle untuk disusun oleh siswa secara berkelompok agar menjadi sebuah gambar yang utuh. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran siklus I.


(67)

a) Pertemua I membahas tentang macam-macam sumber energi. Dalam pertemuan I ini media puzzle yang berupa gambar sumber energi. Siswa dibagi menjadi enam kelompok, setiap kelompok dibagikan gambar yang dibentuk puzzle. Kemudian masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk menyusun puzzle, langkah pertama yang dilakukan oleh siswa adalah mengambil kepingan-kepingan puzzle untuk disusun kemudian dicocokkan dengan gambar serta bentuk yang sesuai agar terbentuk menjadi sebuah gambar yang utuh. Setelah penyusunan puzzle terbentuk masing-masing kelompok akan berdiskusi untuk menjawab soal pertanyaan yang ada pada LKS sesuai dengan gambar puzzle yang telah dibentuk. Setelah selesai berdiskusi masing-masing dari perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan dibahas bersama dengan guru.

b) Pertemuan II membahas tentang kegunaan sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan ke II ini media puzzlemasih sama yaitu berupa gambar sumber energi. Siswa dibagi kedalam enam kelompok dan setiap kelompok mendapat gambarpuzzleuntuk disusun menjadi sebuah gambar yang utuh. Dalam menyusunpuzzle hal pertama yang dilakukan oleh siswa adalah mengambil kepingan-kepinganpuzzleuntuk disusun dan dicocokkan dengan gambar serta bentuk yang sesuai agar mudah terbentuk menjadi sebuah gambar yang utuh. Setelah penyusunan puzzle selesai selanjutnya tiap


(68)

kelompok akan berdiskusi untuk menjawab soal petanyaan yang ada pada LKS sesuai dengan gambarpuzzle yang telah dibentuk dengan pertanyaan yang berbeda dari materi pertemuan pertama. Setelah selesai berdiskusi masing-masing dari perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan dibahas bersama dengan guru. Setelah selesai membahas hasil diskusi kelompok, siswa mendapat soal evaluasi yang dibagikan oleh guru untuk dikerjakan secara individu guna mengetahui seberapa besar motivasi siswa selama pembelajaran IPA berlangsung dengan menggunakan mediapuzzle.

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan pada penelitian ini dilakukan oleh observer dengan melakukan pengamatan atau observasi terhadap keaktifan dan motivasi siswa dalam menyusun puzzle dan mengamati guru dalam menggunakan media puzzle selama pembelajaran berlangsung berdasarkan lembar observasi.

d. Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru telah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan permasalahan dan kekurangan serta motivasi belajar siswa yang terjadi pada pembelajaran IPA siklus I dengan menggunakan media puzzle pada materi sumber energi dan


(69)

kegunaannya. Apakah sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan atau belum, jika belum sesuai dengan kriteria keberhasilan maka akan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan (observasi) terhadap perilaku dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2011: 76). Observasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media puzzle dan guru menggunakan media puzzle, hasil observasi akan dituliskan dalam lembar observasi.

2. Wawancara

wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti (Sugiyono, 2006: 194). Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang timbul dalam pembelajaran dengan menggunakan media puzzle. Wawancara ini ditujukan kepada guru dan siswa.


(70)

3. Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, foto-foto kegiatan serta menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis maupun gambar (Ridwan, 2011: 77). Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah digunakan untuk memperoleh data-data yang akurat sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya. Metode dokumentasi ini digunakan karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu:

a. Semua data yang dibutuhkan atau dicari mudah di dapat dilokasi penelitian.

b. Data-data dapat dilihat kembali jika suatu saat dibutuhkan.

c. Dengan dokumen yang ada dapat disajikan bukti dari data yang dikumpulkan.

d. Dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya karena data yang sudah dimuat dalam dokumentasi merupakan data yang sudah tersusun rapi dan sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dicari dengan mudah. Dalam penelitian ini, dokumentasi berupa foto-foto pelaksanaan proses pembelajaran.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Sesuai dengan teknik atau metode pengumpulan data, maka instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini


(1)

(2)

(3)

(4)

Siswa MenyusunPuzzlepada Siklus 1


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA CARTOON PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA Penggunaan Media Cartoon Picture Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Sambiduwur

0 1 10

PENGGUNAAN MEDIA LAGU (NYANYIAN) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV Penggunaan Media Lagu (Nyanyian) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Tlogopandogan 2 Kecamatan Gajah K

0 2 18

PENGGUNAAN MEDIA LAGU (NYANYIAN) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV Penggunaan Media Lagu (Nyanyian) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Tlogopandogan 2 Kecamatan Gajah K

0 1 14

PENGGUNAAN METODE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA Penggunaan Metode The Learning Cell Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negri Jrakah II Kecamatan Selo Kabupaten B

0 1 16

PENGGUNAAN MEDIA SEQIP DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA Penggunaan Media Seqip Dalam Meningkatkan Kreatifitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Pomah Kecamatan Tulung Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 11

PENGGUNAAN MEDIA SEQIP DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA Penggunaan Media Seqip Dalam Meningkatkan Kreatifitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Pomah Kecamatan Tulung Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 11

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN I Jatipurwo Tahun 2011/2012.

0 0 15

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SDN I Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN I Jatipurwo Tahun 2011/2012.

0 0 17

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEMPEL Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Helajar PKn Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Pelajaran

0 2 15

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

0 1 150